KHULAFAUR
ROSYIDIN
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Studi Materi
PAI di SMP”
Disusun Oleh: kelompok 6:
M. Nur Rohman (210315042)
Suci Nur
Alifah (210315051)
Liya Rizki Fadillah (210315058)
Kelas/Semester:
TB.B/III
Dosen
Pengampu:
Al Darmono, M. Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
NOVEMBER 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Nabi Muhammad saw. wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H atau
tanggal 8 Juni 632 M. Setelah beliau wafat, situasi dikalangan umat Islam
sempat kacau. Hal itu disebabkan Nabi Muhammad saw. tidak menunjuk calon
penggantinya secara pasti. Khulafaur rasyidin adalah orang-orang yang
menggantikan kedudukan Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin agama dan kepala
negara sesudah Rasulullah saw wafat.
Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang nama-nama
Khulafaur rasyidin dan prestasi apa saja yang telah dicapainya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Khulafaur Rasyidin?
2.
Prestasi apa saja yang telah
dicapai oleh para Khulafaur Rasyidin?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin berasal dari bahasa Arab yaitu khulafa’ yang
berarti pengganti, wakil, duta dan ar-Rasyidin yang berarti orang yang mendapat
petunjuk. Dengan demikian khulafaur rasyidin adalah orang-orang yang
menggantikan kedudukan Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin agama dan kepala
negara sesudah Rasulullah saw wafat. Adapun khulafaur rasyidin akan mempunyai
tugas dan tanggung jawab yang ganda, baik tugas terhadap Allah SWT dan menjaga
keselamatan dan kesejahteraan negara atau masyarakat. Khulafaur rasyidin juga
bias berarti pemimpin-pemimpin yang bijaksana yang terdiri dari Abu Bakar As
Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Talib.
NO.
|
Nama
Khulafaur Rasyidin
|
Tahun
Kekhalifahan
|
1.
|
Abu Bakar As Shiddiq
|
11-13 H/
632-634 M
|
2.
|
Umar bin Khattab
|
13-23 H/
634-644 M
|
3.
|
Usman bin Affan
|
23-35 H/
644-656 M
|
4.
|
Ali bin Abi Talib
|
35-40 H/
656-661 M[1]
|
B.
Masa Abu Bakar As Sidiq
1.
Biografi Abu
Bakar Ash-Shidiq
Abu
Bakar nama aslinya adalah Abdullah bin Abi Quhafah at Tamimi, pada zaman
Jahiliyah beliau bernama Abdul Ka'bah lalu oleh Rasulullah diganti Abdullah.
Para sahabat menyebutnya Abu Bakar karena beliau pagi-pagi betul (paling
dini/paling awal) baliau masuk Islam, lalu beliau dikenal dengan sebutan al-Shiddiq
(yang percaya) sebab beliau membenarkan Rasulullah dalam berbagai peristiwa
terutama peristiwa Isra' Mi'raj. Beliau memiliki watak yang kuat, jujur, dan
dinamis, berperawakan sedang, berwajah mungil dan berkulit cerah. Kehidupan
beliau sangat sederhana, beliau bahkan melakukan perjalanan bolak balik dari
al-Sunh ke Madinah dan beliau tidak menerima gaji sepeserpun dari negara.
Beliau menggantikan Rasulullas SAW selama dua tahun (632-634) tepatnya 2 tahun
3 bulan 11 hari selama beliau menjadi khalifah banyak terjadi peperangan riddah
(perang melawan pembelotan dan kemurtadan).[2]
2.
Pencapaian Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pada
saat beliau menjabat sebagai khalifah banyak sekali pencapaian-pencapaian
beliau yang bisa diteladani pada kehidupan umat muslimin saat ini, sangat perlu
kita sebagai umat muslim menengok, membaca, serta mencerna tatacara
kepemimpinan khalifah setelah Rasulullah SAW.
