Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori,
Bidang Garapan, dan Profesi)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Teknologi Pendidikan”
Disusun Oleh: kelompok 2:
Syukur Mahanani (210315074)
Choirun Nisa’ (210315052)
Jihan adiba (210315061)
Liya Rizki Fadillah (210315058)
Kelas/Semester:
TB.B/III
Dosen Pengampu:
Restu Yulia Hidayatul Umah, S.Pd.I., M.Pd.I.
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
OKTOBER 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teknologi adalah satu hal yang tidak
dapat dipisahkan dalam masa yang serba maju ini dan teknologi akan semakin
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan dengan timbul banyaknya
kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan manusia.
Kemajuan teknologi tidak hanya
dimanfaatkan dalam bidang ekonomi, politik ataupun industri akan tetapi juga
pada bidang pendidikan, lebih-lebih pada pendidikan agama Islam. Karena
teknologi dapat diterapkan dalam berbagai aspek pendidikan, seperti dalam aspek
pengembangan, aspek penerapan dan juga aspek peniliaian.
Untuk itu dalam makalah ini akan
dibahas tentang tiga dimensi teknologi pendidikan, yang meliputi: teknologi
pendidikan sebagai teori, teknologi pendidikan sebagai bidang garapan dan
teknologi pendidikan sebagai profesi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
teknologi pendidikan sebagai teori?
2.
Bagaimana
teknologi pendidikan sebagai bidang garapan?
3.
Bagaimana
teknologi pendidikan sebagai profesi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teknologi Pendidikan sebagai Teori
Konstruk
teoritik sebuah abstraksi yang mencakup serangkaian ide dan prinsip tentang
cara bagaimana pendidikan dan pembelajaran harus dilaksanakan dengan
menggunakan teknologi.[1]
Telah dikemukakan bahwa teknologi
pendidikan merupakan suatu proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah-masalah yang
berhubungan dengan semua aspek belajar manusia, dan kemudian merencanakan,
melaksanakan, menilai dan mengelola usaha pemecahan masalah-masalah tersebut.
Karakteristik teori dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1.
Adanya
suatu gejala
Jelas bahwa terdapat satu gejala (fenomena) yang tidak sepenuhnya
dapat dipahami jika hanya menggunakan teori-teori yang sekarang ada, yaitu
persoalan bagaimana masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan belajar manusia
diidentifikasi dan dipecahkan.
2.
Penjelasan
Penjelasan berisikan sumber-sumber yang memungkinkan pemecahan atas
masalah-masalah, fungsi-fungsi yang dipakai untuk mengadakan analisis
masalah-masalah dan dari sana ditentukan metode-metode pemecahannya, suatu
proses terpadu dan kompleks dalam hal meninjau keseluruhan masalah-masalah dan menggabungkan
masing-masing teknologi secara sistematis guna memecahkan masalah-masalah
tersebut, serta akibat-akibat yang timbul dari penerapan metode-metode
pemecahan yang telah dibuat dalam dunia nyata.[2]
3.
Perangkuman
Suatu batasan hendaklah merangkum dan memasukkan hampir semua
gagasan-gagasan dan hubungan-hubungan empirik yang telah diidentifikasi atau
telah diawali sejak munculnya minat pada gejala tersebut.
4.
Orientasi
(arah pandangan)
Mengidentifikasi apa yang relevan dan apa yang tidak pada gejala
yang diamati. Orientasi menjelaskan bahwa sumber-sumber belajar, fungsi-fungsi
pengembangan dan manajemen kependidikan yang diterapkan pada sumber-sumber, dan
pendekatan teknologis yang terpadu dan kompleks itulah yang merupakan
unsur-unsur yang relevan.
5.
Sistematisasi
Sebuah teori menyediakan suatu skema yang dapat dipakai bagi
keperluan sistematisasi gejala-gejala, gagasan-gagasan dan praktek-praktek yang
relevan, dan kemudian mengklasifikasi dan menghubungkannya.
6.
Identifikasi
kesenjangan
Mencari bidang-bidang yang relevan namun diabaikan atau belum
bipecahkan pada masa kini maupun untuk studi di masa mendatang.
7.
Melahirkan
strategi penelitian
Memberikan dasar untuk merumuskan hipotesis baru dan melaksanakan
riset lebih mendalam berdasarkan penjelasan tersebut.
8.
Prediksi
Prediksi meramalkan apa yang akan terjadi jika teknologi pendidikan
diterapkan dengan maksud mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah yang
muncul dalam kegiatan belajar. Peramalan tersebut mengambil bentuk
pengidentifikasian alternatif pengambilan keputusan instruksional dan pola-pola
kelembagaan pendidikan.[3]
B.
Teknologi Pendidikan sebagai Bidang Garapan
Bidang
garapan adalah aplikasi ide-ide dan prinsip-prinsip teoritik untuk memecahkan
masalah-masalah konkret dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Bidang
tersebut meliputi teknik-teknik yang digunakan, aktivitas yang dikerjakan,
informasi dan sumber yang digunakan, dan klien yang dilayani oleh para
pelaksana dalam bidang tersebut.[4]
Ada tiga persyaratan atau
kerakteristik tambahan pada bidang garapan yaitu:
1.
Teknik
intelektual
Teknik intelektual adalah pendekatan yang digunakan untuk
memecahkan masalah atau cara yang digunakan seseorang untuk mencari pemecahan.
Menurut Gagne dan Briggs yang dikutip oleh Yusufhadi Miarso dalam bukunya yang
berjudul Definisi Teknologi Pendidikan menyatakan bahwa teknik
intelektual itu strategi kognitif atau proses yang mengendalikan proses
berfikir internal dan dengan demikian ditemukan cara tertentu untuk memecahkan
masalah. Teknik intelektual berperan menjembatani antara teori dan aplikasi
praktis.
2.
Aplikasi
praktis
Aplikasi praktis mencakup usaha merealisasikan atau
mengoperasionalkan fikiran, ide, dan proses. Aplikasi itu menelorkan produk
yang dapat dilihat. Sebagai misal, seseorang benar-benar melaksanakan
eksperimen ilmiah atau melaksanakan kegiatan pengembangan instruksional sesuai
dengan langkah-langkah yang telah ditentukan dalam mengaplikasikan teknik
intelektual. Kecuali itu, aplikasi praktis menunjukkan bagaimana teknik intelektual
itu dioperasionalkan dalam konteks struktur organisasi dan institusi di mana
bidang garapan itu beroperasi.
3.
Keunikan
Menunjukkan bahwa suatu bidang garapan memadukan teknik intelektual
dan aplikasi praktis yang diidentifikasi oleh definisi tersebut haruslah
merupakan hal yang unik bagi bidang garapan tersebut. Haruslah tercermin karakteristik
khusus yang tidak bisa dijumpai pada bidang lain. Jikalau definisi tersebut
dapat mewujudkan adanya teknik intelektual dan apikasi praktis yang unik, maka
bidang garapan yang diidentifikasikan itu dengan sendirinya dapat dikatakan
unik pula.
Jadi, definisi teknologi pendidikan sebagai bidang garapan,
pertama-tama harus mendefinisikannya sebagai konstruk teoritik, kemudian
mengidentifikasi teknik intelektual dan aplikasi praktis, serta menunjukkan
bahwa kesemuanya ini menunjukkan keunikan bidang garapan teknologi pendidikan.[5]
C.
Teknologi Pendidikan sebagai Profesi
Profesi
adalah suatu kelompok pelaksana tertentu yang diorganisasikan memenuhi kriteria
tertentu, memiliki tugas-tugas tertentu dan bergabung untuk membentuk bagian
tertentu dari bidang tersebut.[6]
Untuk mendefinisikan teknologi
pendidikan sebagai profesi, terlebih dulu harus dipenuhi syarat-syarat untuk
mendefinisikan bangunan teoritik dan bidang garapan. Selanjutnya definisi
terdsebut harus mencerminkan semua karakteristik profesi lainnya.
1.
Latihan
dan sertifikasi
Latihan dalam waktu yang lama diperlukan untuk mengembagkan
spesialisasi dan teknisi dalam profesi tersebut. Harus ada beberapa ketenttuan
tentang sifat-sifat latihan, baik melalui peraturan pemerintah maupun melalui
suatu sistem akreditasi terhadap lembag-lembaga latihan. Latihan meliputi sifat
dan isi pendidikan profesional, standar sertifikasi, standar dan ketentuan
penerimaan calon peserta latihan, serta penempatan.
2.
Standar
dan etika
Perumusan etika menunjukkan
bagaimana anggota profesi itu harus bertingkah laku. Seperangkat standar
memberikan petunjuk mengenai bahan, peralatan, dan fasilitas yang digunakan
oleh orang-orang dalam profesi tersebut. Namun demikian, publikasi kode etik
dan buku petunjuk tentang standar itu sendiri tidaklah dapat memberi jaminan
apa-apa. Profesionalisasi itu terjadi bilamana dimungkinkan adanya pemaksaan
yang kuat untuk melaksanakannya.
3.
Kepeminpinan
Kepemimpinan diperlukan untuk memanfaatkan setepat-tepatnya
penemuan-penemuan yang ada sekarang dan melihat kecenderungan di masa
mendatang. Namun demikian, untuk menghindari keadaan banyaknya inovasi yang ada
sekarang yang membuat kita pusing karena desakan dari luar sana, maka
kepemimpinan ini harus datang dari profesi ini sendiri. Untuk melatih
kepemimpinan itu sendiri, profesi tersebut harus mengetahui keadaan kita
sendiri kemana kita akan pergi dan mengapa.
4.
Asosiasi
dan komunikasi
Organisasi profesi yang kuat diperlukan untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan karakteristik lainnya, terutama standar dan etika,
kepemimpinan, dan latihan. Hanya organisasi yang kuat yang dapat memaksakan
dengan sungguh-sungguh aplikasi praktis, standar, dan etika.
Diperlukan juga adanya fasilitas komunikasi di antara sesama
anggota profesi, suatu komunikasi yang dilaksanakan melalui pertemuan, jurnal
yang berkualitas tinggi, konsultasi, dan dengan sarana- sarana yang lain.
5.
Pengakuan
sebagai profesi
Anggota profesi harus mempercayai adanya profesi dan bahwa mereka
menjadi anggotanya. Eksistensi suatu profesi tidak dapat dipercayakan begitu
saja kepada para pelaksana. Mereka harus menginginkan berdirinya dan mengakui
pentingnya organisasi profesi. Mereka harus benar-benar menyadari akan
keanggotaannya dalam organisasi profesi tersebut. Kesadaran ini
dimanifestasikan dalam bentuk berdirinya asosiasi, terjelmanya ciri-ciri
profesi lainnya, dan penghargaan masyarakat umum terhadap para pelaksana bahwa
ada organisasi profesi dimana mereka menjadi anggotanya.
6.
Tanggung
jawab profesi
Tidaklah cukup bahwa suatu profesi itu hanya sekedar menggunakan
teknik intelektual untuk diaplikasikan secara praktis. Profesi itu harus juga
mempertanggungjawabkan penggunaan teknik intelektual tersebut. Profesi harus
bertanggung jawab atas penggunaan teknik intelektual dalam bekerja di
masyarakat. Hendaknya senantiasa diadakan pengkajian tentang nilai kegunaanya,
dan jika mungkin mengambil sikap yang pasti terhadap masalah-masalah sosial
yang dipengaruhi oleh hasil pekerjaan profesi tersebut.
7.
Hubungan
dengan profesi lain
Mungkin saja terdapat lebih dari satu profesi yang bekerja dalam
bidang garapan teknologi pendidikan ini. Masing-masing profesi ini satu sama
lain saling berhubungan baik
secara eksplisit maupun implisit dalam beroperasi di bidang garapan tersebut.
Hubungan ini harus diketahui, diidentifikasi, dan dikembangkan.[7]
Setiap profesi, harus mempunyai kode etik profesi. Sama halnya dengan
kata profesi sendiri, penafsiran tentang kode etik juga belum memiliki
pengertian yang sama. Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya
dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi anggota
profesi tentang bagaimana mereka melaksakan profesinya dan
larangan-larangannya, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh
diperbuat oleh mereka, tidak saja daam menjalankan tugas profesi melainkan juga
menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan
sehari-hari di masyarakat.[8]
BAB III
KESIMPULAN
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan:
1. Konstruk teoritik sebuah abstraksi
yang mencakup serangkaian ide dan prinsip tentang cara bagaimana pendidikan dan
pembelajaran harus dilaksanakan dengan menggunakan teknologi. Karakteristik
teknologi pendidikan sebagai teori di antaranya: adanya suatu gejala,
penjelasan, perangkuman, orientasi (arah pandangan), sistematisasi,
identifikasi kesenjangan, melahirkan strategi penelitian dan prediksi.
2. Bidang garapan adalah aplikasi ide-ide
dan prinsip-prinsip teoritik untuk memecahkan masalah-masalah konkret dalam
bidang pendidikan dan pembelajaran. Karakteristik bidang garapan meliputi:
teknik intelektual, aplikasi praktis dan keunikan.
3.
Profesi adalah suatu kelompok pelaksana tertentu
yang diorganisasikan memenuhi kriteria tertentu, memiliki tugas-tugas tertentu
dan bergabung untuk membentuk bagian tertentu dari bidang tersebut.
Karakteristik profesi meliputi: latihan dan sertifikasi, standar dan etika,
kepemimpinan, asosiasi dan komunikasi, pengakuan sebagai profesi, tanggung
jawab profesi, dan hubungan dengan profesi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Suroso, Rifai. Tekhnologi
Terkini. Semarang: PT. Putra Mediacom, 2001.
Miarso, Yusufhadi. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 1994.
Soetjipto
dan Raflis Kosasi. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
[1] Rifai Suroso, Tekhnologi Terkini (Semarang:
PT. Putra Mediacom, 2001), 32.
[2] Yusufhadi
Miarso, Definisi Teknologi Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1994), 162.
[3] Ibid., 163-164.
[4] Rifai Suroso, Tekhnologi Terkini, 32.
[5] Yusufhadi
Miarso, Definisi Teknologi Pendidikan, 25-27.
[6] Rifai Suroso, Tekhnologi
Terkini, 32.
[7] Yusufhadi
Miarso, Definisi Teknologi Pendidikan, 27-29.
[8] Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2004), 30.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar