Sabtu, 05 Januari 2019

Khulafaur Rosyidin



KHULAFAUR ROSYIDIN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Studi Materi PAI di SMP
LOGO IAIN.jpg
Disusun Oleh: kelompok 6:
M. Nur Rohman                      (210315042)
Suci Nur Alifah                       (210315051)
Liya Rizki Fadillah                 (210315058)

Kelas/Semester:
TB.B/III

Dosen Pengampu:
Al Darmono, M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
NOVEMBER 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Nabi Muhammad saw. wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H atau tanggal 8 Juni 632 M. Setelah beliau wafat, situasi dikalangan umat Islam sempat kacau. Hal itu disebabkan Nabi Muhammad saw. tidak menunjuk calon penggantinya secara pasti. Khulafaur rasyidin adalah orang-orang yang menggantikan kedudukan Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin agama dan kepala negara sesudah Rasulullah saw wafat.
Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang nama-nama Khulafaur rasyidin dan prestasi apa saja yang telah dicapainya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Khulafaur Rasyidin?
2.      Prestasi apa saja yang telah dicapai oleh para Khulafaur Rasyidin?

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin berasal dari bahasa Arab yaitu khulafa’ yang berarti pengganti, wakil, duta dan ar-Rasyidin yang berarti orang yang mendapat petunjuk. Dengan demikian khulafaur rasyidin adalah orang-orang yang menggantikan kedudukan Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin agama dan kepala negara sesudah Rasulullah saw wafat. Adapun khulafaur rasyidin akan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang ganda, baik tugas terhadap Allah SWT dan menjaga keselamatan dan kesejahteraan negara atau masyarakat. Khulafaur rasyidin juga bias berarti pemimpin-pemimpin yang bijaksana yang terdiri dari Abu Bakar As Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Talib.
NO.
Nama Khulafaur Rasyidin
Tahun Kekhalifahan
1.
Abu Bakar As Shiddiq
11-13 H/ 632-634 M
2.
Umar bin Khattab
13-23 H/ 634-644 M
3.
Usman bin Affan
23-35 H/ 644-656 M
4.
Ali bin Abi Talib
35-40 H/ 656-661 M[1]

B.     Masa Abu Bakar As Sidiq
1.      Biografi Abu Bakar Ash-Shidiq
Abu Bakar nama aslinya adalah Abdullah bin Abi Quhafah at Tamimi, pada zaman Jahiliyah beliau bernama Abdul Ka'bah lalu oleh Rasulullah diganti Abdullah. Para sahabat menyebutnya Abu Bakar karena beliau pagi-pagi betul (paling dini/paling awal) baliau masuk Islam, lalu beliau dikenal dengan sebutan al-Shiddiq (yang percaya) sebab beliau membenarkan Rasulullah dalam berbagai peristiwa terutama peristiwa Isra' Mi'raj. Beliau memiliki watak yang kuat, jujur, dan dinamis, berperawakan sedang, berwajah mungil dan berkulit cerah. Kehidupan beliau sangat sederhana, beliau bahkan melakukan perjalanan bolak balik dari al-Sunh ke Madinah dan beliau tidak menerima gaji sepeserpun dari negara. Beliau menggantikan Rasulullas SAW selama dua tahun (632-634) tepatnya 2 tahun 3 bulan 11 hari selama beliau menjadi khalifah banyak terjadi peperangan riddah (perang melawan pembelotan dan kemurtadan).[2]
2.       Pencapaian Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pada saat beliau menjabat sebagai khalifah banyak sekali pencapaian-pencapaian beliau yang bisa diteladani pada kehidupan umat muslimin saat ini, sangat perlu kita sebagai umat muslim menengok, membaca, serta mencerna tatacara kepemimpinan khalifah setelah Rasulullah SAW.  Disaat kita membaca sejarah mengenai bagaimana cara mereka memerintah, kita dapat menemukan pelajaran-pelajaran yang berharga didalamnya. Kali ini akan membahas beberapa pencapaian Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam berbagai bidang, berikut pembahasannya:
a.       Bidang Politik
Adapun sistem politik Islam pada masa Abu Bakar bersifat sentral, sehingga kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat ditangannya. Meskipun demikian dalam memutuskan masalah, beliau selalu mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Sementara itu ada beberapa kebijakan politik dan pemerintahan yang dilakukan beliau dalam mengembangkan kekhalifahannya. Pertama, pemerintahan berdasarkan musyawarah. Artinya ketika ada sebuah perkara, beliau selalu mencari hukumnya dalam kitab Allah SWT. Jika tidak memperolehnya, beliau mempelajari cara Rasulullah SAW dalam menyelesaikan permasalahan. Kedua, kekuasaan undang-undang. Beliau tidak pernah menempatkan dirinya diatas undang-undang, beliau juga tidak pernah memberi suatu kekuasaan yang lebih tinggi daripada undang-undang kepada sanak saudaranya. Mereka dihadapan undang-undang sama dengan rakyat lain, baik kaum muslim maupun nonmuslim.
b.      Bidang Keagamaan
Dalam bidang keagamaan ada dua peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahan Abu Bakar.
Pertama, peperangan dengan kaum Riddat. Dalam pertempuran itu, Abu Bakar tidak hanya menghadapi musuh dari luar namun juga dari dalam. Hal itu karena ada kelompok orang yang memancangkan panji pemberontakan terhadap negara Islam di Madinah sekaligus meninggalkan Islam setelah Rasulullah saw wafat.
Kedua, pengumpulan ayat-ayat al-Qur'an. Abu Bakar dalam masa yang singkat telah berhasil memadamkan kerusuhan yang disebabkan oleh kaum Riddat (pemberontak) yang sedemikian luasnya, sekaligus memulihkan kembali ketertiban dan keamanan diseluruh Semenanjung Arab.
c.       Bidang Sosial
Dalam bidang sosial ada beberapa peristiwa yang terjadi pada masa Abu Bakar.
Pertama, munculnya orang-orang murtad dan menolak membayar zakat. Bersamaan dengan pengangkatan Abu Bakar, suku-suku Arab tidak mau lagi tunduk di bawah kepemimpinan pusat di Madinah. Sesudah Rasulullah saw wafat, mereka berpendapat bahwa kekuasaan Quraisy dalam memimpin Arab telah usai.
Kedua, munculnya nabi-nabi palsu. Api perlawanan dan pendurhakaan itu menjalar dengan cepat dari satu suku kepada suku yang lain, sehingga hampir menggoyahkan sendi kekhalifahan Islam yang masih muda itu. Kekuasaan khalifah pada masa itu hanya meliputi Makkah, Madinah, dan Thaif.[3]
C.      Masa Umar bin Khattab
Umar bin Khattab putra Nufail Al Quraisy, dari suku Bani Adi. Sebelum Islam, Bani Adi ini terkenal sebagai suku yang terpandang mulia, megah dan berkedudukan tinggi.[4]
Umar bin Khattab adalah orang yang sangat cerdas. Umar bin Khattab adalah satu-satunya sahabat Nabi Muhammad saw. yang tidak serta merta menerima keputusan Nabi Muhammad saw. terhadap suatu masalah. Akan tetapi, jika keputusan itu berdasarkan wahyu dari Allah swt. Dan bukan pemikiran Nabi Muhammad saw., Umar bin Khattab akan langsung menaatinya. Umar bin Khattab juga sangat tegas dalam membedakan kebenaran dan kebathilan. Karena ketegasannya tersebut, Rasulullah saw. menyematkan gelar Al Faruq yang artinya pemisah atau pembeda. Allah swt. Telah memisahkan antara yang hak dan yang bathil dalam dirinya.[5]