Disaat kita membaca sejarah mengenai bagaimana cara mereka memerintah,
kita dapat menemukan pelajaran-pelajaran yang berharga didalamnya. Kali ini
akan membahas beberapa pencapaian Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam berbagai bidang,
berikut pembahasannya:
a.
Bidang Politik
Adapun
sistem politik Islam pada masa Abu Bakar bersifat sentral, sehingga kekuasaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat ditangannya. Meskipun demikian
dalam memutuskan masalah, beliau selalu mengajak para sahabat untuk
bermusyawarah. Sementara itu ada beberapa kebijakan politik dan pemerintahan
yang dilakukan beliau dalam mengembangkan kekhalifahannya. Pertama, pemerintahan
berdasarkan musyawarah. Artinya ketika ada sebuah perkara, beliau selalu
mencari hukumnya dalam kitab Allah SWT. Jika tidak memperolehnya, beliau
mempelajari cara Rasulullah SAW dalam menyelesaikan permasalahan. Kedua, kekuasaan
undang-undang. Beliau tidak pernah menempatkan dirinya diatas undang-undang,
beliau juga tidak pernah memberi suatu kekuasaan yang lebih tinggi daripada
undang-undang kepada sanak saudaranya. Mereka dihadapan undang-undang sama
dengan rakyat lain, baik kaum muslim maupun nonmuslim.
b.
Bidang Keagamaan
Dalam
bidang keagamaan ada dua peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahan
Abu Bakar.
Pertama,
peperangan
dengan kaum Riddat. Dalam pertempuran itu, Abu Bakar tidak hanya menghadapi
musuh dari luar namun juga dari dalam. Hal itu karena ada kelompok orang yang
memancangkan panji pemberontakan terhadap negara Islam di Madinah sekaligus
meninggalkan Islam setelah Rasulullah saw wafat.
Kedua,
pengumpulan
ayat-ayat al-Qur'an. Abu Bakar dalam masa yang singkat telah berhasil
memadamkan kerusuhan yang disebabkan oleh kaum Riddat (pemberontak) yang
sedemikian luasnya, sekaligus memulihkan kembali ketertiban dan keamanan
diseluruh Semenanjung Arab.
c.
Bidang Sosial
Dalam
bidang sosial ada beberapa peristiwa yang terjadi pada masa Abu Bakar.
Pertama,
munculnya
orang-orang murtad dan menolak membayar zakat. Bersamaan dengan pengangkatan
Abu Bakar, suku-suku Arab tidak mau lagi tunduk di bawah kepemimpinan pusat di
Madinah. Sesudah Rasulullah saw wafat, mereka berpendapat bahwa kekuasaan
Quraisy dalam memimpin Arab telah usai.
Kedua,
munculnya
nabi-nabi palsu. Api perlawanan dan pendurhakaan itu menjalar dengan cepat dari
satu suku kepada suku yang lain, sehingga hampir menggoyahkan sendi
kekhalifahan Islam yang masih muda itu. Kekuasaan khalifah pada masa itu hanya
meliputi Makkah, Madinah, dan Thaif.[3]
C.
Masa Umar bin Khattab
Umar bin Khattab putra Nufail Al Quraisy, dari suku Bani Adi. Sebelum
Islam, Bani Adi ini terkenal sebagai suku yang terpandang mulia, megah dan
berkedudukan tinggi.[4]
Umar bin Khattab adalah orang yang sangat cerdas. Umar bin Khattab
adalah satu-satunya sahabat Nabi Muhammad saw. yang tidak serta merta menerima
keputusan Nabi Muhammad saw. terhadap suatu masalah. Akan tetapi, jika
keputusan itu berdasarkan wahyu dari Allah swt. Dan bukan pemikiran Nabi
Muhammad saw., Umar bin Khattab akan langsung menaatinya. Umar bin Khattab juga
sangat tegas dalam membedakan kebenaran dan kebathilan. Karena ketegasannya
tersebut, Rasulullah saw. menyematkan gelar Al Faruq yang artinya
pemisah atau pembeda. Allah swt. Telah memisahkan antara yang hak dan yang
bathil dalam dirinya.[5]
Kepiawaian Umar bin Khattab di bidang politik diawali ketika beliau
berhasil menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar pada saat pemilihan Khalifah yang
pertama. Karir politiknya semakin naik pada masa Khalifah Abu Bakar as Siddiq
yang menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Penunjukan itu didukung
oleh sahabat-sahabat Nabi Muhammad saw. yang lain. Beberapa prestasi yang
berhasil diraih Umar bin Khattab saat menjabat khalifah adalah:
1.
Memperluas wilayah kekuasaan Islam
Meskipun pengembangan
dakwah Islam dan perluasan wilayah sudah dilakukan sejak masa Khalifah Abu
Bakar as Siddiq, para ahli menyatakan bahwa imperium Islam sesungguhnya berdiri
pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Pada masa itu perluasan Islam terjadi
secara besar-besaran yang dikenal dsebagai periode Futuhat al Islamiyyah.
Secara berturut-turut, pasukan Islam berhasil menguasai Suriah, Persia, dan
Mesir.[6]
Pada waktu
itu, Suriah merupakan pusat perdagangan yang penting. Oleh karena itu, Umar bin
Khattab berusaha merebutnya mati-matian. Wilayah Suriah memiliki beberapa kota
yang menjadi pusat kekuatan Romawi Timur (Bizantium) yang beragama Kristen.
Beberapa kota tersebut adalah Damaskus, Yordania, Yarussalem, Hims, dan
Antiokia.
Perluasan
wilayah ke Mesir dilakukan kaum muslimin dibawah pimpinan Amru bin As. Sebelum
masuk Islam, Amru bin As telah berulang kali mengikuti khalifah dagang Mesir.
Oleh karena itu, ia mengetahui seluk beluk dan kondisi Mesir. Atas perintah
Umar bin Khattab berangkatlah 4.000 pasukan Islam ke Mesir. Mula-mula ia
merebut Kota Al Farama di Mesir Timur. Ia kemudian sampai ke benteng Babilon
yang termasyhur. Tempat ini merupakan pusat kekuatan kekaisaran Bizantium yang
besar. Setelah bertempur beberapa lamanya, kaum muslimin berhasil menguasai
benteng ini serta wilayah-wilayah Mesir lainnya.
Kemenangan-kemenangan
umat Islam menjadikan wilayah Islam masa Khalifah Umar bin Khattab meluas
hingga Afrika Utara, Armenia, dan sebagian wilayah Eropa Timur. Untuk
memudahkan jalannya pemerintahan, Khalifah Umar bin Khattab membagi wilayah
Islam menjadi beberapa provinsi dan menunjuk seorang gubernur untuk memerintah
wilayah tersebut. Misalnya, Sa’ad bin Abi Waqqas memerintah di Kuffah, Amru bin
As di Mesir, dan Muawiyyah bin Abu Sufyan di Damaskus.[7]
2.
Pembenahan administrasi dan
keuangan pemerintahan
Pada masa
pemerintahannya Khalifah Umar bin Khattab terbentuk Baitul Mal dan Dewan
Perang. Baitul Mal bertugas mengurusi keuangan negara. Keluar masuknya
keuangan, baik di pusat maupun di provinsi-provinsi diawasi dengan ketat.
Adapun Dewan Perang bertugas mencatat administrasi ketentaraan.
Khalifah Umar
bin Khattab memilih orang yang jujur untuk brtugas di Baitul Mal. Para pegawai
pemerintahan dan tentara digaji dari Baitul Mal dengan disesuaikan
kedudukannya. Boleh dikatakan, Khalifah Umar bin Khattab adalah Khalifah yang
pertama kali memperkenalkan sistem penggajian bagi pegawai pemerintah.
Selain itu,
Khalifah Umar bin Khattab juga memberikan santunan dari Baitul Mal kepada
seluruh rakyatnya. Pada masa khalifah Umar bin Khattab, kemakmuran dapat
dinikmati rakyat hingga seluruh pelosok negeri.
3.
Penetapan kalender hijriah
Sebelum sistem kalender hijriah ditetapkan,
orang-orang menggunakan sistem kalender Masehi. Sistem itu banyak digunakan
orang-orang Nasrani, agar berbeda dengan orang Nasrani, kaum muslimin juga
berkeinginan untuk mempunyai sistem kalender sendiri. Sebagian kaum muslimin
mengusulkan agar kelender tahunan di mulai sejak nabi Muhammad saw. diangkat
menjadi rasul. Sebagian lainnya mengusulkan agar tahun Islam di mulai pada saat
Nabi Muhammad saw. lahir.
Khalifah Umar
bin Khattab menetapkan permulaan tahun Islam adalah pada saat nabi Muhammad
saw. hijrah dari Mekah ke Madinah. Hal itu disebabkan hijrah merupakan titik
balik kemenangan Islam. Hijrah juga menandai dua periode dakwah Islam. Periode
dakwaah setelah beliau hijrah dikenal sebagai periode Madinah. Demikian pula
pembagian surah-surah Al-Qur’an. Surah-surah Al-Qur’an yang turun sebelum
hijrah disebut surah-surah Makkiyah, sedangkan surah-surah Al-Qur’an yang turun
setelah hijrahdisebut surah Madaniyah.[8]
D.
Masa Utsman bin Affan
Beliau ialah Usman ibnu Affan Abi Ash ibnu Umayah. Dilahirkan di
waktu Rasulullah berusia 5 tahun. Dan masuk Islam atas seruan Abu Bakar As
Siddiq. Oleh karena pertalian beliau amat akrab dengan Rasulullah, maka
Rasulullah mengawinkannya dengan putrinya Rukayyah. Setelah Rukayyah meninggal di
waktu peperangan Badar, Nabi mengawinkannya dengan putrinya yang ke 2, yaitu
Ummu Kultsum. Karena ini Usman terkenal dengan julukan “Dzun Nurain”
(yang mempunyai dua cahaya). Ummu Kultsum meninggal dunia pula pada tahun 9 H.[9]
Khalifah Umar bin Khattab meninggal dunia karena ditikam oleh Abu
Lu’luah saat menjadi imam salat subuh. Menjelang wafatnya, Khalifah Umar bin
Khattab membentuk dewan yang akan mencari penggantinya. Dewan tersebut beranggotakan
enem orang sahabat yang saat itu dianggap paling tinggi tingkatannya. Kekenam
anggota dewan itu adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Talhah bin
Udaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqas.
Dewan tersebut diberi tugas memilih salah seorang dari mereka untuk
menjadi khalifah. Ketua dewan dipegang oleh Abdurrahman bin Auf, pemilihan
dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat dan mencari suara terbanyak.
Jika terjadi suara yang seimbang, keputusan diserahkan kepada Abdullah bin Umar
sebagai hakimnya.
Akhirnya, mayoritas suara memilih Usman bin Affan sebagai khalifah
pengganti Umar bin Khattab. Saat menjadi khalifah, Usman bin Affan telah
berusia 70 tahun. Beliau menjadi khalifah selama 12 tahun. Selama masa pemerintahannya,
beberapa prestasi menonjol yang berhasil diraih adalah:
1.
Penyusunan/kodifikasi mushaf
Al-Qur’an
Usaha
kodifikasi (pembukuan) Al-Qur’an sudah dimulai sejak masa Khalifah Abu Bakar as
Siddiq. Ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah terkumpul pada masa itu disimpan oleh
Hafsah binti Umar, salah satu istri Rasulullah saw. pada masa pemerintahan
Khalifah Usman bin Affan, wilayah Islam sudah sangat luas. Hal itu menimbulkan
kekhawatiran akan terjadinya perbedaan pembelajaran Al-Qur’an di beberapa
pelosok wilayah. Perbedaan itu meliputi susunan surah-surahnya atau lafal
(dialek) nya.
Pada masa
Rasulullah saw., perbedaan tersebut diberi kelonggaran. Saat itu, beliau masih
memberi kemudahan agar Al-Qur’an dapat dihafal dengan cepat oleh semua umat
Islam. Ketika wilayah Islam makin luas, perbedaan dialek satu daerah dengan
daerah lainnya makin terlihat. Salah seorang sahabat yang bernama Huzaifah bin
Yaman melihat perselisihan antara tentara Islam ketika menaklukkan Armenia dan
Azerbaijan. Masing-masing pihak menganggap cara membaca Al-Qur’an yang
dilakukannya adalah yang paling baik.
Perselisihan
tersebut kemudian dilaporkan oleh Huzaifah bin Yaman kepada Khalifah Usman bin
Affan. Selanjutnya Khalifah Usman bin Affan membentuk sebuah panitia penyusunan
Al-Qur’an. Panitia ini diketuai oleh Zaid bin Sabit. Anggotanya adalah Abdullah
bin Zubair dan Abdurrahnman bin Haris. Tugas yang harus dilaksanakan oleh
panitia tersebut adalah menyalin ulang ayat-ayat Al-Qur’an dalam sebuah buku
yang disebut mushaf. Penyalinan tersebut harus berpedoman kepada bacaan mereka
yang menghafalkan Al-Qur’an. Apabila terdapat perbedaan dalam pembacaan yang
ditulis adalah yang berdialek Quraisy. Hal itu disebabkan Al-Qur’an diturunkan
dalam dialek Quraisy.
Salinan
kumpulan Al-Qur’an itu disebut Al-Mushaf. Oleh panitia, Al-Mushaf diperbanyak
sejumlah 4 buah. Sebuah tetap di Madinah, sedangkan empat lainnya ke Mekah,
Suriah, Basra, dan Kufah. Semua naskah Al-qur’an yang dikirimkan ke
daerah-daerah itu dijadikan pedoman dalam penyalinan berikutnya di daerah
masing-masing. Naskah yang ditinggal di Madinah disebut Mushaf al-Imam atau
Mushaf Usman.
2.
Renovasi Masjid Nabawi
Masjid Nabawi yang
mulai dibangun pada masa Khalifah Umar bin Khattab diperluas oleh Khalifah
Usman binAffan. Selain diperluas bentuk dan coraknya juga diperindah.
3.
Pembentukan Angkatan Laut
Pada masa
Khalifah Usman bin Affan, wilayah Islam sudah mencapai Afrika, Siprus, hingga
Konstantinopel. Wilayah-wilayah itu banyak diliputi lautan. Untuk menjaga
wilayah-wilayah tersebut, Muawiyyah bin Abu Sufyan yang waktu itu menjabat
Gubernur Suriah mengusulkan dibentuknya angkatan laut. Dalam perkembangannya,
angkatan laut itulah yang kelak akan membawa misi dakwah Islam hingga ke daratan
Eropa bahkan sampai ke Indonesia.
4.
Perluasan wilayah
Pada masa
Khalifah Usman binAffan, wilayah Islam makin luas. Wilayah Azerbaijan berhasil
ditaklukkan pasukan muslim di bawah pimpinan Said bi As dan Huzaifah bin Yaman.
Wilayah Armenia dapat ditaklukkan oleh Salam bin Rabi’ah al Bahy. Sebagian
besar rakyat Armenia saat itu menyambut kedatangan tentara Islam dengan suka
cita. Pada umumnya mereka lebih suka berada di bawah pemerintahan Islam dari
pada dikuasai oleh kekaisaran Romawi.[10]
E.
Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada akhir masa kepemimpinan Khalifah Usman bin Affan, terjadi
fitnah besar di kalangan kaum muslimin di beberapa daerah, terutama di Basrah,
Mesir, dan Kufah. Fitnah tersebut berhasil menghasut beberapa pihak untuk
memberontak dan menuntut mundurnya Khalifah Usman bin Affan. Dalam masa kritis
tersebut, beliau tetap tidak mau menggunakan pengawalan khusus yang ditawarkan
para sahabatnya. Suatu ketika, para pemberontak berhasil menyerbu rumah
Khalifah Usman bin Affan dan membunuhnya. Saat kejadian itu, Khalifah Usman bin
Affan sedang menjalani puasa sunnah dan membaca Al-Qur’an. Malam hari sebelum
terbunuh, beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw. Dalam mimpinya,
Rasulullah saw. meminta untuk beliau berpuasa dan besuknya akan berbuka dengan
Rasulullah saw. mimpi itu akhirnya menjadi kenyataan.
Keadaan pemerintahan sepeninggal Khalifah
Usman bin Affan dalam kondisi kacau. Kaum muslimin meminta Ali bin Abi Talib untuk
menjadi khalifah. Akan tetapi, ada beberapa tokoh yang menolak usulan tersebut,
di antaranya Muawiyah bin Abu Sufyan. Mereka yang menolak Ali bin Abi Talib
apada umumnya adalah gubernur atau pejabat yang berasal dari keluarga besar
Khalifah Usman bin Affan. Mereka menuntut pembunuh Khalifah Usman bin Affan
ditangkap terlebih dahulu. Setelah itu, barulah masalah pergantian pemimpin
dibicarakan. Sebaliknya, pihak Ali bin Abi Talib berpendapat bahwa masalah
kepemimpinan sebaiknya diselesaikan terlebih dahulu. Setelah itu, barulah
pembunuh Khalifah Usman bin Affan dicari bersama-sama. Perbedaan pendapat
tersebut menjadi awal pecahnya persatuan kaum muslim saat itu. Akhirnya, Ali
bin Abi Talib tetap diangkat sebagai Khalifah meskipun ada beberapa kalangan yang
tidak bersedia mengakuinya.
Khalifah Ali bin Abi Talib melaksanakan
langkah-langkah yang dapat dianggap sebagai prestasi yang telah dicapai:
1.
Mengganti pejabat yang kurang cakap
Khalifah Ali
bin Abi Talib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efisien. Oleh
karena itu, beliau mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap dalam bekerja.
Akan tetapi, pejabat-pejabat tersebut ternyata banyak berasal dari keluarga
Khalifah Usman bin Affan (Bani Umayyah). Akibatnya, makin banyak kalangan Bani
Umayah yang tidak menyukai Khalifah Ali bin Abi Talib.
2.
Membenahi keuangan negara (Baitul
Mal)
Setelah
mengganti pejabat yang kurang cakap, Khalifah Ali bin Abi Talib kemudian
menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta
tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan
rakyat.
3.
Memajukan Ilmu Bahasa
Pada saat
Khalifah Ali bin Abi Talib memegang pemerintahan, wilayah Islam sudah mencapai
India. Pada saat itu, penulisan huruf hijaiah belum dilengkapi dengan tanda
baca, seperti kasrah, fathah, dammah, dan syaddah. Hal itu menyebabkan
banyaknya kesalahan bacaan teks Al-Qur’an dan hadis di daerah-daerah yang jauh
dari Jazirah Arab.
Untuk
menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-Qur’an dan hadis, Khalifah Ali bin
Abi Talib memerintahkan Abu Aswad ad-Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu
nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata bahasa Arab. Keberadaan ilmu nahwu
diharapkan dapat membantu orang-orang mempelajari sumber utama ajaran Islam
yaitu Al-Qur’an dan hadis.
4.
Bidang Pembangunan
Salah satu
pembangunan yang mendapat perhatian khusus dari Khalifah Ali bin Abi Talib
adalah pembangunan kota Kufah. Pada awalnya, kota Kufah disiapkan sebagai pusat
pertahanan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Akan tetapi, kota Kufah kemudian
berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu, dan ilmu pengetahuan
lainnya.
Pada waktu
itu, perselisihan antara pendukung Khalifah Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin
Abu Sufyan makin membesar. Perselisihsn itulah yang menjadi awal berakhirnya
pemerintahan Islam di bawah Khulafaur Rosyidin. Meskipun memiliki kelemahan-kelemahan.
Para ahli sejarah menyatakan bahwa pemerintahan Islam pada masa Khulafaur
Rosyidin merupakan masa pemerintahan Islam yang paling mendekati masa
pemerintahan Rasulullah saw. Khalifah Usman bin Affan merupakan salah satu
pemimpin yang lemah lembut dan sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya.
Beliau lebih suka mengadakan pendekatan persuasif jika terjadi gejolak.
Adapun Khalifah Ali bin Abi Talib
adalah seorang pemimpin yang sangat disiplin, tegas dan keras dalam membela
kebenaran. Dalam kondisi tertentu, Khalifah Ali bin Abi Talib lebih
mengutamakan kebenaran yang diyakininya dari pada persatuan. Khalifah Ali bin
Abi Talib juga sangat menjunjung tinggi keputusan yang sudah menjadi
kesepakatan mayoritas.[11]
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.
Khulafaur rasyidin adalah
orang-orang yang menggantikan kedudukan Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin
agama dan kepala negara sesudah Rasulullah saw wafat.
2.
Pencapaian Khalifah Abu Bakar As
Shiddiq dapat dilihat dalam berbagai bidang, diantaranya pada bidang politik,
bidang keagamaan, dan bidang sosial.
3.
Beberapa prestasi yang berhasil
diraih Umar bin Khattab saat menjadi khalifah adalah: memperluas wilayah
kekuasaan Islam, pembenahan administrasi dan keuangan pemerintahan, dan
penetapan kalender hijriah.
4.
Prestasi yang menonjol yang
berhasil diraih Khalifah Usman bin Affan diantaranya: penyusunan/kodifikasi
mushaf Al-Qur’an, renovasi masjid Nabawi, pembentukan angkatan laut, dan
perluasan wilayah.
5.
Prestasi Khalifah Ali bin Abi Talib
diantaranya: mengganti pejabat yang kurang cakap, membenahi keuangan negara
(baitul mal), memajukan bidang ilmu bahasa, dan bidang pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Abssori, dkk.. Sejarah Kebudayaan Islam. Solo:
Wijaya. tanpa tahun.
Aizid, Rizem. Sejarah Peradaban Islam
Terlengkap. Jakarta: Diva Press, 2015.
Basuki, dkk.. Sejarah Kebudayaan
Islam. Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaann Agama Islam, 1999.
Khoiriyah. Reorientasi Wawasan Sejarah
Islam. Yogyakarta: Teras, 2012.
S. Arif, dkk.. Sejarah Kebudayaan
Islam. Solo: CV. Sindunata, 2008.
[1] Abssori, dkk., Sejarah Kebidayaan Islam (Solo:
Wijaya, tanpa tahun), 3.
[2] Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah
Islam (Yogyakarta: Teras, 2012), 56-57.
[3] Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam
Terlengkap (Jakarta: Diva Press, 2015), 189-196.
[4] Basuki, dkk., Sejarah Kebudayaan
Islam (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaann Agama Islam, 1999), 73.
[5] Arif S. dkk., Sejarah Kebudayaan
Islam (Solo: CV. Sindunata, 2008), 6.
[6] Ibid.
[7] Ibid., 6-7.
[8] Ibid., 7-8.
[9] Basuki, dkk., Sejarah Kebudayaan Islam, 78-79.
[10] Arif S. dkk., Sejarah Kebudayaan Islam, 8-9.
[11] Ibid., 10-11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar