Minggu, 30 Desember 2018

ABILITAS GURU


ABILITAS GURU
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Etika dan Profesi Keguruan”

Disusun Oleh:
Kelompok      : 7
                            Eva Tri Cahyanti                             (210315057)  
Fitri Agustina Kurniawati               (210315073)
Liya Rizki Fadilah                          (210315058)

Kelas/Semester:
PAI.B/VI

Dosen Pengampu:
Anis Afifah, M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
MEI 2018
DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................ i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.    Latar Belakang................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................... 1
BAB II: PEMBAHASAN............................................................................... 2
A.    Keterampilan Bertanya................................................................... 2
B.     Keterampilan Memberi Penguatan.................................................. 5
C.     Keterampilan Memberi Variasi....................................................... 7
D.    Keterampilan Pengelolaan Kelas.................................................... 10
BAB III: KESIMPULAN............................................................................... 13
Daftar Pustaka.................................................................................................. 14


















BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan. Diantaranya adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar.
Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Setiap keterampilan mengajar memiliki komponen dan prinsip dasar tersendiri. Dalam makalah ini, akan diuraikan keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru agar tercipta pembelajaran yang kreatif, professional dan menyenangkan.

B.       Rumusan Masalah
1.        Bagaimana konsep keterampilan bertanya guru profesional?
2.        Bagaimana konsep keterampilan memberi penguatan guru profesional?
3.         Bagaimana konsep keterampilan memberi variasi guru profesional?
4.        Bagaimana konsep keterampilan pengelolaan kelas guru profesional?











BAB II
PEMBAHASAN
A.      Keterampilan Bertanya
Pada kegiatan belajar memungkinkan sekali untuk dapat mengembangkan kebebasan mengeluarkan aspirasi berupa pertanyaan atau jawaban, baik oleh guru maupun peserta didik bahkan mereka dapat menguji suatu ide atau teori maupun praktik penyelenggaraannya sesuai dengan fakta dan penalaran. Berbagai pertanyaan dapat merangsang timbulnya kegiatan belajar. Dalam hal ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengumpulkan informasi tentang apa-apa yang baru dipelajari siswa untuk mengetahui apakah siswa sudah benar-benar belajar atau sudah memperoleh hikmah pembelajaran. [1]
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh ketika guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik, yaitu pertanyaan dapat memperluas wawasan berfikir peserta didik, memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar lebih jauh, mengajarkan budaya demokratis pada diri peserta didik dengan diberikannya kesempatan yang luas untuk menyampaikan pendapat dan menghargai pendapat orang lain serta mengundang penguatan pada diri peserta didik. [2]
1.    Dasar-dasar pertanyaan yang baik
a.       Pertanyaan diajukan secara singkat, tetapi jelas dan berkenaan dengan satu ide saja.
b.      Mula-mula pertanyaan diajukan kepada seluruh kelas lalu guru mempersilahkan salah seorang peserta didik untuk menjawab atau memberi kesempatan kepada peserta didik yang mau menjawabnya.
c.       Jawaban yang dikemukakan oleh peserta didik sebaiknya dilemparkan kembali kepada peserta didik lainnya dan guru mendengar serta memperhatikannya dengan baik.