Kepiawaian Umar bin Khattab di bidang politik diawali ketika beliau berhasil menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar pada saat pemilihan Khalifah yang pertama. Karir politiknya semakin naik pada masa Khalifah Abu Bakar as Siddiq yang menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Penunjukan itu didukung oleh sahabat-sahabat Nabi Muhammad saw. yang lain. Beberapa prestasi yang berhasil diraih Umar bin Khattab saat menjabat khalifah adalah:
1.      Memperluas wilayah kekuasaan Islam
Meskipun pengembangan dakwah Islam dan perluasan wilayah sudah dilakukan sejak masa Khalifah Abu Bakar as Siddiq, para ahli menyatakan bahwa imperium Islam sesungguhnya berdiri pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Pada masa itu perluasan Islam terjadi secara besar-besaran yang dikenal dsebagai periode Futuhat al Islamiyyah. Secara berturut-turut, pasukan Islam berhasil menguasai Suriah, Persia, dan Mesir.[6]
Pada waktu itu, Suriah merupakan pusat perdagangan yang penting. Oleh karena itu, Umar bin Khattab berusaha merebutnya mati-matian. Wilayah Suriah memiliki beberapa kota yang menjadi pusat kekuatan Romawi Timur (Bizantium) yang beragama Kristen. Beberapa kota tersebut adalah Damaskus, Yordania, Yarussalem, Hims, dan Antiokia.
Perluasan wilayah ke Mesir dilakukan kaum muslimin dibawah pimpinan Amru bin As. Sebelum masuk Islam, Amru bin As telah berulang kali mengikuti khalifah dagang Mesir. Oleh karena itu, ia mengetahui seluk beluk dan kondisi Mesir. Atas perintah Umar bin Khattab berangkatlah 4.000 pasukan Islam ke Mesir. Mula-mula ia merebut Kota Al Farama di Mesir Timur. Ia kemudian sampai ke benteng Babilon yang termasyhur. Tempat ini merupakan pusat kekuatan kekaisaran Bizantium yang besar. Setelah bertempur beberapa lamanya, kaum muslimin berhasil menguasai benteng ini serta wilayah-wilayah Mesir lainnya.
Kemenangan-kemenangan umat Islam menjadikan wilayah Islam masa Khalifah Umar bin Khattab meluas hingga Afrika Utara, Armenia, dan sebagian wilayah Eropa Timur. Untuk memudahkan jalannya pemerintahan, Khalifah Umar bin Khattab membagi wilayah Islam menjadi beberapa provinsi dan menunjuk seorang gubernur untuk memerintah wilayah tersebut. Misalnya, Sa’ad bin Abi Waqqas memerintah di Kuffah, Amru bin As di Mesir, dan Muawiyyah bin Abu Sufyan di Damaskus.[7]
2.      Pembenahan administrasi dan keuangan pemerintahan
Pada masa pemerintahannya Khalifah Umar bin Khattab terbentuk Baitul Mal dan Dewan Perang. Baitul Mal bertugas mengurusi keuangan negara. Keluar masuknya keuangan, baik di pusat maupun di provinsi-provinsi diawasi dengan ketat. Adapun Dewan Perang bertugas mencatat administrasi ketentaraan.
Khalifah Umar bin Khattab memilih orang yang jujur untuk brtugas di Baitul Mal. Para pegawai pemerintahan dan tentara digaji dari Baitul Mal dengan disesuaikan kedudukannya. Boleh dikatakan, Khalifah Umar bin Khattab adalah Khalifah yang pertama kali memperkenalkan sistem penggajian bagi pegawai pemerintah.
Selain itu, Khalifah Umar bin Khattab juga memberikan santunan dari Baitul Mal kepada seluruh rakyatnya. Pada masa khalifah Umar bin Khattab, kemakmuran dapat dinikmati rakyat hingga seluruh pelosok negeri.
3.      Penetapan kalender hijriah
 Sebelum sistem kalender hijriah ditetapkan, orang-orang menggunakan sistem kalender Masehi. Sistem itu banyak digunakan orang-orang Nasrani, agar berbeda dengan orang Nasrani, kaum muslimin juga berkeinginan untuk mempunyai sistem kalender sendiri. Sebagian kaum muslimin mengusulkan agar kelender tahunan di mulai sejak nabi Muhammad saw. diangkat menjadi rasul. Sebagian lainnya mengusulkan agar tahun Islam di mulai pada saat Nabi Muhammad saw. lahir.
Khalifah Umar bin Khattab menetapkan permulaan tahun Islam adalah pada saat nabi Muhammad saw. hijrah dari Mekah ke Madinah. Hal itu disebabkan hijrah merupakan titik balik kemenangan Islam. Hijrah juga menandai dua periode dakwah Islam. Periode dakwaah setelah beliau hijrah dikenal sebagai periode Madinah. Demikian pula pembagian surah-surah Al-Qur’an. Surah-surah Al-Qur’an yang turun sebelum hijrah disebut surah-surah Makkiyah, sedangkan surah-surah Al-Qur’an yang turun setelah hijrahdisebut surah Madaniyah.[8]
D.    Masa Utsman bin Affan
Beliau ialah Usman ibnu Affan Abi Ash ibnu Umayah. Dilahirkan di waktu Rasulullah berusia 5 tahun. Dan masuk Islam atas seruan Abu Bakar As Siddiq. Oleh karena pertalian beliau amat akrab dengan Rasulullah, maka Rasulullah mengawinkannya dengan putrinya Rukayyah. Setelah Rukayyah meninggal di waktu peperangan Badar, Nabi mengawinkannya dengan putrinya yang ke 2, yaitu Ummu Kultsum. Karena ini Usman terkenal dengan julukan “Dzun Nurain” (yang mempunyai dua cahaya). Ummu Kultsum meninggal dunia pula pada tahun 9 H.[9]
Khalifah Umar bin Khattab meninggal dunia karena ditikam oleh Abu Lu’luah saat menjadi imam salat subuh. Menjelang wafatnya, Khalifah Umar bin Khattab membentuk dewan yang akan mencari penggantinya. Dewan tersebut beranggotakan enem orang sahabat yang saat itu dianggap paling tinggi tingkatannya. Kekenam anggota dewan itu adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Talhah bin Udaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqas.
Dewan tersebut diberi tugas memilih salah seorang dari mereka untuk menjadi khalifah. Ketua dewan dipegang oleh Abdurrahman bin Auf, pemilihan dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat dan mencari suara terbanyak. Jika terjadi suara yang seimbang, keputusan diserahkan kepada Abdullah bin Umar sebagai hakimnya.
Akhirnya, mayoritas suara memilih Usman bin Affan sebagai khalifah pengganti Umar bin Khattab. Saat menjadi khalifah, Usman bin Affan telah berusia 70 tahun. Beliau menjadi khalifah selama 12 tahun. Selama masa pemerintahannya, beberapa prestasi menonjol yang berhasil diraih adalah:
1.      Penyusunan/kodifikasi mushaf Al-Qur’an
Usaha kodifikasi (pembukuan) Al-Qur’an sudah dimulai sejak masa Khalifah Abu Bakar as Siddiq. Ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah terkumpul pada masa itu disimpan oleh Hafsah binti Umar, salah satu istri Rasulullah saw. pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan, wilayah Islam sudah sangat luas. Hal itu menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perbedaan pembelajaran Al-Qur’an di beberapa pelosok wilayah. Perbedaan itu meliputi susunan surah-surahnya atau lafal (dialek) nya.
Pada masa Rasulullah saw., perbedaan tersebut diberi kelonggaran. Saat itu, beliau masih memberi kemudahan agar Al-Qur’an dapat dihafal dengan cepat oleh semua umat Islam. Ketika wilayah Islam makin luas, perbedaan dialek satu daerah dengan daerah lainnya makin terlihat. Salah seorang sahabat yang bernama Huzaifah bin Yaman melihat perselisihan antara tentara Islam ketika menaklukkan Armenia dan Azerbaijan. Masing-masing pihak menganggap cara membaca Al-Qur’an yang dilakukannya adalah yang paling baik.
Perselisihan tersebut kemudian dilaporkan oleh Huzaifah bin Yaman kepada Khalifah Usman bin Affan. Selanjutnya Khalifah Usman bin Affan membentuk sebuah panitia penyusunan Al-Qur’an. Panitia ini diketuai oleh Zaid bin Sabit. Anggotanya adalah Abdullah bin Zubair dan Abdurrahnman bin Haris. Tugas yang harus dilaksanakan oleh panitia tersebut adalah menyalin ulang ayat-ayat Al-Qur’an dalam sebuah buku yang disebut mushaf. Penyalinan tersebut harus berpedoman kepada bacaan mereka yang menghafalkan Al-Qur’an. Apabila terdapat perbedaan dalam pembacaan yang ditulis adalah yang berdialek Quraisy. Hal itu disebabkan Al-Qur’an diturunkan dalam dialek Quraisy.
Salinan kumpulan Al-Qur’an itu disebut Al-Mushaf. Oleh panitia, Al-Mushaf diperbanyak sejumlah 4 buah. Sebuah tetap di Madinah, sedangkan empat lainnya ke Mekah, Suriah, Basra, dan Kufah. Semua naskah Al-qur’an yang dikirimkan ke daerah-daerah itu dijadikan pedoman dalam penyalinan berikutnya di daerah masing-masing. Naskah yang ditinggal di Madinah disebut Mushaf al-Imam atau Mushaf Usman.
2.      Renovasi Masjid Nabawi
Masjid Nabawi yang mulai dibangun pada masa Khalifah Umar bin Khattab diperluas oleh Khalifah Usman binAffan. Selain diperluas bentuk dan coraknya juga diperindah.
3.      Pembentukan Angkatan Laut
Pada masa Khalifah Usman bin Affan, wilayah Islam sudah mencapai Afrika, Siprus, hingga Konstantinopel. Wilayah-wilayah itu banyak diliputi lautan. Untuk menjaga wilayah-wilayah tersebut, Muawiyyah bin Abu Sufyan yang waktu itu menjabat Gubernur Suriah mengusulkan dibentuknya angkatan laut. Dalam perkembangannya, angkatan laut itulah yang kelak akan membawa misi dakwah Islam hingga ke daratan Eropa bahkan sampai ke Indonesia.
4.      Perluasan wilayah
Pada masa Khalifah Usman binAffan, wilayah Islam makin luas. Wilayah Azerbaijan berhasil ditaklukkan pasukan muslim di bawah pimpinan Said bi As dan Huzaifah bin Yaman. Wilayah Armenia dapat ditaklukkan oleh Salam bin Rabi’ah al Bahy. Sebagian besar rakyat Armenia saat itu menyambut kedatangan tentara Islam dengan suka cita. Pada umumnya mereka lebih suka berada di bawah pemerintahan Islam dari pada dikuasai oleh kekaisaran Romawi.[10]
E.     Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada akhir masa kepemimpinan Khalifah Usman bin Affan, terjadi fitnah besar di kalangan kaum muslimin di beberapa daerah, terutama di Basrah, Mesir, dan Kufah. Fitnah tersebut berhasil menghasut beberapa pihak untuk memberontak dan menuntut mundurnya Khalifah Usman bin Affan. Dalam masa kritis tersebut, beliau tetap tidak mau menggunakan pengawalan khusus yang ditawarkan para sahabatnya. Suatu ketika, para pemberontak berhasil menyerbu rumah Khalifah Usman bin Affan dan membunuhnya. Saat kejadian itu, Khalifah Usman bin Affan sedang menjalani puasa sunnah dan membaca Al-Qur’an. Malam hari sebelum terbunuh, beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw. Dalam mimpinya, Rasulullah saw. meminta untuk beliau berpuasa dan besuknya akan berbuka dengan Rasulullah saw. mimpi itu akhirnya menjadi kenyataan.
Keadaan pemerintahan sepeninggal Khalifah Usman bin Affan dalam kondisi kacau. Kaum muslimin meminta Ali bin Abi Talib untuk menjadi khalifah. Akan tetapi, ada beberapa tokoh yang menolak usulan tersebut, di antaranya Muawiyah bin Abu Sufyan. Mereka yang menolak Ali bin Abi Talib apada umumnya adalah gubernur atau pejabat yang berasal dari keluarga besar Khalifah Usman bin Affan. Mereka menuntut pembunuh Khalifah Usman bin Affan ditangkap terlebih dahulu. Setelah itu, barulah masalah pergantian pemimpin dibicarakan. Sebaliknya, pihak Ali bin Abi Talib berpendapat bahwa masalah kepemimpinan sebaiknya diselesaikan terlebih dahulu. Setelah itu, barulah pembunuh Khalifah Usman bin Affan dicari bersama-sama. Perbedaan pendapat tersebut menjadi awal pecahnya persatuan kaum muslim saat itu. Akhirnya, Ali bin Abi Talib tetap diangkat sebagai Khalifah meskipun ada beberapa kalangan yang tidak bersedia mengakuinya.
Khalifah Ali bin Abi Talib melaksanakan langkah-langkah yang dapat dianggap sebagai prestasi yang telah dicapai:
1.      Mengganti pejabat yang kurang cakap
Khalifah Ali bin Abi Talib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, beliau mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap dalam bekerja. Akan tetapi, pejabat-pejabat tersebut ternyata banyak berasal dari keluarga Khalifah Usman bin Affan (Bani Umayyah). Akibatnya, makin banyak kalangan Bani Umayah yang tidak menyukai Khalifah Ali bin Abi Talib.
2.      Membenahi keuangan negara (Baitul Mal)
Setelah mengganti pejabat yang kurang cakap, Khalifah Ali bin Abi Talib kemudian menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
3.      Memajukan Ilmu Bahasa
Pada saat Khalifah Ali bin Abi Talib memegang pemerintahan, wilayah Islam sudah mencapai India. Pada saat itu, penulisan huruf hijaiah belum dilengkapi dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dammah, dan syaddah. Hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan bacaan teks Al-Qur’an dan hadis di daerah-daerah yang jauh dari Jazirah Arab.
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-Qur’an dan hadis, Khalifah Ali bin Abi Talib memerintahkan Abu Aswad ad-Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata bahasa Arab. Keberadaan ilmu nahwu diharapkan dapat membantu orang-orang mempelajari sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan hadis.
4.      Bidang Pembangunan
Salah satu pembangunan yang mendapat perhatian khusus dari Khalifah Ali bin Abi Talib adalah pembangunan kota Kufah. Pada awalnya, kota Kufah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Akan tetapi, kota Kufah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu, dan ilmu pengetahuan lainnya.
Pada waktu itu, perselisihan antara pendukung Khalifah Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin Abu Sufyan makin membesar. Perselisihsn itulah yang menjadi awal berakhirnya pemerintahan Islam di bawah Khulafaur Rosyidin. Meskipun memiliki kelemahan-kelemahan. Para ahli sejarah menyatakan bahwa pemerintahan Islam pada masa Khulafaur Rosyidin merupakan masa pemerintahan Islam yang paling mendekati masa pemerintahan Rasulullah saw. Khalifah Usman bin Affan merupakan salah satu pemimpin yang lemah lembut dan sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya. Beliau lebih suka mengadakan pendekatan persuasif jika terjadi gejolak.
Adapun Khalifah Ali bin Abi Talib adalah seorang pemimpin yang sangat disiplin, tegas dan keras dalam membela kebenaran. Dalam kondisi tertentu, Khalifah Ali bin Abi Talib lebih mengutamakan kebenaran yang diyakininya dari pada persatuan. Khalifah Ali bin Abi Talib juga sangat menjunjung tinggi keputusan yang sudah menjadi kesepakatan mayoritas.[11]


BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Khulafaur rasyidin adalah orang-orang yang menggantikan kedudukan Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin agama dan kepala negara sesudah Rasulullah saw wafat.
2.      Pencapaian Khalifah Abu Bakar As Shiddiq dapat dilihat dalam berbagai bidang, diantaranya pada bidang politik, bidang keagamaan, dan bidang sosial.
3.      Beberapa prestasi yang berhasil diraih Umar bin Khattab saat menjadi khalifah adalah: memperluas wilayah kekuasaan Islam, pembenahan administrasi dan keuangan pemerintahan, dan penetapan kalender hijriah.
4.      Prestasi yang menonjol yang berhasil diraih Khalifah Usman bin Affan diantaranya: penyusunan/kodifikasi mushaf Al-Qur’an, renovasi masjid Nabawi, pembentukan angkatan laut, dan perluasan wilayah.
5.      Prestasi Khalifah Ali bin Abi Talib diantaranya: mengganti pejabat yang kurang cakap, membenahi keuangan negara (baitul mal), memajukan bidang ilmu bahasa, dan bidang pembangunan.



DAFTAR PUSTAKA
Abssori, dkk.. Sejarah Kebudayaan Islam. Solo: Wijaya. tanpa tahun.

Aizid, Rizem. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Jakarta: Diva Press, 2015.

Basuki, dkk.. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaann Agama Islam, 1999.

Khoiriyah. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam. Yogyakarta: Teras, 2012.

S. Arif, dkk.. Sejarah Kebudayaan Islam. Solo: CV. Sindunata, 2008.


[1] Abssori, dkk., Sejarah Kebidayaan Islam (Solo: Wijaya, tanpa tahun), 3.
[2] Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam (Yogyakarta: Teras, 2012), 56-57.
[3] Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap (Jakarta: Diva Press, 2015), 189-196.
[4] Basuki, dkk., Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaann Agama Islam, 1999), 73.
[5] Arif S. dkk., Sejarah Kebudayaan Islam (Solo: CV. Sindunata, 2008), 6.
[6] Ibid.
[7] Ibid., 6-7.
[8] Ibid., 7-8.
[9] Basuki, dkk., Sejarah Kebudayaan Islam, 78-79.
[10] Arif  S. dkk., Sejarah Kebudayaan Islam, 8-9.
[11] Ibid., 10-11.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi)

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Tekno...