Jumat, 04 Januari 2019

Keterampilan Pengelolaan Kelas



KELOMPOK: 7
Kelas        : pai.b
Choirun nisa’                                       (210315052)
Fiki zahro zakiyatul muna        (210315071)
Liya rizki fadillah                         (210315058)

Keterampilan pengelolaan kelas

Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah, seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya.[1]
Pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola, proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.[2]
Kelas dalam arti sempit yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan–kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.[3]
Keterampilan pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.[4]
Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.  Yang termasuk kedalam hal ini misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketetapan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.[5]
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut yang meliputi keterampilan sebagai berikut:
1.      Sikap Tanggap
Tanggap terhadap perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan, dan keterlibatan siswa dalam tugas-tugas di kelas. Siswa merasa bahwa guru hadir bersama mereka dan tahu apa yang mereka perbuat. Seorang guru memperlihatkan sikap positif terhadap setiap perilaku yang muncul pada siswa dan memberikan tanggapan-tanggapan atas perilaku tersebut dengan maksud tidak menyudutkan kondisi siswa, perasaan tertekan dan memunculkan perilaku susulan yang kurang baik. Sikap tanggap ini dapat ditunjukkan oleh guru untuk membuktikan bahwa ia ada bersama dengan para siswanya, memberikan perhatian, sekaligus mengontrol kepedulian dan ketidakacuan para siswanya.
Guru tahu kegiatan mereka, tahu ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu yang mereka kerjakan. Seolah-olah mata guru ada di belakang kepala, sehingga guru dapat menegur anak didik walaupun guru sedang menulis di papan tulis.[6]


2.     Memandang Seksama

Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan siswa dalam kontak pandangan serta interaksi antar pribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerja sama dan menunjukkan rasa persahabatan.[7]




3.    Gerak Mendekati
Gerak mendekati yaitu perhatian guru kepada peserta didik dengan cara mendekatinya. Gerakan dengan cara mendekati ini dapat dilakukan tatkala peserta didik menjawab pertanyaan, bertanya, diskusi, atau aktivitas lainnya.[8]
Gerakan ini juga dapat dikerjakan dengan cara mendekati siswa untuk menyatakan perhatian guru terhadap pekerjaan, tingkah laku, atau penampilan siswa. Misalnya guru duduk dalam kelompok diskusi, berdiri di samping siswa, sedang praktik keterampilan, dan lain-lain. Sering gerakan guru mendekati siswa diberikan untuk memperkuat penguatan yang bersifat verbal.[9]





4.    Memberikan Pernyataan



Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan siswa sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lain. Akan tetapi, haruslah dihindari hal-hal yang menunjukkan dominasi guru.
 Misalnya dengan komentar atau pernyataan yang mengandung ancaman seperti: "saya tunggu sampai kalian diam "saya atau kalian yang keluar?"  atau "siapa yang tidak senang dengan pelajaran saya silahkan keluar!".[10]

5.    



Memberi Reaksi Terhadap Gangguan dan Ketakacuan

Apabila ada siswa yang menimbulkan gangguan atau menunjukkan ketakacuhan, guru dapat memberikan reaksi dalam bentuk teguran. Teguran guru merupakan tanda "ada bersamanya guru". Teguran haruslah diberikan pada saat yang tepat dan sasaran yang tepat pula sehingga dapat mencegah penyimpangan tingkah laku.[11]
Teguran verbal yang efektif harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.    Tegas, jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu dan tuingkah laku yang harus dihentikan.
b.   Menghindari peringatan yang kasar atau yang mengandung penghinaan.
c.    Menghindari ocehan yang berkepanjangan.[12]


DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: REmaja Rosdakarya, 2012), 59.

Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.

Mulyasa, E.. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.

Nawawi, Hadari. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung, 1982.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remajar Rosda Karya, 2000.


[1] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), 119.
[2] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 411.
[3] Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1982), 116. 
[4] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), 91. 
[5] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remajar Rosda Karya, 2000), 97.
[6] Ibid., 98.
[7] Ibid.
[8] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 239.
[9] Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 59.
[10] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, 99.
[11] Ibid.
[12] Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, 84.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi)

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Tekno...