d.      Jika suatu jawaban itu belum jelas maksudnya, ajukan lagi pertanyaan dengan maksud menuntun peserta didik mencapai jawaban yang dikehendaki secara tepat.
e.       Pertanyaaan-pertanyaan yang diajukan mulai dari yang bersifat sederhana hingga yang bersifat rumit atau kompleks.
f.       Hindari pengulangan pertanyaan yang memiliki maksud sama.
g.      Hindari memberi pertanyaan yang hanya menuntut jawaban ya atau tidak.
h.      Berikan respons yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya. [3]
2.      Jenis-jenis pertanyaan yang baik
a.       Jenis pertanyaan menurut maksudnya
1)      Pertanyaan permintaan, yakni pertanyaan yang mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.
2)      Pertanyaan retoris, yakni pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru. Hal ini merupakan teknik penyampaian informasi kepada murid.
3)      Pertanyaan mengarahkan atau menuntun, yakni pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berpikirnya.
4)      Pertanyaan menggali, yakni pertanyaan lanjutan yang akan mendorong murid untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan pertama.
b.      Pertanyaan menurut Taksonomi Bloom
1)      Pertanyaan pengetahuan atau ingatan, yakni suatu pertanyaan yang menggunakan kata-kata apa, dimana, kapan, siapa dan sebutkan.
2)      Pertanyaan pemahaman, yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri. Biasanya menggunakan kata-kata jelaskan, uraikan dan bandingkan.
3)      Pertanyaan penerapan, yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar, tidak tunggal tetapi lebih dari satu dan menuntut murid untuk membuat ramalan, memecahkan masalah dan mencari komunikasi.
4)      Pertanyaan evaluasi, yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan pnilaian atau pendapanya terhadap suatu isu yang ditampilkan.  [4]
3.      Komponen-komponen keterampilan bertanya
a.       Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
b.      Pemberian acuan, yaitu berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa.
c.       Pemindahan giliran. Pertanyaan harus diberikan secara bergiliran (redirecting) agar tidak didominasi oleh beberapa orang peserta didik saya, hal ini dapat menyebabkan kecemburuan peserta didik.
d.      Penyebaran. Idealnya pertanyaan diberikan ke kelas terlebih dahulu, sehingga semua peserta didik berfikir (memikirkan jawaban), setelah itu pertanyaan disebar untuk memberikan kesempatan pada semua peserta didik.
e.       Pemberian waktu berpikir. Setelah pertanyaan diberikan, berilah waktu untuk berfikir kepada peserta didik kurang lebih satu sampai lima menit, setelah itu guru dapat memberi kesempatan menjawab bagi yang sudah siap, atau langsung menunjuk satu per satu kepada peserta didik.
f.       Pemberian tuntunan. Bila peserta didik mengalami kesulitan untuk menjawab, guru dapat memberikan tuntunan (prompting), sehingga peserta didik memiliki gambaran jawaban yang diharapkan.
g.      Penggunaan pertanyan pelacak. Jika jawaban yang diberikan oleh siswa dinilai benar oleh guru, tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi lebih sempurna, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut. 
h.      Peningkatan terjadinya interaksi. Agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab atas kemajuan dan hasil diskusi, guru hendaknya mengurangi atau menghilangkan perannannya sebagai penanya sentral dengan cara mencegah pertanyaan dijawab oleh seorang siswa. Jika seorang siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab, tetapi melontarkannya kembali kepada siswa lainnya. [5]

B.       Keterampilan Memberi Penguatan
Keterampilan guru dalam memberi penguatan bagi peserta didik menjadi perhatian yang sangat penting, hal tersebut disebabkan karena penguatan lebih penting dilakukan guru daripada guru memberikan hukuman bagi peserta didik. [6]
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Atau, penguatan merupakan respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. [7]
1.    Tujuan pemberian penguatan yaitu
a.    Meningkatkan perhatian siswa
b.    Melancarkan atau memudahkan proses belajar
c.    Membangkitkan dan mempertahankan motivasi
d.   Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu menjadi tingkah laku belajar yang produktif
e.    Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar
f.     Mengarahkan kepada cara berpikir yang baik/divergen dan inisiatif pribadi. [8]
2.    Jenis-jenis penguatan
a.       Penguatan verbal
Biasanya diungkapkan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya, misalnya baus, bagus sekali, betul, ya, seratus buat kamu!
b.      Penguatan nonverbal
Biasanya berbentuk gerakan-gerakan fisik guru (gestural), seperti:
1)      Penguatan bentuk isyarat, misalnya anggukan atau gelengan kepala, senyuman, kerut kening, acungan jempol, wajah mendung, wajah cerah, sorot mata yang sejuk bersahabat atau tajam memandang.
2)      Penguatan pendekatan, misalnya guru berdiri di samping siswa, berjalan menuju siswa, duduk dekat seorang atau sekelompok siswa atau berjalan di sisi siswa. Penguatan ini berfungsi menambah penguatan verbal.
3)      Penguatan dengan sentuhan, misalnya guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan siswa dengan cara menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, berjabat tangan, mengangkat tangan siswa yang memang dalam pertandingan.
4)      Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, misalnya seorang siswa yang menunjukkan kemajuan dalam pelajaran musik ditunjuk sebagai pemimpin paduan suara di sekolahnya.
5)      Penguatan berupa simbol atau benda, penguatan ini dilakukan dengan cara menggunakan berbagai simbol berupa benda seperti kartu bergambar, bintang plastik, lencana, ataupun komentar tertulis pada buku siswa.
6)      Jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak langsung menyalahkan siswa. Umpamanya, bila seorang siswa hanya memberikan jawaban sebagian benar, sebaiknya guru menyatakan, “Ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan,” sehingga siswa tersebut mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk menyempurnakannya.[9]
Dalam hal ini, Mulyasa menyarankan sejumlah hal yang harus diperhatikan guru dalam memberikan penguatan, antara lain:
1.      Penguatan harus diberikan dengan sungguh-sungguh, penuh ketulusan.
2.      Penguatan yang diberikan harus memiliki makna yang sesuai dengan kompetensi yang diberi penguatan.
3.      Hindarkan respon negatif terhadap jawaban peserta didik.
4.      Penguatan harus dilakukan segera setelah sesuatu kompetensi ditampilkan.
5.      Penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi.[10]

C.      Keterampilan Memberi Variasi
Variasi stimulus (stimulus variation) adalah keterampilan untuk memberikan stimulus pembelajaran secara bervariasi, baik melalui penggunaan TIK/multimedia, multimetode, mapun multi sumber belajar secara bervariasi, sehingga pembelajaran tidak monoton. Peserta didik adalah individu yang unik, heterogen dan memiliki interest yang berbeda-beda. Peserta didik ada yang memiliki kecenderungan kinestetik, yaitu senang melakukan. [11]
Menurut Uzer Usman, variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga, dalam situasi belajar mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme dan penuh partisipasi.[12]
1.      Tujuan dan manfaat variasi
a.       Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan.
b.      Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.
c.       Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
d.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya.[13]
2.      Prinsip penggunaan variasi
a.       Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
b.      Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan.
c.       Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.[14]
3.      Komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi
a.       Variasi dalam mengajar guru
1)      Penggunaan variasi suara (teacher voive), yaitu perubahan suara dari keras menjadi lembut, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
2)      Pemusatan perhatikan sisa (focusing), yaitu memusatkan perhatikan siswa pada hal-hal yang diaggap penting dapat dilakukan oleh guru. Misalnya dengan perkataan "Perhatikan ini baik-baik" atau "Nah, ini penting sekali" atau "Perhatian dengan baik, karena ini agak susah."
3)      Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence), yaitu adanya kesenyapan, kebisuan atau "selingan diam" yang tiba-tiba dan disengaja saat guru menerangkan untuk menarik perhatian siswa
4)      Mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), yaitu bila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata murid-murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang intim dengan mereka.  Kontak pandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan untuk mengetahui perhatian atau pemahaman siswa.
5)      Gerakan badan atau mimik, yaitu variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek yang “sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatikan dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan. Misalnya menganggukkan, menggelang, mengangkat atau merenahkan kepala untuk menunjukkan setuju atau sebaliknya.
6)      Pergantian posisi guru di dalam kelas dan gerak guru (teachers movement), yaitu pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk memperhatikan perhatian siswa. [15]
b.      Variasi dalam penggunaan media dan pengajaran
1)      Media dan bahan pembelajaran yang dapat didengarkan (oral dan auditori).
2)      Media dan bahan pembelajaran yang dapat dilihat dan didengarkan (audio visual).
3)      Media taktil yang dapat disentuh, diraba atau dimanipulasikan seperti prototipe, model .
4)      Variasi multimedia dan sumber belajar. Belajar dari narasumber, belajar di luar ruangan kelas, karyawisata, kunjungan pabrik, bengkel, ke pasar belajar empati dengan mengunjungi panti asuhan anak yatim dan sebagainya. [16]
c.       Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
1)      Variasi dalam pengelompokkan peserta didik: klasikal, kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan.
2)      Variasi tempat kegiatan pembelajaran: di kelas dan di luar kelas.
3)      Variasi dalam pola pengaturan guru: seorang guru dan tim.
4)      Variasi dalam pengaturan hubungan guru dengan peserta didik: langsung (tatap muka) dan melalui media.
5)      Variasi dalam struktur peristiwa pembelajaran: terbuka dan tertutup.
6)      Variasi dalam pengorganisasian pesan: deduktif dan induktif.
7)      Variasi dalam pengelolaan pesan: expositorik dan heuristik atau hipotetik. [17]

D.      Keterampilan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-mengajar. Yang termasuk ke dalam hal ini misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pamberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa atau penetapan norma kelompok yang produktif. [18]

1.        Prinsip penggunaan keterampilan pengelolaan kelas
a.    Kehangatan dan keantusiasan, yaitu guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan beJajar-mengajar yang optimal.
b.    Tantangan, yaitu penggunaan kata-kata, tindakan atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c.    Bervariasi, yaitu penggunaan alat atau media, gaya dan interaksi belajar mengajar yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
d.   Keluwesan, yaitu untuk mengubah strategi rnengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar-mengajar yang efektif.
e.    Penekanan pada hal-hal yang positif, yaitu pada dasamya di dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.
f.     Penanaman disiplin diri, yaitu pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu mendprong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.[19]
2.        Komponen penting dalam manajemen kelas berhubungan dengan:
a.    Penciptaan dan Pemeliharaan Kondisi Belajar yang Optimal
Hal ini terkait misalnya dengan menunjukkan sikap tanggap, memberikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan pentunjuk yang jelas, menegur bila peserta didik melakukan tindakan menyimpang, memberikan penguatan (reinforcement).

b.    Pengembalian Kondisi Belajar
Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan peserta didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.[20]



BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Keterampilan bertanya guru profesional yaitu, suatu hal yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Keterampilan bertanya bermanfaat untuk memperluas wawasan berpikir peserta didik serta meningkatkan aliran komunikasi pengetahuan dan proses transfer keilmuan. Keterampilan bertanya yang perlu dikuasai guru adalah keterampilan bertanya dasar dan lanjutan.
2.      Keterampilan memberi penguatan merupakan respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Keterampilan ini bertujuan untuk meningkatkan perhatian, motivasi belajar, rangsangan kegiatan belajar serta untuk membina perilaku yang produktif. Jenis penguatan yang harus dikuasai guru yaitu penguatan verbal dan penguatan non-verbal.
3.      Keterampilan memberi variasi merupakan suatu keterampilan untuk memberikan stimulus pembelajaran secara bervariasi, baik melalui penggunaan TIK/multimedia, multimetode, mapun multi sumber belajar secara bervariasi, sehingga pembelajaran tidak monoton. Adapun komponen keterampilan ini yaitu, variasi dalam cara mengajar guru, variasi dalam penggunaan media dan pengajaran serta variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.
4.      Keterampilan pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. Prinsip penggunaan keterampilan ini meliputi kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, keluwesan, penekanan pada hal-hal yang positif serta penanaman disiplin diri.



DAFTAR PUSTAKA

Ardy Wiyani, Novan. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif. Jakarta: Ar-Ruzzmedia, 2006.

Karwati, Euis dan Donni Juni Priansa. Manajemen Kelas. Classroom Management): Guru Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan, dan Berprestasi. Bandung: Alfabeta, 2007.

Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Uzer Usman, Moh.  Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998.


[1] Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif (Jakarta: Ar-Ruzzmedia, 2006), 33.
[2] Ibid., 35.
[3] Moh. Uzer usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), 75.
[4] Ibid., 75-76.
[5] Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Classroom Management): Guru Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan, dan Berprestasi (Bandung: Alfabeta, 2007), 81-82.
[6] Ibid., 82.
[7] Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional , 80-81.
[8] Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),  226.
[9] Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional , 81-82.
[10] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 78.
[11] Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas..., 83.
[12]  Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional , 84.
[13]  E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional..., 78-79.
[14]  Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional , 85.
[15] Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas..., 37-38.
[16] Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, 230.
[17] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional..., 79.
[18] Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional , 97.
[19] Ibid., 97-98.
[20] Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas..., 86-87.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi)

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Tekno...