Minggu, 30 Desember 2018

MEDIA DAKWAH


MEDIA DAKWAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Psikologi Dakwah
Description: LOGO IAIN.jpg

Disusun Oleh:
Kelompok     : 13
                            Imro’atul Koiriyah                        (210315043) 
Liya Rizki Fadillah                             (210315058)
Suci Nur Alifah                                  (210315051)

Kelas/Semester:
PAI.B/VI

Dosen Pengampu:
Sunartip, M.Sy.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
JUNI 2018

BAB 1
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Dalam mengahadapi era globalisasi informasi dan perkembangan teknologi akhir-akhir ini, dunia dihadapkan kepada cepatnya perkembangan arus informasi. Pemanfaatan alat-alat teknologi sebagai media penyampai informasi kepada khalayak, sepertinya tidak dapat dibendung. Tetapi sebaliknya, keberadaan teknologi canggih di era globalisasi informasi dan komunikasi ini harus dimanfaatkan untuk penyebaran informasi dan pesan-pesan dakwah Islam.
Aktivitas dakwah Islam saat ini tidak cukup dengan media tradisional, seperti melalui ceramah dan pengajian yang masih menggunakan media komunikasi oral atau komunikasi tutur. Penggunaan media-media komunikasi modern sesuai dengan taraf perkembangan daya pikir manusia harus dimanfaatkan sedemikian rupa, agar dakwah Islam lebih mengena sasaran dan tidak out of date.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai macam-macam media dakwah, seperti media tatap muka, media cetak dan elektronik, serta media sosial.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana dakwah menggunakan media tatap muka?
2.      Bagaimana dakwah menggunakan media cetak dan media elektronik?
3.      Bagaimana dakwah menggunakan media sosial?


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Dakwah menggunakan Media Tatap Muka
1.      Pengertian
Media tatap muka merupakan suatu bentuk komunikasi yang mempertemukan secara tatap muka antara pihak komunikator dan pihak komunikan dengan ruang dan waktu yang sama. Pesan disampaikan secara langsung dari komunikator dan secara langsung dapat menerima langsung dapat menerima umpan balik atau feedback dari komunikan.[1]
Bila kita cermati bersama media ini sebetulnya merupakan salah satu media yang cukup murah, praktis dan strategis. Murah karena tidak memerlukan biaya yang mahal, kita hanya datang, bertemu kemudian apa yang kita inginkan atau kita sampaikan bisa langsung sampai pada yang bersangkutan dan apabila kurang adanya kejelasan kita langsung bisa bertanya dan saat itu juga suasana bisa terselesaikan karena ada kesepahaman dengan apa yang kita inginkan. Praktis karena media ini tanpa mengenal basa-basi bahkan layaknya kita menjalin hubungan silaturahim, panjang umur, banyak rizki dan banyak saudara karena kita bertemu langsung dengan kita bertemu lewat telepon tentunya auranya adalah berbeda. Strategis, media ini mampu membangkitkan gairah dan pertemanan yang luar biasa disaat kita tidak pernah bertemu kemudian saat ini kita bisa bertemu langsung pasti kerinduan yang selama ini terpendam akan terasa lega dan bahagia.[2]
2.      Aplikasi atau Penerapan
a.       Pesantren
Pengertian sebagai lembaga dakwah benar melihat kiprah pesantren dalam kegiatan melakukan dakwah dikalangan masyarakat, dalam arti kata melakukan suatu aktifitas menumbuhkan kesadaran keberagaman atau melaksanakan ajaran-ajaran agama secara konsisten sebagai pemeluk agama Islam.[3]
Sebenarnya secara mendasar seluruh gerakan pesantren baik di dalam maupun di luar pondok adalah bentuk-bentuk kegiatan dakwah sebab pada hakikatnya pondok pesantren berdiri tak lepas dari tujuan agama secara total. Keberadaan pesantren di masyarakat merupakan suatu lembaga yang bertujuan menegakkan kalimat Allah dalam pengertian peyebaran agama Islam agar pemeluknya memahami dengan sebenarnya.  Oleh karena itu kehadiran pesantren sebenarnya dalam rangka dakwah Islamiyah. Hanya saja kegiatan-kegiatan pesantren dapat dikatakan sangat beragam dalam memberikan pelayanan untuk masyarakatnya dan tidak dapat dipungkiri bahwa seorang tidak lepas dari tujuan pengembangan agama.[4]
Memiliki kegiatan-kegiatan itu dari aspek dakwah maka wujud riil dan dakwah yang dikembangkan oleh pesantren terdapat berbagai cara antara lain:
1)     Pembentukan kelompok-kelompok pengajian bagi masyarakat.
2)     Memadukan kegiatan dakwah melalui kegiatan masyarakat.[5]
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wujud riil dari dakwah ala pesantren ada yang berbentuk dakwah billisan dan ada pula yang berbentuk dakwah bilhal yang menompang kegiatan masyarakat pada umunya, dan di sisi lain pula bahwa pesantren juga mewajibkan bagi santrinya untuk mengabdi menjadi da’i baik untuk pesantren maupun masyarakat seperti adanya da’i-da’i sukarelawan yang diseponsori oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).[6]
b.      Pengajian
Pengajian merupakan kegiatan keagamaan atau rutinitas ibadah yang mengajarkan ilmu keagamaan, pendidikan agama yaitu mengerahkan, mencurahkan segala kemampuan yang berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan kepada jama’ah. Pengajian juga dapat dikatakan sebagai wadah atau yang memberikan pengetahuan atau doktrin agama yang dijadikan cara untuk berdakwah kepada masyarakat atau jama’ah.[7]
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pengertian pengajian sebagai media dakwah merupakan suatu kegiatan atau wahana Majelis Taklim yang mengajarkan atau mendalami keilmuan tentang agama baik itu merupakan akidah, syari’ah, ibadah atau muamalah sebagai sarana atau jembatan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada mad’u atau jama’ah.[8]
Pengajian sebegai wahana atau media dalam berdakwah memiliki waktu-waktu tertentu untuk dilaksanakan sesuai dengan rencana atau kondisi. Pengajian dalam rangka mencapai tujuan yang meliputi berbagai bidang sering kali juga dilakukan secara bertahap dalam periode-periode tertentu sesuai dengan tujuannya.[9]
c.       Kuliah
Sebagai lembaga pengetahuan ilmu, maka perguruan tinggi Islam harus menampilkan sosok yang benar-benar tampak diwarnai oleh ajaran Islam yang mulia. Jika hal-hal seperti itu berhasil ditampakkan, maka perguruan tinggi akan benar-benar berhasil sebagai kekuatan dakwah. Artinya keberadaan perguruan tinggi Islam itu telah menyandang kekuatan dan kewibawaan untuk mempengaruhi, baik kalangan internal kampus maupun pihak-pihak luar yang bersentuhan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan perguruan tinggi Islam ini. Peran dakwah oleh warga kampus, dakwah adalah kegiatan untuk meyampaikan pesan-pesan ajaran Islam, memberikan keteladanan, sekaligus juga menggerakkan. Dan jika semua itu berhasil diwujudkan, maka perguruan tinggi Islam tersebut telah menjalankan peran-peran dakwah yang sebenarnya.[10]
3.      Cara
a.       Ceramah
Ceramah pada dasarnya merupakan metode yang dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, penjelasan, pengertian, penjelasan tentang suatu masalah di hadapan orang banyak maka metode ini harus dikuasai oleh seseorang yang akan menyampaikan materi dengan menggunakan metode tersebut.[11]
b.      Diskusi
Diskusi sebagai thariqah dakwah adalah menyampaikan materi dakwah dengan jalan bertukar pendapat atau informasi tentang masalah agama antar beberapa orang dalam tempat tertentu.[12]
c.       Khutbah Jum’at
Khutbah Jum’at merupakan salah satu media yang strategis untuk dakwah Islam, karena ia bersifat rutin dan wajib dihadiri oleh kaum muslimin secara berjamaah. Tapi sayangnya banyak para ulama dan da’i tidak memanfaatkan khutbah Jum’at secara maksimal. Maka karena itu hendaknya para khatib mencari metode dan strategi yang efektif di dalam berkhutbah, agar khutbah Jum’at lebih maksimal hasilnya di dalam membina umat Islam.[13]
4.      Hambatan dan Solusi
a.       Hambatan
1)     Hambatan Personal
Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi pada peserta komunikasi, baik komunikator maupun komunikan atau komunikate. Hambatan personal dalam komunikasi meliputi sikap, emosi, setereotyping, perasangka, bias, dan lain-lain.[14]
2)     Hambatan Kultural atau Budaya
Komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang memiliki kebudayan dan latar belakang berbeda mengandung arti bahwa kita harus memahami dalam nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap yang dipegang orang lain.[15]
Hambatan kultural atau budaya mencangkup bahasa, kepercayaan dan keyakinan.  Hambatan bahasa terjadi ketika orang yang berkomunkasi tidak menggunkan bahasa yang sama, atau tidak memiliki tingkat kemampuan berbahasa yang sama.[16]
3)     Hambatan Fisik
Beberapa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi. Hambatan fisik komunikasi mencangkup panggilan telepon, jarak antar individu, dan radio titik. Hambatan fisik ini pada umumnya dapat diatasi.[17]
4)     Hambatan Lingkungan
Tidak semua hambatan kimunikasi disebabkan oleh manusia sebagai peserta komunikasi. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang turut mempengaruhi proses komunikasi yang efektif. Pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat mengalami rintangan yang dipicu oleh faktor lingkungan yaitu latar belakang fisik atau situasi dimana komunikasi terjadi. Hambatan lingkungan ini mencangkup tingkat aktivitas, tingkat kenyamanan, gangguan, serta waktu titik.[18]
b.      Solusi
1)     Pengirim Pesan atau Komunikator atau Sender
Komunikasi adalah suatu proses yang berlangsung dua arah dan diawali oleh pengirim pesan. Pengirim pesan hendaknyamerumuskan informasi sedemikian rupaagar tujuan komunikasi tercapai. Pengirim pesan harus proaktif dalam membuat penerima atau komunikasi atau komunikator mengerti dan memahami pesan yang disampaikan.[19]
2)     Pesan
Pesan merupakan informasi sederhana yang ingin disampaikan oleh pengirim pean kepada penerima. Pesan dapat berupapesan verbal maupun pesan non-verbal.[20]
3)     Menerima atau Komikan atau receiver
Penerima pesan membutuhkan informasi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk itu, penerima pesan harus memgang kendali atas seluruh proses komunikasi yang berlangsung. Agar penerima pesan terkendali, adalah penting bagi penerima pesan untuk yakin bahwa pengirim pesan memahami apa yang diinginkan oleh penerima pesan dan mengapa merka menginginkannya.
Aktif mengdengarkan adalah suatu proses yang digunkan oleh penerima pesan untuk memfasilitasi komunikasi dan meningkatkan penampilan. Dalam artian, penerima pesan aktif dalam proses komunikasi. Agar penerima pesan dapat mengdengarkan aktif.[21]
4)     Umpan Balik Pesan
Penerima yang efektif memverifikasi pemahaman mereka pesan yang dikirim oleh pengirim pesan. Mereka menyadari kata-kata, nada suara dan bahasa tubuh ketika mereka mengirim umpan balik. Berbagai bentuk umpan balik yang diberikan dapat berupa pengakuan, pengulangan dan parafrase.[22]
Kemudian yang dimaksud dengan pengakuan adalah bahwa penerima pesan telah menerima dan memahami pesan yang disampaikan. Untuk pesan yang bersifat informatif yang rumit, pengakuan saja tidak cukup untuk memastikan dan memahami pesan yang disampaikan.
Sedangkan yang dimaksud pengulangan adalah mengulang kembali kata-kata yang disampaikan oleh pengirim pesan. Terakhir, yang dimaksud parafrase adalah mengulang kata-kata oleh penerima pesan sendiri kepada penhirim pesan. Parafrase memungkin penerima pesan untuk melakukan verifikasi terhadap pemahaman pesan dan menunjukkan ke pengirim pesan bahwa penerima pesan mendengarkan pesan yang baik.[23]
5.      Kelebihan dan Kekurangan
a.       Kelebihan
Media komunikasi atau Media tatap muka. Media tatap muka adalah media yang efektif dalam  menyampaikan informasi atau pesan, karena media dapat manghasilkan respon secara langsung dalam pertemuaan ada makna tertentu yang tidak dimiliki oleh media komunikasi lainnya, maka media ceramah, diskusi perkuliahan yang bersifat langsung merupakan media yang paling efektif dalam menyampaikan pesan atau tabligh serta paling mampu melahirkan respon dari publik.[24]
b.      Kekurangan
Kekurangannya yaitu tidak efisien dalam kecepatan menyampaikan pesan dan tidak efektif dalam waktu. Ketika kita mengedepankan komunikasi interpersonal dengan bertatap muka, kita akan dipusingkan oleh masalah waktu dan tempat. Apabila lawan bicara anda berada ditempat yang jauh dari anda, apakah anda akan menemuinya sekedar untuk mengatakan hari ini tidak masuk kerja karena sakit.
Bagaimana dengan lawan bicara yang berada diluar kota, luar pulau dan luar negeri apakan anda akan menemuinya hanya untuk berbicara tatap muda kepadanya. Hal tersebut berimbas dengan waktu yang ada. Bayangkan waktu anda akan tersita untuk perjalanan menemui para lawan bicara anda. Hal ini membuat komunikasi tidak berjalan efesien.[25]
B.     Dakwah menggunakan Media Cetak dan Media Elektronik
1.      Pengertian
Media cetak adalah saluran komunikasi di mana pesan-pesan verbalnya (tertulis) maupun dalam bentuk gambar-gambar seperti karikatur dan komik dilakukan dalam bentuk tercetak. Media ini sangat baik disebarluaskan untuk mereka yang bisa membaca dan memiliki waktu senggang yang cukup. Surat kabar atau media cetak lainnya memiliki kelebihan, yakni dapat dibaca oleh banyak orang terutama dalam satu rumah tangga, asrama, hotel atau di perpustakaan.[26]
Media cetak adalah media masa yang menggunakan media cetak seperti kertas koran yang di dalamnya ada tulisan yang berupa kata-kata dan kalimat, tetapi tulisan itu bukanlah tulisan biasa layaknya surat-menyurat melainkan tulisan yang disebut news (berita) yang teknik penulisannya mengikuti kaidah jurnalistik. Surat kabar dan majalah merupakan bagian dari media massa cetak.[27]
Memproduksi media cetak biasanya tergantung bentuk dan sifat program yang akan diluncurkan (launching). Produksi media cetak bisa dalam bentuk surat kabar, tabloid, buku, buletin, atau selebaran. Karena biaya untuk menerbitkan surat kabar misalnya cukup besar, maka perencana komunikasi bisa bekerja sama dengan para penerbit besar mempromosikan programnya, seperti penyadaran masyarakat untuk kesehatan atau lingkungan hidup. Kerja sama ini dalam bentuk pemasangan iklan layanan masyarakat atau artikel yang dibuat khusus untuk tema itu.[28]
2.      Aplikasi atau Penerapan
a.       Majalah
Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasa diterbitkan mingguan, dwimingguan atau bulanan. Majalah biasanya memiliki artikel mengenai topik populer yang ditujukan kepada masyarakat umum dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang. Publikasi akademis yang menulis artikel padat ilmu disebut jurnal.[29]
Tipe majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju, artinya redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya. Kategori majalah pada masa orde baru adalah: majalah berita, keluarga, wanita, pria, remaja wanita, remaja pria, anak-anak, ilmiah popular, umum, hukum, pertanian, humor, olahraga, daerah. Fungsi majalah mengacu pada sasaran khalayak yang spesifik. Majalah dengan topik atau kategori tertentu mempunyai spesialisasi sasaran pembeli dan pembaca yang dikehendaki.[30]
Majalah, media yang paling simpel organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Majalah tetap dibedakan dengan surat kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri: penyajian lebih dalam, nilai aktualitas lebih lama, gambar/foto lebih banyak, cover/sampul sebagai daya tarik.[31]
Majalah mempunyai fungsi yaitu menyebarkan informasi atau misi yang dibawa oleh penerbitnya. Majalah biasanya mempunyai ciri tertentu, ada yang khusus wanita, remaja, pendidikan, keagamaan, teknologi, kesehatan, olahraga, dan sebagainya. Sekalipun majalah mempunyai ciri tersendiri tetapi majalah masih dapat difungsikan sebagai media dakwah, yaitu dengan jalan menyelipkan misi dakwah kedalam isinya, bagi majalah bertema umum. Jika majalah tersebut majalah keagamaan maka dapat dimanfaatkan sebagai majalah dakwah. Jika berdakwah melalui majalah maka seorang da’i dapat memanfaatkannya dengan cara menulis rubrik atau kolom yang berhubungan dengan dakwah Islam.[32]
b.      Radio
Radio merupakan sarana informasi yang penyampaian informasinya dengan menggunakan pemanfaatan gelombang elektromagnetik dan menggunakan frekuensi, artinya penyampaian informasi kepada masyarakat berupa suara yang berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang elektromagnetik sebagai media. Radio merupakan salah satu media dakwah yang bersifat auditif, murah, dan merakyat. Selain itu, radio juga praktis digunakan sebagai media dakwah karena tidak tergantung oleh ruang dan waktu serta berkumpulnya mad’u. Era reformasi seperti ini, banyak masyarakat yang meninggalkan radio, mereka menganggap radio bukan kebutuhan yang penting artinya tidak setiap hari mereka mendengarkan radio, tetapi hanya diwaktu senggang saja. Berbeda dengan televisi ataupun koran, yang selalu menemani dalam sehari-hari.[33]
Melihat kondisi seperti ini radio perlu dikembangkan kembali dengan menggugah minat masyarakat untuk mendengarkan radio dan dimanfaatkan sebagai kebutuhan sehari-hari. Sebagai penerus masa depan, mari kita mencoba mengisi acara-acara siaran dakwah dengan bentuk yang lebih menarik. Radio juga memiliki peran dalam menentukan kehidupan masyarakat apalagi dibidang teknologi komunikasi menyebabkan pengaruh yang besar terhadap penyebarluasan informasi atau gagasan. Dakwah melalui media radio, kegiatan penyebaran dakwah akan mudah diterima masyarakat dengan cepat dan serentak.[34] Penggunaan radio sebagai media dakwah, sudah banyak dilakukan di Indonesia, yang dikenal sebagai radio dakwah, yang pada umumnya didirikan di masjid atau pesantren, sebagai lembaga penyiaran komunitas.[35]
c.       Televisi
Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar.[36]
TV sebagai media dakwah sangatlah efektif dengan kelebihannya sebagai sebagai audio visual: selain bersuara, juga dapat dilihat. Penggunaan TV sebagai media tentu saja bisa dilakukan dengan membuat program-program tayangan bermuatan pesan dakwah, baik berupa drama, ceramah, film-film ataupun kata-kata hikmah sebagaiman telah banyak ditayangkan di berbagai stasiun TV.[37]
Dakwah melalui televisi telah banyak dilakukan di Indonesia, seperti adzan maghrib atau acara-acara khusus pada bulan Ramadhan, dan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Televisi dapat juga bermanfaat sebagai media yang menyajikan dialog-dialog tentang berbagai masalah yang dihadapi oleh ummat Islam.[38]
3.      Hambatan dan Solusi
a.       Hambatan
Berikut adalah hambatan yang bisa terjadi ketika berdakwah melalui surat kabar atau media cetak:
1)  Semantic Faktor, hambatan ini berupa pemakaian kosa kata yang tidak dipahami oleh mad’u. Ini bisa berdasarkan pengalaman sebanyak apa mereka mendapatkannya. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, kelompok masyarakat sangat mempengaruhi diterima tidaknya suatu pesan.
2)  Prejudisec(Prasangka), prasangaka adalah hambatan yang paling berat terhadap kegiatan dakwah. Dan kita pun tidak mampu mencegah masalah ini karena tentu saja kita tidak bisa mengendalikan siapa yang membacatulisan kita.
3)  Menyesatkan Pengertian, apabila dalam suatu surat kabar tidak mempunyai seorang redaktur yang mengerti tentang ajaran Islam yang benar, maka di sana tidak ada penyaringan yang tepat sesuai ajaran Islam yang sesungguhnya. Dan ini dapat menyesatkan kepada para pembaca surat kabar.
4)  Merusak atau memalsu isi komunikasi, terkadang ada juga seorang wartawan memutarbalikan fakta untuk menarikpembaca. Tentu saja hal ini dapat merusak kebenaran dalam agama apabila berita yang disampaikan berhubungan dengan Islam.
5)  Menafsirkan suatu pesan dengan ukuran luas lingkup pandandangan sendiri yang terlalu sukar untuk dimengerti.[39]
b.      Solusi
Jadi karena dalam surat kabar feedback tidak bisa diterima langsung antara dai dan mad’u, maka madu menafsirkan sendiri sesuai dengan pengalaman yang ia pahami sendiri. Para da’i dituntut untuk dapat menerjemahkan pesan Islam sesuai dengan manajemen dakwah modern, efektif, dan efesien kepada masyarakat luas.Maka Islam akan semakin luas jangkauannya dan mudah dimengerti bahasanya serta tidak disalahartikan oleh non muslim.[40]
Melalui bahasa itulah terjadi komunikasi anatara individu dengan individu lainnya, sehingga mereka berbahasa sama merasakan suatu ikatan batin sebagai suatu kelompok. Apabila seorang dai mampu menggunakan bahasa yang mampu dipahami oleh siapa saja, tentunya tujuan dakwah bisa tersampaikan kepada madu. Tidak hanya yang beragama muslim saja mengerti dengan bahasa tulisan yang dimaksud, tapi juga bisa mempengaruhi orang yang belum beragama Islam menjadi tertarik dengan Islam karena bahasanya yang mudah dimengerti serta menarik perhatian.[41]
4.      Kelebihan dan Kekurangan
a.       Kelebihan Media Cetak
1)     Dapat dibaca berkali-kali dengan cara menyimpannya.
2)     Dapat membuat orang yang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan.
3)     Biasa disimpan atau dicollect isi informasinya.
4)     Harganya lebih terjangkau maupun dalam distribusinya.
5)     Lebih mampu menjelaskan hal-hal yang bersifat kompleks.[42]
b.      Kekurangan Media Cetak
1)     Dari segi waktu media cetak lambat dalam memberikan informasi. Karena media cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita yang terjadi pada masyarakat dan harus menunggu turun cetak.
2)     Media cetak hanya dapat berupa tulisan.
3)     Media cetak haya dapat memberikan visual berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi berita.
4)     Biaya produksi yang cukup mahal karena media cetak harus mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati masyarakat.[43]
C.      Dakwah menggunakan Media Sosial
1.      Pengertian
Media sosial adalah sebuah media, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blogjejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.[44]
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content". Media sosial teknologi mengambil berbagai bentuk termasuk majalah, forum internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki, podcast, foto atau gambar, video, peringkat dan bookmark sosial.[45]
2.      Aplikasi atau Penerapan
a.       Facebook
Facebook merupakan salah satu jejaring sosial yang ada di internet. Facebook mempunyai jutaan pengguna dengan bermacam-macam latar belakang pendidikan, profesi, pekerjaan, kasta dan lain-lain. Dari pengusaha papan bawah dan atas, birokrat sampai kalangan-kalangan paling elitpun bisa ditemukan di sini. Dari kalangan anak-anak hingga orang tua, dari kalangan terpelajar hingga awam. Dari artis, selebritis hingga ustadz akan ditemukan di sini. Berdakwah menggunakan facebook mempunyai ragam bentuk manfaat. Walaupun oleh sebagian orang, facebook dianggap lebih banyak mudlaratnya bahkan mereka mengatakan bahwa facebook adalah sumber dari kesesatan di dunia maya, internet. Tetapi kita sebagai umat Islam, harus memanfaatkannya untuk kepentingan dakwah.[46]
Misalnya saling bertukar pesan-pesan dakwah yang ringan dan mudah dipahami dan mudah dilaksanakan, saling mengingatkan kepada amalan-amalan kebaikan, mengundang untuk mengikuti acara-acara keagamaan yang terdekat. Jadi, pada dasarnya kemajuan teknologi seperti facebook misalnya bersifat netral, maka penggunanyalah yang sangat menentukan ke arah mana ia digunakan, baik atau buruk sepenuhnya tergantung di tangan penggunanya.[47]
b.      Blog dan Website
Menggunakan fasilitas blog (website pribadi) dan website. Blog pada awalnya adalah media sosial yang digunakan hanya untuk menulis catatan harian pribadi yang ada di internet. Bahkan tak jarang para blogger menjadikannya hanya sekedar “diary internet”. Beberapa tahun kemudian dari perkembangannya itu, blog digunakan untuk kepentingan pribadi baik ekonomi, sosial, politik, budaya maupun yang lainnya. Sedangkan website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang biasanya terangkum dalam sebuah domain atau subdomain, yang tempatya berada di World Wide Web (WWW).[48]
Perbedaan dakwah melalui blog dan website, jika website biasa hanya menyediakan “komunikasi satu arah”, pengunjung hanya menerima apa yang mereka baca di halaman website tersebut tanpa bisa mengomentarinya (pengunjung menjadi pasif), sedangkan blog memberikan “komunikasi dua arah” pada pengunjung, konten yang di publikasi dapat diberi komentar dan komentar dapat dibalas dengan pengunjung lain atau pemilik blognya (pengunjung menjadi aktif). Hal itu akan lebih bermanfaat lagi ketika blog digunakan untuk kepentingan dakwah, begitu juga website jika digunakan sebagai media dakwah yang efektif dan efisien.[49]
c.       Chatting
Menggunakan fasilitas chatting yang memungkinkan untuk berinteraksi secara langsung. Jika dibandingkan dengan dua fasilitas yang telah disebutkan sebelumnya, sebenarnya fasilitas chatting lingkupnya lebih sempit sebab kegiatan dakwah melalui fasilitas ini hanya berlangsung pada saat pelaku dakwah sedang on-line di internet saja.[50]
d.      Mailing List
Menggunakan fasilitas mailing list dengan mengajak diskusi keagamaan atau mengirim pesan-pesan moral kepada seluruh anggotanya. Contohnya, halal-baik-enak@yahoogroup.com, pesantren@yahoogroup.com, Tafsir-Quran@yahoo.group.com, dan sebagainya.[51]
3.      Hambatan dan Solusi
a.       Hambatan
Dampak-dampak negatif dari teknologi modern telah mulai menampakkan diri di depan mata, yang pada prinspnya berkekuatan melemahkan daya mental spiritual atau jiwa yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilan.
Tidak hanya nafsu mutmainah yang dapat diperlemah oleh rangsangan negatif dari teknologi elektronik dan informatika, melainkan juga fungsi-fungsi kejiwaan lainnya seperti kecerdasan fikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat tekonologi elektronik dan informatika seperti komputer, foto copy jarak jauh (facsimile), Vidio Casette Recorder (VCR), komoditi Cellaloid (Film, Vidio, Disc) dan sebagainya.[52]
Abdullah Fajar menyatakan bahwa tantangan terbesar yang secara diam-diam muncul dalam masa sekarang ini bukan tantangan kebodohan, akan tetapi tantangan pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan sebagai yang dirancang dan disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia oleh peradaban Barat itu adalah pengetahuan yang menginginkan kenyataan, kepastian, tetapi yang ia hasilkan ialah kerancuan dan keraguan (dalam arti sebagai metodologi ilmiah maupun sebagai epistemologi yang sah).[53]
Ziauddin Sardar mengemukakan bahwa abad informasi ternyata telah menghasilkan sejumlah besar problem. Menurutnya, bagi dunia muslim, evolusi informasi menghadirkan tantangan-tantangan khusus yang harus diatasi demi kelangsungan hidup fisik maupun budaya umat.
Tidak jarang tantangan-tantangan itu merupakan dilema utama, sehingga kita harus bisa memahami manfaat dan mudarat teknologi informasi serta secara sadar memanfaatkannya untuk mencapai tujuan dakwah.
Bahkan H. Sambas Wiradisuria menandaskan bahwa teknologi tidak boleh diserahkan kepada teknologi dan ekonomi saja, melainkan memerlukan pengikutsertaan dalam pengambilan kepustakaan oleh berbagai wakil-wakil masyarakat, termasuk ulama atau pemuka-pemuka agama dan para cendekiawan serta budayawan.
Menurutnya, pada satu pihak golongan ahli teknologi dari ilmuwan harus mengerti implikasi-implikasi sosial dan etis yang melekat pada cara memaknai teknologi itu. Pada pihak lain, golongan agamawan (para da’i) dan budayawan perlu melek huruf mengenai teknologi.[54]
b.      Solusi
Kemudian cara untuk memfilter trend global yang negatif. seiring dengan perkembangan dan trend masyarakat dunia serta masalah umat manusia yang semakin kompleks dan rumit saat ini adalah sebagai berikut:
1)     Perlu adanya konsep dan strategi dakwah yang tepat untuk membentuk ketahanan diri dan keluarga melalui pengefektifan fungsi nilai-nilai-agama, karena dengan dasar agama yang kuat dapat dijadikan filter pertama dan utama untuk menghadapi berbagai masalah.
2)     Mempertahankan nilai-nilai budaya luhur yang dapat melestarikan tradisi positif yang pada dasarnya tidak bertentangan dengan paham dan ajaran agama (Islam) yang menanamkan nilai-nilai baik dan suci.
3)     Perlu dukungan dan keiukutsertaan semua lapisan masyarakat untuk menciptakan dan memiliki komitmen yang sama dalam melihat seberapa bergunanya nilai-nilai baru itu untuk sebuah komunitas dan kemajuan masyarakat.
4)     Kesiapan dan kematangan intelektual serta emosional setiap penerima message baru, apakah hal tersebut memang akan mendatangkan manfaat plus buat diri dan lingkungannya atau tidak.[55]
4.      Kelebihan dan Kekurangan
a.       Kelebihan Media Sosial
Di sini kami mengambil media sosial internet yang mempunyai kelebihan dan kekurangan untuk digunakan dalam berdakwah: Internet sebagai salah satu media massa yang memiliki jangkauan yang luas dan mendunia dapat digunakan sebagai media penyampaian pesan yang cepat dan efektif, termasuk pesan-pesan dakwah. Kelebihan-kelebihan internet sebagai media penyampai pesan adalah sebagai berikut:
1)     Internet memiliki kecepatan mengirim dan memperoleh informasi sekaligus sebagai penyedia data yang shopiscated.
2)     Internet sebagai penyedia media informasi surat kabar (electronic newspaper), program film, TV, buku baru, serta lagu-lagu mulai dari yang bernuansa klasik sampai lagu-lagu kontemporer.
3)     Internet sebagai media antarpribadi dengan pengiriman pesan dalam bentuk electronic mail (e-mail). Surat yang mau dikirim tidak perlu melalui kantor pos yang bisa berminggu-minggu baru sampai, apalagi jika tujuannya di luar negeri. Namun, dengan email melalui computer yang berbasis internet, pesan yang dikirim itu dapat diterima pada detik yang sama tanpa mengenal jarak, ruang, dan waktu.
4)     Internet bagi orang muda, dapat dikatakan sudah menjadi bagian budaya mereka.[56]
Menurut Bambang S. Ma’arif internet dapat digunakan sebagai media komunikasi dakwah dengan alasan-alasan berikut ini:
1)     Mampu menembus batas ruang dan waktu dalam sekejap dengan biaya dan energi yang relatif terjangkau.
2)     Pengguna jasa internet setiap tahunnya meningkat drastis, ini berarti berpengaruh pula pada jumlah penyerap misi dakwah.
3)     Para pakar dan ulama yang berada di balik media dakwah melalui internet bisa konsentrasi dalam menyikapi setiap wacana dan peristiwa yang menuntut status hukum syar’i.
4)     Dakwah melalui internet telah menjadi salah satu pilihan masyarakat. Mereka bebas memilih materi dakwah yang mereka sukai. Dengan demikian, pemaksaan kehendak bisa dihindari.
5)     Cara penyampaian yang variatif telah membuat dakwah Islamiah melalui internet bisa menjangkau segmen yang luas. Sejatinya, tak hanya konsep dakwah konvensional yang dapat diberikan melalui internet. Umat Islam bisa memanfaatkan teknologi itu untuk kepentingan bisnis islami, silaturahmi dan lain-lain.[57]
b.      Kekurangan
Untuk kekurangan kami mengambil dari media Televisi dan Radio, yaitu:
1)     Kekurangan Televisi:
a)     Cost yang terlalu tinggi untuk membuat sebuah acara Islami di televisi.
b)    Terkadang tejadi percampuran antara yang haq dan yang bathil dalam acara-acara televisi.
c)     Dunia pertelevisian yang cenderung kapitalistik dan profit oriented.
d)    Adanya tuduhan menjual ayat-ayat al-Quran ketika berdakwah di televisi.
e)     Keikhlasan seorang da’i yang terkadang masih diragukan.
f)      Terjadinya madu yang mengambang.
g)     Kurangnya keteladanan yang diperankan oleh para artis karena perbedaan kharakter ketika berada di dalam dan di luar panggung.
2)     Kekurangan Radio:
a)     Selintas, Siaran radio cepat hilang dan gampang dilupakan. Pendengar tidak bisa mengulang apa yang didengarnya, tidak bisa seperti membaca Koran yang bisa mengulang bacaannya dari awal tulisannya.
b)     Global, Sajian informasi radio bersifat global, tidak detail, karena angka-angka dibulatkan. Misalkan penyiar akan menyebutkan "seribu orang lebih untuk angka 1.053 orang.
c)      Batasan Waktu, Waktu siaran radio relatif terbatas, hanya 24 jam sehari, berbeda dengan surat kabar yang mampu menambah jumlah halaman dengan bebas.
d)     Beralur Linear, Program disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan urutan yang sudah ada, tidak bisa meloncat-loncat. Berbeda dengan membaca, dapat langsung menuju halaman akhir, awal atau tengah.
e)     Mengandung Gangguan, Seperti timbul tenggelam dan gangguan teknis. Radio merupakan salah satu sarana berdakwah yang efektif. Apalagi di segala penjuru bisa menjangkau dakwah dengan adanya radio. Bagi masyarakat pada umumnya yang kurang mampu, pasti mengerti dan memahami radio dan fungsinya.[58]



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1.      Dakwah dengan media tatap muka ada beberapa jenis, yaitu pesantren, pengajian, dan kuliah. Selain itu media dakwah tatap muka juga menggunakan beberapa cara atau metode, di antaranya ceramah, diskusi dan khutbah Jum’at. Akan tetapi, dalam proses dakwah tidaklah selalu berjalan dengan mulus, pasti akan menghadapi hambatan-hambatan yang bisa mengganggu proses dakwah itu sendiri. Dakwah dengan tatap muka juga mempunyai kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan media dakwah lainnya.
2.      Selain dakwah dengan tatap muka, dakwah juga bisa dilakukan dengan media cetak dan elektronik, seperti majalah, radio, televisi, dan sebagainya. Tidak berbeda dengan dakwah tatap muka, dakwah dengan media cetak dan elektronikpun juga mengalami hambatan. Selain itu, dakwah dengan media cetak dan elektronik juga memiliki kelebihan dan kelemahan.
3.      Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, sekarang dakwah juga bisa dilakukan dengan menggunakan media sosial, seperti facebook, blog dan website, chatting, serta mailing list dan lain-lain. Akan tetapi, dakwah menggunakan media inipun juga mengalami banyak tantangan. Selain itu, dakwah dengan menggunakan media sosial juga mendatangkan dampak positif dan juga dampak negatif, artinya media sosial juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nur. Keunggulan Metode Dakwah melalui Media, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam Vol. 4 No. 1. Kudus: AT-TABSYIR, 2016.

Amin, Samsul Munir. Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta:AMZAH, 2008.

Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Arifin, H.M.. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000.

Arifin. Pendidikan Islam Dalam Arus Dinamika Masyarakat: Suatu Pendekatan Filosofis, Paedagogis, Psikososial dan Kultural. Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1991.

Aziz, Moh Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2004.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Fajar, Abdullah.  Peradaban dan Pendidikan Islam. Jakarta: CV. Rajawali, 1991.

Fatah, Rohandi Abdul dan M. Tata Taufik. Manajemen Dakwah di Era Global: Sebuah Pendekatan Metodologi. Jakarta: AMISSCO, 2003.

http://ismiarini.blogspot.com/2014/05/komunikasi-tatap-muka.html, diakses pada hari Sabtu, 02/05/2018 pukul 12:44 WIB.  

http://pakarkomunikasi.com/hambatan-hambatan-komunikasi, diakses pada hari Sabtu, 02/05/2018 pukul 12:58 WIB.

http://strategidakwahmelaluimediamassa.blogspot.com, di akses pada Kamis 31/05/2018 pukul 08.00 WIB.


https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial, diakses pada hari Sabtu, 02/05/2018 pukul 12:51 WIB.

https://mobile.facebook.com/IdeOutAdvertising/posts, diakses pada hari Sabtu 02/05/2018 pukul 13:14 WIB.
Jumantoro, Totok. Psikologi Dakwah dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qurani. Jakarta: AMZAH, 2001.

Ma’arif, Bambang S.. Komunikasi Dakwah: Paradigma untuk Aksi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010.

Mahyuddin, Asep dan Agus Ahmad Syafi’i. Metode Pengembangan Dakwah. Bandung: Pustaka Setia, 2002.

Majid. Tantangan dan Harapan Umat Islam Di Era Globalisasi. Bandung: CV Pustaka Setia, 2000.

Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah: Membangun Cara Berfikir dan Merasa. Malang: Madani Press, 2014.

Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

Rakhmawati, Istina. Perkembangan Media sebagai Sarana Dakwah. Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam Vol. 4 No. 1. Kudus: AT-TABSYIR, 2016.

Tamburaka, Apriadi. Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Toni, Hariya. Pesantren sebagai Potensi Pengembangan Dakwah Islam. Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 1 No. 1 tahun 2016.

Wiradisuria. Tradisi Transformasi Modernisasi dan Tantangan Masa Depan Di Nusantara. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pajajaran, 1993.

Zaini, Ahmad. Dakwah melalui Internet.  Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 1 No. 1 Juni tahun 2013.



[1] http://ismiarini.blogspot.com/2014/05/komunikasi-tatap-muka.html, diakses pada hari Sabtu, 02/05/2018 pukul 12:44 WIB.  
[2] Istina Rakhmawati, Perkembangan Media sebagai Sarana Dakwah, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam Vol. 4 No. 1 (Kudus: AT-TABSYIR, 2016), 54.
[3] Hariya Toni, Pesantren sebagai Potensi Pengembangan Dakwah Islam, Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 1 No. 1  tahun 2016, 103.
[4] Ibid., 104.
[5] Ibid., 105.
[6] Ibid., 106.
[7] Asep Mahyuddin dan Agus Ahmad Syafi’i, Metode Pengembangan Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 213.
[8] Ibid.
[9] Ibid.
[10] Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah: Membangun Cara Berfikir dan Merasa (Malang: Madani Press, 2014), 160.
[11] Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), 167.
[12] Ibid., 172-173.
[13] Ibid., 157.
[14] http://pakarkomunikasi.com/hambatan-hambatan-komunikasi, diakses pada hari Sabtu, 02/05/2018 pukul 12:58 WIB.
[15] Ibid.
[16] Ibid.
[17] Ibid.
[18] Ibid.
[19] Ibid.
[20] Ibid.
[21] Ibid.
[22] Ibid.
[23] Ibid.
[24] Rohandi Abdul fatah dan M. Tata Taufik, Manajemen Dakwah di Era Global: Sebuah Pendekatan Metodologi (Jakarta: AMISSCO, 2003) 83.   
[26] Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 122.
[27] Apriadi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 42.
[28] Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, 135. 
[29] Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 220.
[30] Ibid.
[31] Ibid., 221.
[32] Ibid.
[33] Nur Ahmad, Keunggulan Metode Dakwah melalui Media, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam Vol. 4 No. 1 (Kudus: AT-TABSYIR, 2016), 42.
[34] Ibid., 42-43.
[35] Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 109.
[36] http://strategidakwahmelaluimediamassa.blogspot.com, di akses pada Kamis 31/05/2018 pukul 08.00 WIB.
[37] Ibid.
[38] Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 112. 
[39] Totok Jumantoro, Psikologi Dakwah dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qurani (Jakarta: AMZAH, 2001), 20.
[40] Samsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta:AMZAH, 2008), 171-172.
[41] H.M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000), 74.
[42] https://mobile.facebook.com/IdeOutAdvertising/posts, diakses pada hari Sabtu 02/05/2018 pukul 13:14 WIB.
[43] Ibid.
[44] https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial, diakses pada hari Sabtu, 02/05/2018 pukul 12:51 WIB.
[45] Ibid.
[46] Ahmad Zaini, Dakwah melalui Internet, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 1 No. 1 Juni tahun 2013, 101.
[47] Ibid.
[48] Ibid., 102.
[49] Ibid., 102-103.
[50] Ibid., 103.
[51] Ibid., 104.
[52] Arifin, Pendidikan Islam Dalam Arus Dinamika Masyarakat: Suatu Pendekatan Filosofis, Paedagogis, Psikososial dan Kultural  (Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1991), 12-13.
[53] Abdullah Fajar, Peradaban dan Pendidikan Islam (Jakarta: CV. Rajawali, 1991), 30.
[54] Wiradisuria, Tradisi Transformasi Modernisasi dan Tantangan Masa Depan Di Nusantara (Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pajajaran, 1993), 25-34.
[55] Majid, Tantangan dan Harapan Umat Islam Di Era Globalisasi (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), 79.
[56] Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, 163-164.
[57] Bambang S. Ma’arif, Komunikasi Dakwah: Paradigma untuk Aksi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), 172.
[58] Ibid., 41-44

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi)

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Tekno...