KELOMPOK: 7
Kelas : pai.b
Choirun nisa’ (210315052)
Fiki zahro zakiyatul muna (210315071)
Liya rizki fadillah (210315058)
Keterampilan pengelolaan kelas
Keterampilan adalah kegiatan yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam
kegiatan jasmaniah, seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya.[1]
Pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola, proses yang
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan
dan pencapaian tujuan.[2]
Kelas dalam arti sempit
yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul
untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini
mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut
tingkat perkembangannya yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis
masing-masing. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang
merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan
diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan
kegiatan–kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.[3]
Keterampilan pengelolaan
kelas
adalah keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif,
dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.[4]
Dengan
kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Yang termasuk kedalam hal ini misalnya
penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian
ganjaran bagi ketetapan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan
norma kelompok yang produktif.[5]
Keterampilan
ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan
pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut yang
meliputi keterampilan sebagai berikut:
1. Sikap
Tanggap
Tanggap
terhadap perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan, dan keterlibatan siswa dalam
tugas-tugas di kelas. Siswa merasa bahwa guru hadir bersama mereka dan tahu apa
yang mereka perbuat. Seorang guru memperlihatkan sikap positif terhadap setiap
perilaku yang muncul pada siswa dan memberikan tanggapan-tanggapan atas
perilaku tersebut dengan maksud tidak menyudutkan kondisi siswa, perasaan
tertekan dan memunculkan perilaku susulan yang kurang baik. Sikap tanggap ini
dapat ditunjukkan oleh guru untuk membuktikan bahwa ia ada bersama dengan para
siswanya, memberikan perhatian, sekaligus mengontrol kepedulian dan
ketidakacuan para siswanya.
Guru tahu
kegiatan mereka, tahu ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu yang mereka
kerjakan. Seolah-olah mata guru ada di belakang kepala, sehingga guru dapat
menegur anak didik walaupun guru sedang menulis di papan tulis.[6]
2. Memandang
Seksama
Memandang
secara seksama dapat mengundang dan melibatkan siswa dalam kontak pandangan
serta interaksi antar pribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan guru
untuk bercakap-cakap, bekerja sama dan menunjukkan rasa persahabatan.[7]
3. Gerak Mendekati
Gerak
mendekati yaitu perhatian guru kepada peserta didik dengan cara mendekatinya.
Gerakan dengan cara mendekati ini dapat dilakukan tatkala peserta didik
menjawab pertanyaan, bertanya, diskusi, atau aktivitas lainnya.[8]
Gerakan
ini juga dapat dikerjakan dengan cara mendekati siswa untuk menyatakan
perhatian guru terhadap pekerjaan, tingkah laku, atau penampilan siswa.
Misalnya guru duduk dalam kelompok diskusi, berdiri di samping siswa, sedang
praktik keterampilan, dan lain-lain. Sering gerakan guru mendekati siswa
diberikan untuk memperkuat penguatan yang bersifat verbal.[9]
4. Memberikan Pernyataan
Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan siswa sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lain. Akan tetapi, haruslah dihindari hal-hal yang menunjukkan dominasi guru.
Misalnya dengan komentar atau pernyataan yang
mengandung ancaman seperti: "saya tunggu sampai kalian diam "saya
atau kalian yang keluar?" atau
"siapa yang tidak senang dengan pelajaran saya silahkan keluar!".[10]
5.
Memberi Reaksi Terhadap Gangguan dan Ketakacuan
Apabila
ada siswa yang menimbulkan gangguan atau menunjukkan ketakacuhan, guru dapat
memberikan reaksi dalam bentuk teguran. Teguran guru merupakan tanda "ada
bersamanya guru". Teguran haruslah diberikan pada saat yang tepat dan
sasaran yang tepat pula sehingga dapat mencegah penyimpangan tingkah laku.[11]
Teguran verbal yang efektif harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Tegas,
jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu dan tuingkah laku yang harus
dihentikan.
b. Menghindari
peringatan yang kasar atau yang mengandung penghinaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan
dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: REmaja Rosdakarya,
2012), 59.
Majid,
Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.
Mulyasa,
E.. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Nawawi,
Hadari. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan.
Jakarta: Gunung Agung, 1982.
Syah,
Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2000.
Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Usman,
Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remajar Rosda Karya, 2000.
[1] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), 119.
[2] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), 411.
[3] Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan
Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1982),
116.
[4] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2005), 91.
[5] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru
Profesional (Bandung: Remajar Rosda Karya, 2000), 97.
[6] Ibid., 98.
[7] Ibid.
[8] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2014), 239.
[9] Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar
Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 59.
[10] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru
Profesional, 99.
[11] Ibid.
[12] Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar
Mengajar, 84.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar