MEDIA DAKWAH
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Psikologi
Dakwah”
Disusun
Oleh:
Kelompok : 13
Imro’atul Koiriyah (210315043)
Liya Rizki Fadillah (210315058)
Suci Nur Alifah (210315051)
Kelas/Semester:
PAI.B/VI
Dosen
Pengampu:
Sunartip, M.Sy.
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
JUNI 2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam mengahadapi era
globalisasi informasi dan perkembangan teknologi akhir-akhir ini, dunia
dihadapkan kepada cepatnya perkembangan arus informasi. Pemanfaatan alat-alat
teknologi sebagai media penyampai informasi kepada khalayak, sepertinya tidak
dapat dibendung. Tetapi sebaliknya, keberadaan teknologi canggih di era
globalisasi informasi dan komunikasi ini harus dimanfaatkan untuk penyebaran
informasi dan pesan-pesan dakwah Islam.
Aktivitas dakwah
Islam saat ini tidak cukup dengan media tradisional, seperti melalui ceramah
dan pengajian yang masih menggunakan media komunikasi oral atau komunikasi
tutur. Penggunaan media-media komunikasi modern sesuai dengan taraf
perkembangan daya pikir manusia harus dimanfaatkan sedemikian rupa, agar dakwah
Islam lebih mengena sasaran dan tidak out of date.
Oleh karena itu,
dalam makalah ini kami akan membahas mengenai macam-macam media dakwah, seperti
media tatap muka, media cetak dan elektronik, serta media sosial.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana dakwah menggunakan media tatap muka?
2.
Bagaimana dakwah menggunakan media cetak dan media
elektronik?
3.
Bagaimana dakwah menggunakan media sosial?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dakwah menggunakan
Media Tatap Muka
1.
Pengertian
Media tatap muka merupakan suatu bentuk komunikasi
yang mempertemukan secara tatap muka antara pihak komunikator dan pihak
komunikan dengan ruang dan waktu yang sama. Pesan disampaikan secara langsung
dari komunikator dan secara langsung dapat menerima langsung dapat menerima
umpan balik atau feedback dari komunikan.[1]
Bila kita cermati bersama media ini
sebetulnya merupakan salah satu media yang cukup murah, praktis dan strategis.
Murah karena tidak memerlukan biaya yang mahal, kita hanya datang, bertemu
kemudian apa yang kita inginkan atau kita sampaikan bisa langsung sampai pada
yang bersangkutan dan apabila kurang adanya kejelasan kita langsung bisa
bertanya dan saat itu juga suasana bisa terselesaikan karena ada kesepahaman
dengan apa yang kita inginkan. Praktis karena media ini tanpa mengenal
basa-basi bahkan layaknya kita menjalin hubungan silaturahim, panjang umur,
banyak rizki dan banyak saudara karena kita bertemu langsung dengan kita
bertemu lewat telepon tentunya auranya adalah berbeda. Strategis, media ini
mampu membangkitkan gairah dan pertemanan yang luar biasa disaat kita tidak
pernah bertemu kemudian saat ini kita bisa bertemu langsung pasti kerinduan
yang selama ini terpendam akan terasa lega dan bahagia.[2]
2.
Aplikasi atau Penerapan
a.
Pesantren
Pengertian sebagai lembaga dakwah benar
melihat kiprah pesantren dalam kegiatan melakukan dakwah dikalangan masyarakat,
dalam arti kata melakukan suatu aktifitas menumbuhkan kesadaran keberagaman
atau melaksanakan ajaran-ajaran agama secara konsisten sebagai pemeluk agama
Islam.[3]
Sebenarnya secara mendasar seluruh
gerakan pesantren baik di dalam maupun di luar pondok adalah bentuk-bentuk
kegiatan dakwah sebab pada hakikatnya pondok pesantren berdiri tak lepas dari
tujuan agama secara total. Keberadaan pesantren di masyarakat merupakan suatu
lembaga yang bertujuan menegakkan kalimat Allah dalam pengertian peyebaran
agama Islam agar pemeluknya memahami dengan sebenarnya. Oleh karena itu kehadiran pesantren
sebenarnya dalam rangka dakwah Islamiyah. Hanya saja kegiatan-kegiatan
pesantren dapat dikatakan sangat beragam dalam memberikan pelayanan untuk
masyarakatnya dan tidak dapat dipungkiri bahwa seorang tidak lepas dari tujuan
pengembangan agama.[4]
Memiliki kegiatan-kegiatan itu dari
aspek dakwah maka wujud riil dan dakwah yang dikembangkan oleh pesantren
terdapat berbagai cara antara lain:
1)
Pembentukan kelompok-kelompok pengajian bagi masyarakat.
2)
Memadukan kegiatan dakwah melalui kegiatan masyarakat.[5]
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
wujud riil dari dakwah ala pesantren ada yang berbentuk dakwah billisan
dan ada pula yang berbentuk dakwah bilhal yang menompang kegiatan
masyarakat pada umunya, dan di sisi lain pula bahwa pesantren juga mewajibkan
bagi santrinya untuk mengabdi menjadi da’i baik untuk pesantren maupun
masyarakat seperti adanya da’i-da’i sukarelawan yang diseponsori oleh Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).[6]
b.
Pengajian
Pengajian merupakan kegiatan keagamaan
atau rutinitas ibadah yang mengajarkan ilmu keagamaan, pendidikan agama yaitu
mengerahkan, mencurahkan segala kemampuan yang berfungsi sebagai sarana untuk
menyampaikan pesan-pesan kepada jama’ah. Pengajian juga dapat dikatakan sebagai
wadah atau yang memberikan pengetahuan atau doktrin agama yang dijadikan cara
untuk berdakwah kepada masyarakat atau jama’ah.[7]
Dari pengertian di atas, dapat dipahami
bahwa pengertian pengajian sebagai media dakwah merupakan suatu kegiatan atau
wahana Majelis Taklim yang mengajarkan atau mendalami keilmuan tentang agama
baik itu merupakan akidah, syari’ah, ibadah atau muamalah sebagai sarana atau
jembatan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada mad’u atau jama’ah.[8]
Pengajian sebegai wahana atau media
dalam berdakwah memiliki waktu-waktu tertentu untuk dilaksanakan sesuai dengan
rencana atau kondisi. Pengajian dalam rangka mencapai tujuan yang meliputi
berbagai bidang sering kali juga dilakukan secara bertahap dalam
periode-periode tertentu sesuai dengan tujuannya.[9]
c.
Kuliah
Sebagai lembaga pengetahuan ilmu, maka
perguruan tinggi Islam harus menampilkan sosok yang benar-benar tampak diwarnai
oleh ajaran Islam yang mulia. Jika hal-hal seperti itu berhasil ditampakkan,
maka perguruan tinggi akan benar-benar berhasil sebagai kekuatan dakwah.
Artinya keberadaan perguruan tinggi Islam itu telah menyandang kekuatan dan
kewibawaan untuk mempengaruhi, baik kalangan internal kampus maupun pihak-pihak
luar yang bersentuhan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan perguruan
tinggi Islam ini. Peran dakwah oleh warga kampus, dakwah adalah kegiatan untuk
meyampaikan pesan-pesan ajaran Islam, memberikan keteladanan, sekaligus juga
menggerakkan. Dan jika semua itu berhasil diwujudkan, maka perguruan tinggi
Islam tersebut telah menjalankan peran-peran dakwah yang sebenarnya.[10]
3.
Cara
a.
Ceramah
Ceramah pada dasarnya merupakan metode
yang dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan keterangan, petunjuk,
penjelasan, pengertian, penjelasan tentang suatu masalah di hadapan orang
banyak maka metode ini harus dikuasai oleh seseorang yang akan menyampaikan
materi dengan menggunakan metode tersebut.[11]
b.
Diskusi
Diskusi sebagai thariqah dakwah
adalah menyampaikan materi dakwah dengan jalan bertukar pendapat atau informasi
tentang masalah agama antar beberapa orang dalam tempat tertentu.[12]
c.
Khutbah Jum’at
Khutbah Jum’at merupakan salah satu
media yang strategis untuk dakwah Islam, karena ia bersifat rutin dan wajib
dihadiri oleh kaum muslimin secara berjamaah. Tapi sayangnya banyak para ulama
dan da’i tidak memanfaatkan khutbah Jum’at secara maksimal. Maka karena itu hendaknya
para khatib mencari metode dan strategi yang efektif di dalam berkhutbah, agar
khutbah Jum’at lebih maksimal hasilnya di dalam membina umat Islam.[13]
4.
Hambatan dan Solusi
a.
Hambatan
1)
Hambatan Personal
Hambatan personal merupakan hambatan
yang terjadi pada peserta komunikasi, baik komunikator maupun komunikan atau
komunikate. Hambatan personal dalam komunikasi meliputi sikap, emosi,
setereotyping, perasangka, bias, dan lain-lain.[14]
2)
Hambatan Kultural atau Budaya
Komunikasi yang kita lakukan dengan
orang yang memiliki kebudayan dan latar belakang berbeda mengandung arti bahwa
kita harus memahami dalam nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap yang dipegang
orang lain.[15]
Hambatan kultural atau budaya
mencangkup bahasa, kepercayaan dan keyakinan.
Hambatan bahasa terjadi ketika orang yang berkomunkasi tidak menggunkan
bahasa yang sama, atau tidak memiliki tingkat kemampuan berbahasa yang sama.[16]
3)
Hambatan Fisik
Beberapa gangguan fisik dapat
mempengaruhi efektivitas komunikasi. Hambatan fisik komunikasi mencangkup
panggilan telepon, jarak antar individu, dan radio titik. Hambatan fisik ini
pada umumnya dapat diatasi.[17]
4)
Hambatan Lingkungan
Tidak semua hambatan kimunikasi
disebabkan oleh manusia sebagai peserta komunikasi. Terdapat beberapa faktor
lingkungan yang turut mempengaruhi proses komunikasi yang efektif. Pesan yang
disampaikan oleh komunikator dapat mengalami rintangan yang dipicu oleh faktor
lingkungan yaitu latar belakang fisik atau situasi dimana komunikasi terjadi.
Hambatan lingkungan ini mencangkup tingkat aktivitas, tingkat kenyamanan,
gangguan, serta waktu titik.[18]
b.
Solusi
1)
Pengirim Pesan atau Komunikator atau Sender
Komunikasi adalah suatu proses yang
berlangsung dua arah dan diawali oleh pengirim pesan. Pengirim pesan
hendaknyamerumuskan informasi sedemikian rupaagar tujuan komunikasi tercapai.
Pengirim pesan harus proaktif dalam membuat penerima atau komunikasi atau
komunikator mengerti dan memahami pesan yang disampaikan.[19]
2)
Pesan
Pesan merupakan informasi sederhana
yang ingin disampaikan oleh pengirim pean kepada penerima. Pesan dapat berupapesan
verbal maupun pesan non-verbal.[20]
3)
Menerima atau Komikan atau receiver
Penerima pesan membutuhkan informasi
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk itu, penerima pesan harus memgang
kendali atas seluruh proses komunikasi yang berlangsung. Agar penerima pesan
terkendali, adalah penting bagi penerima pesan untuk yakin bahwa pengirim pesan
memahami apa yang diinginkan oleh penerima pesan dan mengapa merka
menginginkannya.
Aktif mengdengarkan adalah suatu proses
yang digunkan oleh penerima pesan untuk memfasilitasi komunikasi dan
meningkatkan penampilan. Dalam artian, penerima pesan aktif dalam proses
komunikasi. Agar penerima pesan dapat mengdengarkan aktif.[21]
4)
Umpan Balik Pesan
Penerima yang efektif memverifikasi
pemahaman mereka pesan yang dikirim oleh pengirim pesan. Mereka menyadari
kata-kata, nada suara dan bahasa tubuh ketika mereka mengirim umpan balik.
Berbagai bentuk umpan balik yang diberikan dapat berupa pengakuan, pengulangan
dan parafrase.[22]
Kemudian yang dimaksud dengan pengakuan
adalah bahwa penerima pesan telah menerima dan memahami pesan yang disampaikan.
Untuk pesan yang bersifat informatif yang rumit, pengakuan saja tidak cukup
untuk memastikan dan memahami pesan yang disampaikan.
Sedangkan yang dimaksud pengulangan
adalah mengulang kembali kata-kata yang disampaikan oleh pengirim pesan. Terakhir,
yang dimaksud parafrase adalah mengulang kata-kata oleh penerima pesan sendiri
kepada penhirim pesan. Parafrase memungkin penerima pesan untuk melakukan
verifikasi terhadap pemahaman pesan dan menunjukkan ke pengirim pesan bahwa
penerima pesan mendengarkan pesan yang baik.[23]
5.
Kelebihan dan Kekurangan
a.
Kelebihan
Media komunikasi atau Media tatap muka.
Media tatap muka adalah media yang efektif dalam menyampaikan informasi atau pesan, karena
media dapat manghasilkan respon secara langsung dalam pertemuaan ada makna
tertentu yang tidak dimiliki oleh media komunikasi lainnya, maka media ceramah,
diskusi perkuliahan yang bersifat langsung merupakan media yang paling efektif
dalam menyampaikan pesan atau tabligh serta paling mampu melahirkan respon dari
publik.[24]
b.
Kekurangan
Kekurangannya yaitu tidak efisien dalam
kecepatan menyampaikan pesan dan tidak efektif dalam waktu. Ketika kita
mengedepankan komunikasi interpersonal dengan bertatap muka, kita akan
dipusingkan oleh masalah waktu dan tempat. Apabila lawan bicara anda berada
ditempat yang jauh dari anda, apakah anda akan menemuinya sekedar untuk
mengatakan hari ini tidak masuk kerja karena sakit.
Bagaimana dengan lawan bicara yang
berada diluar kota, luar pulau dan luar negeri apakan anda akan menemuinya
hanya untuk berbicara tatap muda kepadanya. Hal tersebut berimbas dengan waktu
yang ada. Bayangkan waktu anda akan tersita untuk perjalanan menemui para lawan
bicara anda. Hal ini membuat komunikasi tidak berjalan efesien.[25]
B. Dakwah menggunakan
Media Cetak dan Media Elektronik
1.
Pengertian
Media cetak adalah saluran komunikasi di mana
pesan-pesan verbalnya (tertulis) maupun dalam bentuk gambar-gambar seperti
karikatur dan komik dilakukan dalam bentuk tercetak. Media ini sangat baik
disebarluaskan untuk mereka yang bisa membaca dan memiliki waktu senggang yang
cukup. Surat kabar atau media cetak lainnya memiliki kelebihan, yakni dapat
dibaca oleh banyak orang terutama dalam satu rumah tangga, asrama, hotel atau
di perpustakaan.[26]
Media cetak adalah media masa yang menggunakan
media cetak seperti kertas koran yang di dalamnya ada tulisan yang berupa
kata-kata dan kalimat, tetapi tulisan itu bukanlah tulisan biasa layaknya
surat-menyurat melainkan tulisan yang disebut news (berita) yang
teknik penulisannya mengikuti kaidah jurnalistik. Surat kabar dan majalah
merupakan bagian dari media massa cetak.[27]
Memproduksi media cetak biasanya tergantung
bentuk dan sifat program yang akan diluncurkan (launching). Produksi media cetak bisa dalam bentuk surat
kabar, tabloid, buku, buletin, atau selebaran. Karena biaya untuk menerbitkan
surat kabar misalnya cukup besar, maka perencana komunikasi bisa bekerja sama
dengan para penerbit besar mempromosikan programnya, seperti penyadaran
masyarakat untuk kesehatan atau lingkungan hidup. Kerja sama ini dalam bentuk
pemasangan iklan layanan masyarakat atau artikel yang dibuat khusus untuk tema
itu.[28]
2.
Aplikasi atau Penerapan
a.
Majalah
Majalah adalah penerbitan berkala yang
berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasa
diterbitkan mingguan, dwimingguan atau bulanan. Majalah biasanya memiliki
artikel mengenai topik populer yang ditujukan kepada masyarakat umum dan
ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang. Publikasi
akademis yang menulis artikel padat ilmu disebut jurnal.[29]
Tipe majalah ditentukan oleh sasaran
khalayak yang dituju, artinya redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi
pembacanya. Kategori majalah pada masa orde baru adalah: majalah berita,
keluarga, wanita, pria, remaja wanita, remaja pria, anak-anak, ilmiah popular,
umum, hukum, pertanian, humor, olahraga, daerah. Fungsi majalah mengacu pada
sasaran khalayak yang spesifik. Majalah dengan topik atau kategori tertentu
mempunyai spesialisasi sasaran pembeli dan pembaca yang dikehendaki.[30]
Majalah, media yang paling simpel
organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal
yang banyak. Majalah tetap dibedakan dengan surat kabar karena majalah memiliki
karakteristik tersendiri: penyajian lebih dalam, nilai aktualitas lebih lama,
gambar/foto lebih banyak, cover/sampul sebagai daya tarik.[31]
Majalah mempunyai fungsi yaitu
menyebarkan informasi atau misi yang dibawa oleh penerbitnya. Majalah biasanya
mempunyai ciri tertentu, ada yang khusus wanita, remaja, pendidikan, keagamaan,
teknologi, kesehatan, olahraga, dan sebagainya. Sekalipun majalah mempunyai
ciri tersendiri tetapi majalah masih dapat difungsikan sebagai media dakwah,
yaitu dengan jalan menyelipkan misi dakwah kedalam isinya, bagi majalah bertema
umum. Jika majalah tersebut majalah keagamaan maka dapat dimanfaatkan sebagai
majalah dakwah. Jika berdakwah melalui majalah maka seorang da’i dapat
memanfaatkannya dengan cara menulis rubrik atau kolom yang berhubungan dengan
dakwah Islam.[32]
b.
Radio
Radio merupakan sarana informasi yang
penyampaian informasinya dengan menggunakan pemanfaatan gelombang
elektromagnetik dan menggunakan frekuensi, artinya penyampaian informasi kepada
masyarakat berupa suara yang berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang
elektromagnetik sebagai media. Radio merupakan salah satu media dakwah yang
bersifat auditif, murah, dan merakyat. Selain itu, radio juga praktis digunakan
sebagai media dakwah karena tidak tergantung oleh ruang dan waktu serta
berkumpulnya mad’u. Era reformasi seperti ini, banyak masyarakat yang
meninggalkan radio, mereka menganggap radio bukan kebutuhan yang penting
artinya tidak setiap hari mereka mendengarkan radio, tetapi hanya diwaktu
senggang saja. Berbeda dengan televisi ataupun koran, yang selalu menemani
dalam sehari-hari.[33]
Melihat kondisi seperti ini radio perlu
dikembangkan kembali dengan menggugah minat masyarakat untuk mendengarkan radio
dan dimanfaatkan sebagai kebutuhan sehari-hari. Sebagai penerus masa depan,
mari kita mencoba mengisi acara-acara siaran dakwah dengan bentuk yang lebih
menarik. Radio juga memiliki peran dalam menentukan kehidupan masyarakat
apalagi dibidang teknologi komunikasi menyebabkan pengaruh yang besar terhadap
penyebarluasan informasi atau gagasan. Dakwah melalui media radio, kegiatan
penyebaran dakwah akan mudah diterima masyarakat dengan cepat dan serentak.[34]
Penggunaan radio sebagai media dakwah, sudah banyak dilakukan di Indonesia,
yang dikenal sebagai radio dakwah, yang pada umumnya didirikan di masjid
atau pesantren, sebagai lembaga penyiaran komunitas.[35]
c.
Televisi
Televisi merupakan sistem elektronik
yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau
ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam
gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat
dilihat dan suaranya dapat didengar.[36]
TV sebagai media dakwah sangatlah
efektif dengan kelebihannya sebagai sebagai audio visual: selain bersuara, juga
dapat dilihat. Penggunaan TV sebagai media tentu saja bisa dilakukan dengan
membuat program-program tayangan bermuatan pesan dakwah, baik berupa drama,
ceramah, film-film ataupun kata-kata hikmah sebagaiman telah banyak ditayangkan
di berbagai stasiun TV.[37]
Dakwah melalui televisi telah banyak
dilakukan di Indonesia, seperti adzan maghrib atau acara-acara khusus pada
bulan Ramadhan, dan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Televisi dapat juga
bermanfaat sebagai media yang menyajikan dialog-dialog tentang berbagai masalah
yang dihadapi oleh ummat Islam.[38]
3.
Hambatan dan Solusi
a.
Hambatan
Berikut adalah hambatan yang bisa
terjadi ketika berdakwah melalui surat kabar atau media cetak:
1) Semantic Faktor, hambatan ini berupa
pemakaian kosa kata yang tidak dipahami oleh mad’u. Ini bisa berdasarkan
pengalaman sebanyak apa mereka mendapatkannya. Seperti sudah dijelaskan
sebelumnya, kelompok masyarakat sangat mempengaruhi diterima tidaknya suatu
pesan.
2) Prejudisec(Prasangka), prasangaka
adalah hambatan yang paling berat terhadap kegiatan dakwah. Dan kita pun tidak
mampu mencegah masalah ini karena tentu saja kita tidak bisa mengendalikan
siapa yang membacatulisan kita.
3) Menyesatkan Pengertian, apabila dalam
suatu surat kabar tidak mempunyai seorang redaktur yang mengerti tentang ajaran
Islam yang benar, maka di sana tidak ada penyaringan yang tepat sesuai ajaran
Islam yang sesungguhnya. Dan ini dapat menyesatkan kepada para pembaca surat
kabar.
4)
Merusak atau memalsu isi komunikasi, terkadang ada juga
seorang wartawan memutarbalikan fakta untuk menarikpembaca. Tentu saja hal ini
dapat merusak kebenaran dalam agama apabila berita yang disampaikan berhubungan
dengan Islam.
5) Menafsirkan suatu pesan dengan ukuran
luas lingkup pandandangan sendiri yang terlalu sukar untuk dimengerti.[39]
b.
Solusi
Jadi
karena dalam surat kabar feedback tidak bisa diterima langsung antara dai dan
mad’u, maka madu menafsirkan sendiri sesuai dengan
pengalaman yang ia pahami sendiri. Para da’i dituntut untuk dapat menerjemahkan
pesan Islam sesuai dengan manajemen dakwah modern, efektif, dan efesien kepada
masyarakat luas.Maka Islam akan semakin luas jangkauannya dan mudah dimengerti
bahasanya serta tidak disalahartikan oleh non muslim.[40]
Melalui
bahasa itulah terjadi komunikasi anatara individu dengan individu lainnya,
sehingga mereka berbahasa sama merasakan suatu ikatan batin sebagai suatu
kelompok. Apabila seorang dai mampu menggunakan bahasa yang mampu dipahami oleh
siapa saja, tentunya tujuan dakwah bisa tersampaikan kepada madu.
Tidak hanya yang beragama muslim saja mengerti dengan bahasa tulisan yang
dimaksud, tapi juga bisa mempengaruhi orang yang belum beragama Islam menjadi
tertarik dengan Islam karena bahasanya yang mudah dimengerti serta menarik
perhatian.[41]
4.
Kelebihan dan Kekurangan
a.
Kelebihan Media Cetak
1)
Dapat dibaca berkali-kali dengan cara menyimpannya.
2) Dapat membuat orang yang berfikir lebih
spesifik tentang isi tulisan.
3)
Biasa disimpan atau dicollect isi informasinya.
4) Harganya lebih terjangkau maupun dalam
distribusinya.
5) Lebih mampu menjelaskan hal-hal yang
bersifat kompleks.[42]
b.
Kekurangan Media Cetak
1)
Dari segi waktu media cetak lambat dalam memberikan
informasi. Karena media cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita yang
terjadi pada masyarakat dan harus menunggu turun cetak.
2)
Media cetak hanya dapat berupa tulisan.
3)
Media cetak haya dapat memberikan visual berupa gambar yang
mewakili keseluruhan isi berita.
4)
Biaya produksi yang cukup mahal karena media cetak harus
mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati masyarakat.[43]
C. Dakwah menggunakan
Media Sosial
1.
Pengertian
Media
sosial adalah sebuah media, dengan para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia
virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media
sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.[44]
Andreas
Kaplan dan Michael
Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah
kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan
teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan
pertukaran user-generated content". Media sosial teknologi mengambil
berbagai bentuk termasuk majalah, forum internet, weblog, blog sosial,
microblogging, wiki, podcast, foto atau gambar, video, peringkat dan bookmark
sosial.[45]
2.
Aplikasi atau Penerapan
a.
Facebook
Facebook merupakan salah satu jejaring sosial
yang ada di internet. Facebook mempunyai jutaan pengguna dengan
bermacam-macam latar belakang pendidikan, profesi, pekerjaan, kasta dan
lain-lain. Dari pengusaha papan bawah dan atas, birokrat sampai
kalangan-kalangan paling elitpun bisa ditemukan di sini. Dari kalangan
anak-anak hingga orang tua, dari kalangan terpelajar hingga awam. Dari artis,
selebritis hingga ustadz akan ditemukan di sini. Berdakwah menggunakan facebook
mempunyai ragam bentuk manfaat. Walaupun oleh sebagian orang, facebook
dianggap lebih banyak mudlaratnya bahkan mereka mengatakan bahwa facebook
adalah sumber dari kesesatan di dunia maya, internet. Tetapi kita sebagai umat
Islam, harus memanfaatkannya untuk kepentingan dakwah.[46]
Misalnya saling bertukar pesan-pesan
dakwah yang ringan dan mudah dipahami dan mudah dilaksanakan, saling
mengingatkan kepada amalan-amalan kebaikan, mengundang untuk mengikuti
acara-acara keagamaan yang terdekat. Jadi, pada dasarnya kemajuan teknologi
seperti facebook misalnya bersifat netral, maka penggunanyalah yang
sangat menentukan ke arah mana ia digunakan, baik atau buruk sepenuhnya
tergantung di tangan penggunanya.[47]
b.
Blog dan Website
Menggunakan fasilitas blog (website
pribadi) dan website. Blog pada awalnya adalah media sosial yang
digunakan hanya untuk menulis catatan harian pribadi yang ada di internet.
Bahkan tak jarang para blogger menjadikannya hanya sekedar “diary internet”.
Beberapa tahun kemudian dari perkembangannya itu, blog digunakan untuk
kepentingan pribadi baik ekonomi, sosial, politik, budaya maupun yang lainnya.
Sedangkan website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang
biasanya terangkum dalam sebuah domain atau subdomain, yang tempatya berada di World
Wide Web (WWW).[48]
Perbedaan dakwah melalui blog
dan website, jika website biasa hanya menyediakan “komunikasi
satu arah”, pengunjung hanya menerima apa yang mereka baca di halaman website
tersebut tanpa bisa mengomentarinya (pengunjung menjadi pasif), sedangkan blog
memberikan “komunikasi dua arah” pada pengunjung, konten yang di publikasi
dapat diberi komentar dan komentar dapat dibalas dengan pengunjung lain atau
pemilik blognya (pengunjung menjadi aktif). Hal itu akan lebih bermanfaat lagi
ketika blog digunakan untuk kepentingan dakwah, begitu juga website jika
digunakan sebagai media dakwah yang efektif dan efisien.[49]
c. Chatting
Menggunakan fasilitas chatting
yang memungkinkan untuk berinteraksi secara langsung. Jika dibandingkan dengan
dua fasilitas yang telah disebutkan sebelumnya, sebenarnya fasilitas chatting
lingkupnya lebih sempit sebab kegiatan dakwah melalui fasilitas ini hanya
berlangsung pada saat pelaku dakwah sedang on-line di internet saja.[50]
d.
Mailing List
Menggunakan fasilitas mailing list
dengan mengajak diskusi keagamaan atau mengirim pesan-pesan moral kepada
seluruh anggotanya. Contohnya, halal-baik-enak@yahoogroup.com, pesantren@yahoogroup.com,
Tafsir-Quran@yahoo.group.com, dan sebagainya.[51]
3.
Hambatan dan Solusi
a.
Hambatan
Dampak-dampak negatif dari teknologi
modern telah mulai menampakkan diri di depan mata, yang pada prinspnya
berkekuatan melemahkan daya mental spiritual atau jiwa yang sedang
tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilan.
Tidak hanya nafsu mutmainah yang
dapat diperlemah oleh rangsangan negatif dari teknologi elektronik dan
informatika, melainkan juga fungsi-fungsi kejiwaan lainnya seperti
kecerdasan fikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan
aktualnya dengan alat-alat tekonologi elektronik dan informatika seperti
komputer, foto copy jarak jauh (facsimile), Vidio Casette Recorder
(VCR), komoditi Cellaloid (Film, Vidio, Disc) dan sebagainya.[52]
Abdullah Fajar menyatakan bahwa
tantangan terbesar yang secara diam-diam muncul dalam masa sekarang ini
bukan tantangan kebodohan, akan tetapi tantangan pengetahuan.
Menurutnya, pengetahuan sebagai yang dirancang dan disebarluaskan ke
seluruh penjuru dunia oleh peradaban Barat itu adalah pengetahuan yang
menginginkan kenyataan, kepastian, tetapi yang ia hasilkan ialah
kerancuan dan keraguan (dalam arti sebagai metodologi ilmiah maupun sebagai
epistemologi yang sah).[53]
Ziauddin Sardar mengemukakan bahwa abad
informasi ternyata telah menghasilkan sejumlah besar problem.
Menurutnya, bagi dunia muslim, evolusi informasi menghadirkan
tantangan-tantangan khusus yang harus diatasi demi kelangsungan hidup
fisik maupun budaya umat.
Tidak jarang tantangan-tantangan itu
merupakan dilema utama, sehingga kita harus bisa memahami manfaat dan
mudarat teknologi informasi serta secara sadar memanfaatkannya untuk
mencapai tujuan dakwah.
Bahkan H. Sambas Wiradisuria
menandaskan bahwa teknologi tidak boleh diserahkan kepada teknologi dan
ekonomi saja, melainkan memerlukan pengikutsertaan dalam pengambilan
kepustakaan oleh berbagai wakil-wakil masyarakat, termasuk ulama atau
pemuka-pemuka agama dan para cendekiawan serta budayawan.
Menurutnya, pada satu pihak golongan
ahli teknologi dari ilmuwan harus mengerti implikasi-implikasi sosial
dan etis yang melekat pada cara memaknai teknologi itu. Pada pihak lain,
golongan agamawan (para da’i) dan budayawan perlu melek huruf mengenai
teknologi.[54]
b.
Solusi
Kemudian cara untuk memfilter trend
global yang negatif. seiring dengan perkembangan dan trend masyarakat
dunia serta masalah umat manusia yang semakin kompleks dan rumit saat
ini adalah sebagai berikut:
1)
Perlu adanya konsep dan strategi dakwah yang tepat
untuk membentuk ketahanan diri dan keluarga melalui pengefektifan fungsi
nilai-nilai-agama, karena dengan dasar agama yang kuat dapat dijadikan
filter pertama dan utama untuk menghadapi berbagai masalah.
2)
Mempertahankan nilai-nilai budaya luhur yang dapat
melestarikan tradisi positif yang pada dasarnya tidak bertentangan
dengan paham dan ajaran agama (Islam) yang menanamkan nilai-nilai baik
dan suci.
3)
Perlu dukungan dan keiukutsertaan semua lapisan
masyarakat untuk menciptakan dan memiliki komitmen yang sama dalam melihat seberapa
bergunanya nilai-nilai baru itu untuk sebuah komunitas dan kemajuan masyarakat.
4)
Kesiapan dan kematangan intelektual serta emosional setiap
penerima message baru, apakah hal tersebut memang akan
mendatangkan manfaat plus buat diri dan lingkungannya atau tidak.[55]
4.
Kelebihan dan Kekurangan
a.
Kelebihan Media Sosial
Di sini kami mengambil media sosial
internet yang mempunyai kelebihan dan kekurangan untuk digunakan dalam
berdakwah: Internet sebagai
salah satu media massa yang memiliki jangkauan yang luas dan
mendunia dapat digunakan sebagai media penyampaian pesan yang cepat dan efektif, termasuk pesan-pesan dakwah.
Kelebihan-kelebihan internet sebagai media penyampai pesan adalah
sebagai berikut:
1)
Internet memiliki kecepatan mengirim dan memperoleh informasi sekaligus sebagai penyedia data yang shopiscated.
2)
Internet sebagai penyedia media informasi surat kabar (electronic newspaper), program
film, TV, buku baru, serta lagu-lagu mulai dari yang bernuansa klasik sampai lagu-lagu kontemporer.
3)
Internet sebagai media antarpribadi dengan pengiriman pesan dalam bentuk electronic
mail (e-mail). Surat yang mau
dikirim tidak perlu melalui kantor pos yang bisa berminggu-minggu
baru sampai, apalagi jika tujuannya di luar negeri. Namun, dengan
email melalui computer yang berbasis internet, pesan yang dikirim itu
dapat diterima pada detik yang sama tanpa mengenal jarak, ruang, dan
waktu.
Menurut Bambang S. Ma’arif internet dapat digunakan sebagai media komunikasi dakwah dengan alasan-alasan berikut ini:
1)
Mampu menembus batas ruang dan waktu dalam sekejap dengan biaya dan energi yang relatif terjangkau.
2)
Pengguna jasa internet setiap tahunnya meningkat drastis, ini berarti berpengaruh pula pada jumlah penyerap misi dakwah.
3)
Para pakar dan ulama yang berada di balik media dakwah melalui internet bisa konsentrasi dalam menyikapi setiap wacana dan peristiwa yang menuntut status hukum syar’i.
4)
Dakwah melalui internet telah menjadi salah satu pilihan masyarakat. Mereka bebas memilih materi dakwah yang mereka sukai. Dengan demikian, pemaksaan kehendak bisa dihindari.
5)
Cara penyampaian yang variatif telah membuat dakwah Islamiah melalui
internet bisa menjangkau segmen yang luas. Sejatinya, tak hanya konsep dakwah
konvensional yang dapat diberikan melalui internet. Umat Islam bisa memanfaatkan teknologi itu untuk kepentingan bisnis islami, silaturahmi dan lain-lain.[57]
b.
Kekurangan
Untuk kekurangan kami mengambil dari
media Televisi dan Radio, yaitu:
1)
Kekurangan Televisi:
a)
Cost yang terlalu tinggi untuk membuat sebuah acara Islami di
televisi.
b)
Terkadang tejadi percampuran antara yang haq dan yang bathil dalam
acara-acara televisi.
c)
Dunia pertelevisian yang cenderung kapitalistik dan profit oriented.
d)
Adanya tuduhan menjual ayat-ayat al-Qur’an ketika berdakwah di
televisi.
e)
Keikhlasan seorang da’i yang terkadang masih diragukan.
f)
Terjadinya madu yang mengambang.
g)
Kurangnya keteladanan yang diperankan oleh para artis karena
perbedaan kharakter ketika berada di dalam dan di luar panggung.
2) Kekurangan Radio:
a)
Selintas, Siaran radio cepat hilang dan gampang dilupakan. Pendengar
tidak bisa mengulang apa yang didengarnya, tidak bisa seperti membaca Koran
yang bisa mengulang bacaannya dari awal tulisannya.
b)
Global, Sajian informasi radio bersifat global, tidak detail, karena
angka-angka dibulatkan. Misalkan penyiar akan menyebutkan "seribu orang
lebih untuk angka
1.053 orang.
c)
Batasan Waktu, Waktu siaran radio relatif terbatas, hanya 24 jam sehari,
berbeda dengan surat kabar yang mampu menambah jumlah halaman dengan bebas.
d)
Beralur Linear, Program disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan
urutan yang sudah ada, tidak bisa meloncat-loncat. Berbeda dengan membaca,
dapat langsung menuju halaman akhir, awal atau tengah.
e)
Mengandung Gangguan, Seperti timbul tenggelam dan gangguan teknis.
Radio merupakan salah satu sarana berdakwah yang efektif. Apalagi di segala
penjuru bisa menjangkau dakwah dengan adanya radio. Bagi masyarakat pada
umumnya yang kurang mampu, pasti mengerti dan memahami radio dan fungsinya.[58]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1.
Dakwah dengan media tatap muka ada beberapa jenis, yaitu
pesantren, pengajian, dan kuliah. Selain itu media dakwah tatap muka juga
menggunakan beberapa cara atau metode, di antaranya ceramah, diskusi dan
khutbah Jum’at. Akan tetapi, dalam proses dakwah tidaklah selalu berjalan
dengan mulus, pasti akan menghadapi hambatan-hambatan yang bisa mengganggu
proses dakwah itu sendiri. Dakwah dengan tatap muka juga mempunyai kelebihan
dan kekurangan dibandingkan dengan media dakwah lainnya.
2.
Selain dakwah dengan tatap muka, dakwah juga bisa dilakukan
dengan media cetak dan elektronik, seperti majalah, radio, televisi, dan
sebagainya. Tidak berbeda dengan dakwah tatap muka, dakwah dengan media cetak
dan elektronikpun juga mengalami hambatan. Selain itu, dakwah dengan media
cetak dan elektronik juga memiliki kelebihan dan kelemahan.
3.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, sekarang
dakwah juga bisa dilakukan dengan menggunakan media sosial, seperti facebook,
blog dan website, chatting, serta mailing list dan
lain-lain. Akan tetapi, dakwah menggunakan media inipun juga mengalami banyak
tantangan. Selain itu, dakwah dengan menggunakan media sosial juga mendatangkan
dampak positif dan juga dampak negatif, artinya media sosial juga memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, Nur. Keunggulan Metode Dakwah
melalui Media, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam Vol. 4 No. 1. Kudus:
AT-TABSYIR, 2016.
Amin,
Samsul Munir. Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta:AMZAH, 2008.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer:
Sebuah Studi Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Arifin,
H.M.. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2000.
Arifin. Pendidikan Islam Dalam Arus
Dinamika Masyarakat: Suatu Pendekatan Filosofis, Paedagogis, Psikososial dan
Kultural. Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1991.
Aziz, Moh Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta:
Prenada Media, 2004.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Fajar, Abdullah. Peradaban dan Pendidikan Islam. Jakarta:
CV. Rajawali, 1991.
Fatah, Rohandi Abdul dan M. Tata
Taufik. Manajemen Dakwah di Era Global: Sebuah Pendekatan Metodologi.
Jakarta: AMISSCO, 2003.
http://ismiarini.blogspot.com/2014/05/komunikasi-tatap-muka.html,
diakses pada hari Sabtu, 02/05/2018 pukul 12:44 WIB.
http://pakarkomunikasi.com/hambatan-hambatan-komunikasi,
diakses pada hari Sabtu, 02/05/2018 pukul 12:58 WIB.
http://strategidakwahmelaluimediamassa.blogspot.com,
di akses pada Kamis 31/05/2018 pukul 08.00 WIB.
http://warnakuungu.blogspot.com/2010/12/komunikasi-interpersonal-tatap-muka-dan.html?m=1,
diakses pada hari Sabtu, 02/05/2018 pukul 13:12 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial,
diakses pada hari Sabtu, 02/05/2018 pukul 12:51 WIB.
https://mobile.facebook.com/IdeOutAdvertising/posts,
diakses pada hari Sabtu 02/05/2018 pukul 13:14 WIB.
Jumantoro,
Totok. Psikologi Dakwah dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qurani.
Jakarta: AMZAH, 2001.
Ma’arif, Bambang S.. Komunikasi Dakwah: Paradigma untuk Aksi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010.
Mahyuddin, Asep dan Agus Ahmad Syafi’i.
Metode Pengembangan Dakwah. Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Majid. Tantangan dan Harapan Umat
Islam Di Era Globalisasi. Bandung: CV Pustaka Setia, 2000.
Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah:
Membangun Cara Berfikir dan Merasa. Malang: Madani Press, 2014.
Rakhmat, Jalaludin. Psikologi
Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Rakhmawati, Istina. Perkembangan
Media sebagai Sarana Dakwah. Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam Vol. 4 No.
1. Kudus: AT-TABSYIR, 2016.
Tamburaka, Apriadi. Literasi
Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. Jakarta:
Rajawali Pers, 2013.
Toni, Hariya. Pesantren sebagai Potensi
Pengembangan Dakwah Islam. Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 1 No. 1 tahun
2016.
Wiradisuria. Tradisi Transformasi Modernisasi dan
Tantangan Masa
Depan Di Nusantara. Bandung:
Program Pascasarjana Universitas Pajajaran, 1993.
Zaini, Ahmad. Dakwah melalui
Internet. Jurnal Komunikasi
Penyiaran Islam, Vol. 1 No. 1 Juni tahun 2013.
[1] http://ismiarini.blogspot.com/2014/05/komunikasi-tatap-muka.html,
diakses pada hari Sabtu, 02/05/2018 pukul 12:44 WIB.
[2]
Istina Rakhmawati, Perkembangan Media sebagai Sarana Dakwah, Jurnal
Komunikasi Penyiaran Islam Vol. 4 No. 1 (Kudus: AT-TABSYIR, 2016), 54.
[3]
Hariya Toni, Pesantren sebagai Potensi Pengembangan Dakwah Islam, Jurnal
Dakwah dan Komunikasi Vol. 1 No. 1 tahun
2016, 103.
[7]
Asep Mahyuddin dan Agus Ahmad Syafi’i, Metode Pengembangan Dakwah (Bandung:
Pustaka Setia, 2002), 213.
[10]
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah: Membangun Cara Berfikir dan Merasa (Malang:
Madani Press, 2014), 160.
[14] http://pakarkomunikasi.com/hambatan-hambatan-komunikasi,
diakses pada hari Sabtu, 02/05/2018 pukul 12:58 WIB.
[24] Rohandi Abdul fatah dan M. Tata Taufik,
Manajemen Dakwah di Era Global: Sebuah Pendekatan Metodologi (Jakarta:
AMISSCO, 2003) 83.
[25] http://warnakuungu.blogspot.com/2010/12/komunikasi-interpersonal-tatap-muka-dan.html?m=1,
diakses pada hari Sabtu, 02/05/2018 pukul 13:12 WIB.
[27] Apriadi Tamburaka,
Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak
Media Massa (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 42.
[33] Nur Ahmad, Keunggulan Metode Dakwah
melalui Media, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam Vol. 4 No. 1 (Kudus:
AT-TABSYIR, 2016), 42.
[36] http://strategidakwahmelaluimediamassa.blogspot.com,
di akses pada Kamis 31/05/2018 pukul 08.00 WIB.
[39] Totok Jumantoro, Psikologi Dakwah
dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qurani (Jakarta: AMZAH, 2001), 20.
[42] https://mobile.facebook.com/IdeOutAdvertising/posts,
diakses pada hari Sabtu 02/05/2018 pukul 13:14 WIB.
[44] https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial,
diakses pada hari Sabtu, 02/05/2018 pukul 12:51 WIB.
[46] Ahmad Zaini, Dakwah melalui Internet, Jurnal
Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 1 No. 1 Juni tahun 2013, 101.
[52] Arifin, Pendidikan Islam Dalam Arus
Dinamika Masyarakat: Suatu Pendekatan Filosofis, Paedagogis, Psikososial dan
Kultural (Jakarta: PT. Golden
Terayon Press, 1991), 12-13.
[54] Wiradisuria, Tradisi Transformasi Modernisasi dan
Tantangan Masa
Depan Di Nusantara (Bandung:
Program Pascasarjana Universitas Pajajaran, 1993), 25-34.
[55] Majid, Tantangan dan Harapan Umat
Islam Di Era Globalisasi (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2000), 79.
[57] Bambang S. Ma’arif, Komunikasi
Dakwah: Paradigma untuk Aksi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), 172.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar