Sabtu, 07 Juli 2018

Materi PAI (Ayat Al-Qur'an dan Hadis tentang Mensyukuri Nikmat Allah SWT.)


Ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang Mensyukuri Nikmat Allah SWT.
A.    Pengertian Syukur
Kata ‘syukur’ adalah kata yang berasal dari bahasa Arab. Kata ini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai rasa terima kasih kepada Allah, dan untunglah (menyatakan lega, senang).
Syukur berarti berterima kasih kepada Allah SWT. sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia berarti ucapan dari perasaan senang, bahagia, melegakan ketika mengalami suatu kejadian yang baik. Dalam konteks ini istilah syukur merupakan suatu tindakan, ucapan, perasaan senang, bahagia, atau lega atas nikmat yang telah kita terima dari Allah SWT. banyak nikmat yang telah kita terima dari Allah SWT. apabila kita mencoba menghitungnya pasti bisa mengetahui jumlahnya.[1]
B.     Ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Mensyukuri Nikmat Allah.
1.      Q.S. Az-Zuhruf ayat 9-13
وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡعَلِيمُ ٩ ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ مَهۡدٗا وَجَعَلَ لَكُمۡ فِيهَا سُبُلٗا لَّعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٠ وَٱلَّذِي نَزَّلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءَۢ بِقَدَرٖ فَأَنشَرۡنَا بِهِۦ بَلۡدَةٗ مَّيۡتٗاۚ كَذَٰلِكَ تُخۡرَجُونَ ١١ وَٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡأَزۡوَٰجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ ٱلۡفُلۡكِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ مَا تَرۡكَبُونَ ١٢ لِتَسۡتَوُۥاْ عَلَىٰ ظُهُورِهِۦ ثُمَّ تَذۡكُرُواْ نِعۡمَةَ رَبِّكُمۡ إِذَا ٱسۡتَوَيۡتُمۡ عَلَيۡهِ وَتَقُولُواْ سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُۥ مُقۡرِنِينَ ١٣
Artinya:
(9) Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka; “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.
(10) Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.
(11) Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).
(12) Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.
(13) Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat ni’mat Tuhamnu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.[2]

Penjelasan surat Az-Zuhruf ayat 9-13:
a.       Pada ayat 9 dijelaskan bahwa Allah STW. Memberi penjelasan kepada nabi Muhammad saw. jika ia bertanya kepada orang-orang musyrik tentang zat yang membuat alam semesta dan seluruh isinya, yaitu langit dan bumi, mereka dengan tegas akan menjawab “semua itu diciptakan yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahui segalanya, yaitu Allah SWT. yang tidak ada sekutu baginya”. Meskipun demikian mereka tetap dilakukan peribadatan kepada selain Allah SWT. sesungguhnya mereka mengetahui bahwa Allah SWT. yang menjadi segalanya. Namun mereka tetap mengingkarinya.
b.      Pada ayat 10 dijelaskan bahwa Allah SWT. yang menjadikan bumi sebagai hamparan dan menyiapkan bagi makhluknya untuk tetap mereka menetap. Allah SWT. membeuat jalan-jalan agar manusia dapat berkunjung dari satu tempat ke tempat lainuntuk kepentingan hidup, ekonomi, dan perdagangan.
c.       Pada ayat 11 dijelaskan bahwa Allah SWT. menurunkan hujan dari langit sesuai dengan kadarnya bagi kepentingan makhluk yang ada di dalam alam semesta. Dengan turunnya hujan tersebut menjadi tanaman-tanaman yang belum mati menjadi sumber dan menumbuhkan berbagai tanaman bagi kepentingan makhluk hidup lainnya. Berkaitan denagn hal ini, Allah SWT. dengan kuasa-Nya sangat mudah membengkitkan manusia dari dalam kubur dan menghidupkan kembali.
d.      Pada ayat 12 dijelaskan bahwa Allah SWT. yang menciptakan semua manusia yang berpasang-pasangan, baik dari jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Dia menjadikan kendaraan berupa kapal yang dapat digunakan untuk mengangkut barang dagangan di laut serta binatang ternak, seperti unta, kuda, keledai dan sapi yang dapat digunakan sebagai alat angkut di darat.
e.       Pada ayat 13 dijelaskan bahwa Allah SWT. memerintahkan kepada manusia yang berada di atas kendaraannya untuk senantiasa mengagungkan nama-nama Allah SWT. dengan bertasbih dan mensucikannya dari hal-hal yang dapat merusak keimanan terhadap Allah SWT. yaitu perbuatan syirik.[3]
2.      Q.S. Al-Ankabut ayat 17
إِنَّمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوۡثَٰنٗا وَتَخۡلُقُونَ إِفۡكًاۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَمۡلِكُونَ لَكُمۡ رِزۡقٗا فَٱبۡتَغُواْ عِندَ ٱللَّهِ ٱلرِّزۡقَ وَٱعۡبُدُوهُ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥٓۖ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ ١٧
Artinya: “Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rizki kepadamu, maka mintalah rizki itu disisimu, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepadanyalah kamu akan dikembalikan”.

Penjelasan surat Al-Ankabut ayat 17
Ayat tersebut menjelaskan tentang perbuatan syirik yang dilakukan oleh kaum nabi Ibrahim as, yaitu menyembah berhala. Perbuatan tersebut dilakukan dengan anggapan akan mendapatkan manfaat dan kebaikan bagi diri mereka sendiri. Pada ayat tersebut Allah SWT. telah menjelaskan bahwa perbuatan menyembah berhala tidak akan memberikan manfaat terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Perbuatan syirik hanya akan menyebabkan pelakunya mendapat adzab dari Allah SWT. dan siksa di neraka.
Pada ayat tersebut terdapat tiga pokok ajaran yaitu perintah hanya menyembah kepada Allah SWT, memohon rezeki hanya kepada Allah SWT. dengan jalan berusaha secara halal, dan bersyukur kepada Allah SWT. atas rezeki yang diberikannya. Meskipun ayat tersebut diserukan kepada nabi Ibrahim as, ajaran tersebut berlaku kepada seluruh umat manusia.
Orang yang menyembah selain kepada Allah SWT. sebenarnya telah berdusta kepada dirinya. Dusta karena menganggap bahwa yang disembah itu akan mendatangkan kebahagiaan dan memberikan rezeki. Padahal ia sendiri tahu yang disembahnya itu adalah ciptaan manusia atau bahkan ciptaan dirinya sendiri alangkah bodohnya manusia tersebut. Ia tidak menggunakan akal pikirannya dan berdusta karena pada saat roh ditiupkan ke dalam raganya, ia mengakui bahwa tuhannya Allah SWT.[4]
Sejak dalam kandungan manussia telah mengakui bahwa Allah SWT. adalah tuhan mereka. Namun, karena kesombongan dan kekerasan hati mereka mengingkari Allah SWT. dan tidak mau mengesakannya. seharusnya manusia bersyukur dengan senantiasa mengungkapkan pujian dan bertasbih kepada Allah SWT.
3.      Hadis mensyukuri nikmat Allah
Mengenai hadis tentang mensyukuri nikmat Allah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah saw bersabda: lihatlah orang yang lebih rendah daripada kamu dalam urusan dunia dan jangnlah kamu melihat orang yang lebih tinggi daripada kamu, maka dia lebih pantas (menempati) keududukan yang lebih tinggi daripada kamu agar kamu tidak mengandai-andai (jangan kamu panstas-pantaskan kedudukan orang di atasmu). (HR. Bukhari Muslim)

Dalam hadis ini, Rasulullah memperingatkan, bahwa manusia harus bersikap syukur terhadap nikmat Allah yang dianugerahkan kepadanya. Dan resep yang dijelaskan Rasulullah adalah manusia agar memandang ke bawah atau lebih rendah dalam hal keduniaan seperti, kedudukan, pangkat, dan harta kekayaan karena hal tersebut akan mendorong manusia untuk lebih bersyukur. Dan manusia harus sadar bahwa, kedudukan atau pangkat serta harta kekayaan yang lebih tinggi yang dimiliki orang lain itu merupakan ujian, sehingga manusia lebih selamat memandang ke bawah dalam hal tersebut. Sehingga terhindar dari sikap mengandai-andaikan yang menimbulkan manusia akan jauh dari syukur nikmat, padahal orang kalau ingkar nikmat akan mendapatkan azab yang pedih.[5]
C.     Cara Mensyukuri Nikmat Allah
Mengacu pada pengertian iman, yaitu membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan membuktikan dengan amal perbuatan, maka bentuk syukur juga ada tiga, yaitu:
1.      Bersyukur dengan hati, yaitu mengakui dan menyadari dengan sepenuh hati bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Allah SWT.
2.      Bersyukur dengan lidah atau ucapan, yaitu mengucapkan secara jelas ungkapan rasa syukur itu dengan kalimat Hamdalah.
3.      Bersyukur dengan amal perbuatan, yaitu menggunakan nikmat yang Allah berikan sesuai engan syarat Allah. Misalnya, menggunakan anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang baik.

Hikmah dan manfaat bersyukur kepada Allah:
1.      Menjadi bahagia karena dia akan membawa manfaat baginya dan sekitarnya.
2.      Allah akan menambah nikmat yang ia peroleh dengan janji Allah SWT. akan terhindar dari siksa neraka yang amat pedih.
3.      Orang yang pandai bersyukur akan disukai banyak orang, karena ia adalah orang yang pandai berterima kasih kepada sesama.[6]


Sumber:
1.      Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan Pustaka, 2007.
2.      Kementrian Agama RI. Al-Qur’an Hadis MA Kelas XI. Surakarta: Kementrian Agama, 2008.
3.      Ahmad Husen. et.all.. Qur’an Hadis Madrasah Aliyah Kelas XI. Semarang: Akik Pustaka, tt.
4.      Kementrian Agama RI. Al-Qur’an Hadis MA Kelas XI.




[1] Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: MIzan Pustaka, 2007), 285.
[2] Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Hadis MA Kelas XI (Surakarta: Kementrian Agama, 2008), 4-5.
[3] Ibid., 5.
[4] Ibid., 7-9.
[5] Ahmad Husen, et.all., Qur’an Hadis Madrasah Aliyah Kelas XI (Semarang: Akik Pustaka, tt.), 58-59.
[6] Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Hadis MA Kelas XI, 43.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi)

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Tekno...