ABILITAS GURU
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Etika dan Profesi Keguruan”
Disusun
Oleh:
Kelompok : 7
Eva Tri Cahyanti (210315057)
Fitri Agustina Kurniawati (210315073)
Liya Rizki Fadilah (210315058)
Kelas/Semester:
PAI.B/VI
Dosen
Pengampu:
Anis Afifah, M.Pd.
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
MEI 2018
DAFTAR
ISI
Cover................................................................................................................
i
Daftar
Isi..........................................................................................................
ii
BAB
I: PENDAHULUAN..............................................................................
1
A.
Latar
Belakang................................................................................
1
B.
Rumusan
Masalah...........................................................................
1
BAB
II: PEMBAHASAN...............................................................................
2
A.
Keterampilan
Bertanya...................................................................
2
B.
Keterampilan
Memberi Penguatan..................................................
5
C.
Keterampilan
Memberi Variasi.......................................................
7
D.
Keterampilan
Pengelolaan Kelas....................................................
10
BAB
III: KESIMPULAN...............................................................................
13
Daftar
Pustaka..................................................................................................
14
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan
berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan
pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan.
Diantaranya adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar.
Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup
kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan
menyeluruh. Setiap keterampilan mengajar memiliki komponen dan prinsip dasar
tersendiri. Dalam makalah ini, akan diuraikan keterampilan mengajar yang harus
dikuasai oleh guru agar tercipta pembelajaran yang kreatif, professional dan
menyenangkan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
konsep keterampilan bertanya guru profesional?
2.
Bagaimana
konsep keterampilan memberi penguatan guru profesional?
3.
Bagaimana konsep keterampilan memberi variasi
guru profesional?
4.
Bagaimana
konsep keterampilan pengelolaan kelas guru profesional?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterampilan Bertanya
Pada kegiatan belajar memungkinkan sekali
untuk dapat mengembangkan kebebasan mengeluarkan aspirasi berupa pertanyaan
atau jawaban, baik oleh guru maupun peserta didik bahkan mereka dapat menguji
suatu ide atau teori maupun praktik penyelenggaraannya sesuai dengan fakta dan
penalaran. Berbagai pertanyaan dapat merangsang timbulnya kegiatan belajar. Dalam
hal ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengumpulkan informasi tentang apa-apa
yang baru dipelajari siswa untuk mengetahui apakah siswa sudah benar-benar
belajar atau sudah memperoleh hikmah pembelajaran. [1]
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh
ketika guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik, yaitu pertanyaan dapat
memperluas wawasan berfikir peserta didik, memberikan motivasi kepada peserta
didik untuk belajar lebih jauh, mengajarkan budaya demokratis pada diri peserta
didik dengan diberikannya kesempatan yang luas untuk menyampaikan pendapat dan
menghargai pendapat orang lain serta mengundang penguatan pada diri peserta
didik. [2]
1. Dasar-dasar pertanyaan yang baik
a. Pertanyaan diajukan secara singkat, tetapi jelas dan berkenaan dengan satu
ide saja.
b. Mula-mula pertanyaan diajukan kepada seluruh kelas lalu guru mempersilahkan
salah seorang peserta didik untuk menjawab atau memberi kesempatan kepada
peserta didik yang mau menjawabnya.
c. Jawaban yang dikemukakan oleh peserta didik sebaiknya dilemparkan kembali
kepada peserta didik lainnya dan guru mendengar serta memperhatikannya dengan
baik.
d. Jika suatu jawaban itu belum jelas maksudnya, ajukan lagi pertanyaan dengan
maksud menuntun peserta didik mencapai jawaban yang dikehendaki secara tepat.
e. Pertanyaaan-pertanyaan yang diajukan mulai dari yang bersifat sederhana
hingga yang bersifat rumit atau kompleks.
f. Hindari pengulangan pertanyaan yang memiliki maksud sama.
g. Hindari memberi pertanyaan yang hanya menuntut jawaban ya atau tidak.
h. Berikan respons yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian
siswa untuk menjawab atau bertanya. [3]
2. Jenis-jenis pertanyaan yang baik
a. Jenis pertanyaan menurut maksudnya
1) Pertanyaan permintaan, yakni pertanyaan yang mengharapkan agar siswa
mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.
2) Pertanyaan retoris, yakni pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi
dijawab sendiri oleh guru. Hal ini merupakan teknik penyampaian informasi
kepada murid.
3) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun, yakni pertanyaan yang diajukan untuk
memberi arah kepada murid dalam proses berpikirnya.
4) Pertanyaan menggali, yakni pertanyaan lanjutan yang akan mendorong murid
untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan pertama.
b. Pertanyaan menurut Taksonomi Bloom
1) Pertanyaan pengetahuan atau ingatan, yakni suatu pertanyaan yang
menggunakan kata-kata apa, dimana, kapan, siapa dan sebutkan.
2) Pertanyaan pemahaman, yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang
bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri. Biasanya menggunakan kata-kata
jelaskan, uraikan dan bandingkan.
3) Pertanyaan penerapan, yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar,
tidak tunggal tetapi lebih dari satu dan menuntut murid untuk membuat ramalan,
memecahkan masalah dan mencari komunikasi.
4) Pertanyaan evaluasi, yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara
memberikan pnilaian atau pendapanya terhadap suatu isu yang ditampilkan. [4]
3. Komponen-komponen keterampilan bertanya
a. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat, yaitu dengan menggunakan
kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
b. Pemberian acuan, yaitu berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan
dengan jawaban yang diharapkan dari siswa.
c. Pemindahan giliran. Pertanyaan harus diberikan secara bergiliran (redirecting)
agar tidak didominasi oleh beberapa orang peserta didik saya, hal ini dapat
menyebabkan kecemburuan peserta didik.
d. Penyebaran. Idealnya pertanyaan diberikan ke kelas
terlebih dahulu, sehingga semua peserta didik berfikir (memikirkan jawaban),
setelah itu pertanyaan disebar untuk memberikan kesempatan pada semua peserta
didik.
e. Pemberian waktu berpikir. Setelah
pertanyaan diberikan, berilah waktu untuk berfikir kepada peserta didik kurang
lebih satu sampai lima menit, setelah itu guru dapat memberi kesempatan
menjawab bagi yang sudah siap, atau langsung menunjuk satu per satu kepada
peserta didik.
f. Pemberian tuntunan. Bila peserta didik mengalami kesulitan untuk menjawab,
guru dapat memberikan tuntunan (prompting), sehingga peserta didik
memiliki gambaran jawaban yang diharapkan.
g. Penggunaan pertanyan pelacak. Jika jawaban yang diberikan oleh siswa
dinilai benar oleh guru, tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi lebih
sempurna, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa
tersebut.
h. Peningkatan terjadinya interaksi. Agar siswa lebih terlibat secara pribadi
dan lebih bertanggung jawab atas kemajuan dan hasil diskusi, guru hendaknya
mengurangi atau menghilangkan perannannya sebagai penanya sentral dengan cara
mencegah pertanyaan dijawab oleh seorang siswa. Jika seorang siswa mengajukan
pertanyaan, guru tidak segera menjawab, tetapi melontarkannya kembali kepada
siswa lainnya. [5]
B. Keterampilan Memberi Penguatan
Keterampilan
guru dalam memberi penguatan bagi peserta didik menjadi perhatian yang sangat
penting, hal tersebut disebabkan karena penguatan lebih penting dilakukan guru
daripada guru memberikan hukuman bagi peserta didik. [6]
Penguatan (reinforcement) adalah segala
bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian
dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan
untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima
(siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Atau,
penguatan merupakan respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. [7]
1. Tujuan pemberian penguatan yaitu
a. Meningkatkan perhatian siswa
b. Melancarkan atau memudahkan proses belajar
c. Membangkitkan dan mempertahankan motivasi
d. Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu menjadi tingkah laku belajar
yang produktif
e. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar
f. Mengarahkan kepada cara berpikir yang baik/divergen dan inisiatif pribadi. [8]
2. Jenis-jenis penguatan
a. Penguatan verbal
Biasanya diungkapkan menggunakan kata-kata
pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya, misalnya baus, bagus sekali,
betul, ya, seratus buat kamu!
b. Penguatan nonverbal
Biasanya berbentuk gerakan-gerakan fisik guru (gestural),
seperti:
1) Penguatan bentuk isyarat, misalnya anggukan atau gelengan kepala, senyuman,
kerut kening, acungan jempol, wajah mendung, wajah cerah, sorot mata yang sejuk
bersahabat atau tajam memandang.
2) Penguatan pendekatan, misalnya guru berdiri di samping siswa, berjalan
menuju siswa, duduk dekat seorang atau sekelompok siswa atau berjalan di sisi
siswa. Penguatan ini berfungsi menambah penguatan verbal.
3) Penguatan dengan sentuhan, misalnya guru dapat menyatakan persetujuan dan
penghargaan terhadap usaha dan penampilan siswa dengan cara menepuk-nepuk bahu
atau pundak siswa, berjabat tangan, mengangkat tangan siswa yang memang dalam
pertandingan.
4) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, misalnya seorang siswa yang
menunjukkan kemajuan dalam pelajaran musik ditunjuk sebagai pemimpin paduan
suara di sekolahnya.
5) Penguatan berupa simbol atau benda, penguatan ini dilakukan dengan cara
menggunakan berbagai simbol berupa benda seperti kartu bergambar, bintang
plastik, lencana, ataupun komentar tertulis pada buku siswa.
6) Jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru
hendaknya tidak langsung menyalahkan siswa. Umpamanya, bila seorang siswa hanya
memberikan jawaban sebagian benar, sebaiknya guru menyatakan, “Ya, jawabanmu
sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan,” sehingga siswa tersebut
mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan
untuk menyempurnakannya.[9]
Dalam hal ini, Mulyasa menyarankan sejumlah
hal yang harus diperhatikan guru dalam memberikan penguatan, antara lain:
1. Penguatan harus diberikan dengan sungguh-sungguh, penuh ketulusan.
2. Penguatan yang diberikan harus memiliki makna yang sesuai dengan kompetensi
yang diberi penguatan.
3. Hindarkan respon negatif terhadap jawaban peserta didik.
4. Penguatan harus dilakukan segera setelah sesuatu kompetensi ditampilkan.
5. Penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi.[10]
C. Keterampilan Memberi Variasi
Variasi stimulus (stimulus
variation) adalah keterampilan untuk memberikan stimulus pembelajaran
secara bervariasi, baik melalui penggunaan TIK/multimedia, multimetode, mapun
multi sumber belajar secara bervariasi, sehingga pembelajaran tidak monoton.
Peserta didik adalah individu yang unik, heterogen dan memiliki interest yang
berbeda-beda. Peserta didik ada yang memiliki kecenderungan kinestetik, yaitu
senang melakukan. [11]
Menurut Uzer Usman, variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam
konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi
kebosanan murid sehingga, dalam situasi belajar mengajar murid senantiasa
menunjukkan ketekunan, antusiasme dan penuh partisipasi.[12]
1.
Tujuan dan manfaat variasi
a.
Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek
belajar mengajar yang relevan.
b.
Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan
menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.
c.
Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan
berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
2.
Prinsip penggunaan variasi
a.
Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan
dengan tujuan yang hendak dicapai.
b.
Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan.
c.
Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran
atau satuan pelajaran.[14]
3.
Komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi
a.
Variasi dalam mengajar guru
1) Penggunaan variasi suara (teacher voive), yaitu perubahan suara dari
keras menjadi lembut, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi
lambat, dari gembira menjadi sedih atau pada suatu saat memberikan tekanan pada
kata-kata tertentu.
2)
Pemusatan
perhatikan sisa (focusing), yaitu memusatkan perhatikan
siswa pada
hal-hal yang diaggap penting dapat dilakukan oleh guru. Misalnya dengan perkataan
"Perhatikan ini baik-baik" atau "Nah, ini penting sekali"
atau "Perhatian dengan baik, karena ini agak susah."
3)
Kesenyapan
atau kebisuan guru (teacher silence), yaitu adanya
kesenyapan, kebisuan atau "selingan diam" yang tiba-tiba
dan disengaja saat guru menerangkan untuk menarik perhatian siswa
4)
Mengadakan
kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), yaitu bila guru sedang
berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan menjelajahi
seluruh kelas dan melihat ke mata murid-murid untuk menunjukkan adanya hubungan
yang intim dengan mereka. Kontak
pandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan untuk mengetahui
perhatian atau pemahaman siswa.
5) Gerakan badan atau mimik, yaitu variasi
dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek yang
“sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatikan dan untuk
menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan. Misalnya menganggukkan, menggelang,
mengangkat atau merenahkan kepala untuk menunjukkan setuju atau sebaliknya.
6) Pergantian
posisi guru di dalam kelas dan gerak guru (teachers movement), yaitu pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk
memperhatikan perhatian siswa. [15]
b. Variasi dalam penggunaan media dan pengajaran
1)
Media
dan bahan pembelajaran yang dapat didengarkan (oral dan auditori).
2)
Media
dan bahan pembelajaran yang dapat dilihat dan didengarkan (audio visual).
3)
Media
taktil yang dapat disentuh, diraba atau
dimanipulasikan seperti prototipe, model .
4)
Variasi
multimedia dan sumber belajar. Belajar dari narasumber, belajar di luar ruangan
kelas, karyawisata, kunjungan pabrik, bengkel, ke pasar belajar empati dengan mengunjungi panti
asuhan anak yatim dan sebagainya. [16]
c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
1)
Variasi
dalam pengelompokkan peserta didik: klasikal, kelompok besar, kelompok
kecil dan perorangan.
2)
Variasi
tempat kegiatan pembelajaran: di kelas dan di luar kelas.
3)
Variasi
dalam pola pengaturan guru: seorang guru dan tim.
4)
Variasi
dalam pengaturan hubungan guru dengan peserta didik: langsung
(tatap muka) dan melalui media.
5)
Variasi
dalam struktur peristiwa pembelajaran: terbuka dan tertutup.
6)
Variasi
dalam pengorganisasian pesan: deduktif dan induktif.
D. Keterampilan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
belajar-mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar-mengajar. Yang termasuk ke dalam hal ini misalnya penghentian
tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pamberian ganjaran bagi
ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa atau penetapan norma
kelompok yang produktif. [18]
1.
Prinsip penggunaan keterampilan pengelolaan
kelas
a.
Kehangatan dan keantusiasan, yaitu guru dapat
memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu
syarat bagi kegiatan beJajar-mengajar yang optimal.
b.
Tantangan, yaitu penggunaan kata-kata,
tindakan atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar
sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c.
Bervariasi, yaitu penggunaan alat atau media,
gaya dan interaksi belajar mengajar yang bervariasi merupakan kunci tercapainya
pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
d.
Keluwesan, yaitu untuk mengubah strategi
rnengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta
menciptakan iklim belajar-mengajar yang efektif.
e.
Penekanan pada hal-hal yang positif, yaitu pada
dasamya di dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang
positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.
f.
Penanaman disiplin diri, yaitu pengembangan
disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas.
Untuk itu guru harus selalu mendprong siswa untuk melaksanakan disiplin diri
sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.[19]
2.
Komponen penting dalam manajemen kelas berhubungan
dengan:
a.
Penciptaan dan Pemeliharaan Kondisi
Belajar yang Optimal
Hal ini terkait misalnya dengan
menunjukkan sikap tanggap, memberikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok,
memberikan pentunjuk yang jelas, menegur bila peserta didik melakukan tindakan
menyimpang, memberikan penguatan (reinforcement).
b.
Pengembalian Kondisi Belajar
Keterampilan yang berhubungan
dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respon
guru terhadap gangguan peserta didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru
dapat melakukan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang
optimal.[20]
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Keterampilan
bertanya guru profesional yaitu, suatu hal yang memiliki peranan penting dalam
kegiatan pembelajaran. Keterampilan bertanya bermanfaat untuk memperluas
wawasan berpikir peserta didik serta meningkatkan aliran komunikasi pengetahuan
dan proses transfer keilmuan. Keterampilan bertanya yang perlu dikuasai guru
adalah keterampilan bertanya dasar dan lanjutan.
2.
Keterampilan
memberi penguatan merupakan respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Keterampilan ini bertujuan untuk meningkatkan perhatian, motivasi belajar,
rangsangan kegiatan belajar serta untuk membina perilaku yang produktif. Jenis
penguatan yang harus dikuasai guru yaitu penguatan verbal dan penguatan
non-verbal.
3.
Keterampilan
memberi variasi merupakan suatu keterampilan untuk memberikan stimulus
pembelajaran secara bervariasi, baik melalui penggunaan TIK/multimedia,
multimetode, mapun multi sumber belajar secara bervariasi, sehingga
pembelajaran tidak monoton. Adapun komponen keterampilan ini yaitu, variasi
dalam cara mengajar guru, variasi dalam penggunaan media dan pengajaran serta
variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.
4.
Keterampilan
pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses belajar-mengajar. Prinsip penggunaan keterampilan ini meliputi
kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, keluwesan, penekanan pada
hal-hal yang positif serta penanaman disiplin diri.
DAFTAR PUSTAKA
Ardy Wiyani, Novan. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi
untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif. Jakarta: Ar-Ruzzmedia, 2006.
Karwati,
Euis dan Donni Juni Priansa. Manajemen Kelas. Classroom Management): Guru
Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan, dan Berprestasi. Bandung:
Alfabeta, 2007.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Uzer Usman, Moh. Menjadi
Guru Profesional. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1998.
[1] Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan
Kelas yang Kondusif (Jakarta: Ar-Ruzzmedia, 2006), 33.
[5] Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Classroom
Management): Guru Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan, dan Berprestasi
(Bandung: Alfabeta, 2007), 81-82.
[10] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 78.
[15] Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas..., 37-38.
[19] Ibid., 97-98.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar