Ayat Al-Qur’an
dan Hadis tentang Mensyukuri Nikmat Allah SWT.
A.
Pengertian Syukur
Kata ‘syukur’ adalah kata yang berasal dari bahasa Arab. Kata ini
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai rasa terima kasih
kepada Allah, dan untunglah (menyatakan lega, senang).
Syukur berarti berterima kasih kepada Allah SWT. sedangkan dalam
kamus bahasa Indonesia berarti ucapan dari perasaan senang, bahagia, melegakan
ketika mengalami suatu kejadian yang baik. Dalam konteks ini istilah syukur
merupakan suatu tindakan, ucapan, perasaan senang, bahagia, atau lega atas
nikmat yang telah kita terima dari Allah SWT. banyak nikmat yang telah kita
terima dari Allah SWT. apabila kita mencoba menghitungnya pasti bisa mengetahui
jumlahnya.[1]
B.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan
dengan Mensyukuri Nikmat Allah.
1.
Q.S. Az-Zuhruf ayat 9-13
وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ
ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡعَلِيمُ ٩ ٱلَّذِي
جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ مَهۡدٗا وَجَعَلَ لَكُمۡ فِيهَا سُبُلٗا لَّعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
١٠ وَٱلَّذِي نَزَّلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءَۢ بِقَدَرٖ فَأَنشَرۡنَا بِهِۦ بَلۡدَةٗ
مَّيۡتٗاۚ كَذَٰلِكَ تُخۡرَجُونَ ١١ وَٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡأَزۡوَٰجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ
لَكُم مِّنَ ٱلۡفُلۡكِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ مَا تَرۡكَبُونَ ١٢ لِتَسۡتَوُۥاْ عَلَىٰ ظُهُورِهِۦ
ثُمَّ تَذۡكُرُواْ نِعۡمَةَ رَبِّكُمۡ إِذَا ٱسۡتَوَيۡتُمۡ عَلَيۡهِ وَتَقُولُواْ سُبۡحَٰنَ
ٱلَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُۥ مُقۡرِنِينَ ١٣
Artinya:
(9) Dan sungguh jika kamu tanyakan
kepada mereka; “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka
akan menjawab: “Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui”.
(10) Yang menjadikan bumi untuk
kamu sebagai tempat menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu
supaya kamu mendapat petunjuk.
(11) Dan Yang menurunkan air dari
langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri
yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).
(12) Dan Yang menciptakan semua
yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang
kamu tunggangi.
(13) Supaya kamu duduk di atas
punggungnya kemudian kamu ingat ni’mat Tuhamnu apabila kamu telah duduk di
atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan
semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.[2]
Penjelasan surat Az-Zuhruf ayat
9-13:
a.
Pada ayat 9 dijelaskan bahwa Allah
STW. Memberi penjelasan kepada nabi Muhammad saw. jika ia bertanya kepada
orang-orang musyrik tentang zat yang membuat alam semesta dan seluruh isinya,
yaitu langit dan bumi, mereka dengan tegas akan menjawab “semua itu diciptakan
yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahui segalanya, yaitu Allah SWT. yang tidak
ada sekutu baginya”. Meskipun demikian mereka tetap dilakukan peribadatan
kepada selain Allah SWT. sesungguhnya mereka mengetahui bahwa Allah SWT. yang
menjadi segalanya. Namun mereka tetap mengingkarinya.
b.
Pada ayat 10 dijelaskan bahwa Allah
SWT. yang menjadikan bumi sebagai hamparan dan menyiapkan bagi makhluknya untuk
tetap mereka menetap. Allah SWT. membeuat jalan-jalan agar manusia dapat
berkunjung dari satu tempat ke tempat lainuntuk kepentingan hidup, ekonomi, dan
perdagangan.
c.
Pada ayat 11 dijelaskan bahwa Allah
SWT. menurunkan hujan dari langit sesuai dengan kadarnya bagi kepentingan
makhluk yang ada di dalam alam semesta. Dengan turunnya hujan tersebut menjadi
tanaman-tanaman yang belum mati menjadi sumber dan menumbuhkan berbagai tanaman
bagi kepentingan makhluk hidup lainnya. Berkaitan denagn hal ini, Allah SWT.
dengan kuasa-Nya sangat mudah membengkitkan manusia dari dalam kubur dan
menghidupkan kembali.
d.
Pada ayat 12 dijelaskan bahwa Allah
SWT. yang menciptakan semua manusia yang berpasang-pasangan, baik dari jenis
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Dia menjadikan kendaraan berupa kapal yang
dapat digunakan untuk mengangkut barang dagangan di laut serta binatang ternak,
seperti unta, kuda, keledai dan sapi yang dapat digunakan sebagai alat angkut
di darat.
e.
Pada ayat 13 dijelaskan bahwa Allah
SWT. memerintahkan kepada manusia yang berada di atas kendaraannya untuk
senantiasa mengagungkan nama-nama Allah SWT. dengan bertasbih dan mensucikannya
dari hal-hal yang dapat merusak keimanan terhadap Allah SWT. yaitu perbuatan
syirik.[3]
2.
Q.S. Al-Ankabut ayat 17
إِنَّمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ
ٱللَّهِ أَوۡثَٰنٗا وَتَخۡلُقُونَ إِفۡكًاۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ
ٱللَّهِ لَا يَمۡلِكُونَ لَكُمۡ رِزۡقٗا فَٱبۡتَغُواْ عِندَ ٱللَّهِ ٱلرِّزۡقَ وَٱعۡبُدُوهُ
وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥٓۖ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ ١٧
Artinya: “Sesungguhnya apa yang kamu sembah
selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu
sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rizki kepadamu, maka mintalah
rizki itu disisimu, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya
kepadanyalah kamu akan dikembalikan”.
Penjelasan surat Al-Ankabut ayat 17
Ayat tersebut
menjelaskan tentang perbuatan syirik yang dilakukan oleh kaum nabi Ibrahim as,
yaitu menyembah berhala. Perbuatan tersebut dilakukan dengan anggapan akan
mendapatkan manfaat dan kebaikan bagi diri mereka sendiri. Pada ayat tersebut
Allah SWT. telah menjelaskan bahwa perbuatan menyembah berhala tidak akan
memberikan manfaat terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Perbuatan syirik
hanya akan menyebabkan pelakunya mendapat adzab dari Allah SWT. dan siksa di
neraka.
Pada ayat
tersebut terdapat tiga pokok ajaran yaitu perintah hanya menyembah kepada Allah
SWT, memohon rezeki hanya kepada Allah SWT. dengan jalan berusaha secara halal,
dan bersyukur kepada Allah SWT. atas rezeki yang diberikannya. Meskipun ayat
tersebut diserukan kepada nabi Ibrahim as, ajaran tersebut berlaku kepada
seluruh umat manusia.
Orang yang
menyembah selain kepada Allah SWT. sebenarnya telah berdusta kepada dirinya.
Dusta karena menganggap bahwa yang disembah itu akan mendatangkan kebahagiaan
dan memberikan rezeki. Padahal ia sendiri tahu yang disembahnya itu adalah
ciptaan manusia atau bahkan ciptaan dirinya sendiri alangkah bodohnya manusia
tersebut. Ia tidak menggunakan akal pikirannya dan berdusta karena pada saat
roh ditiupkan ke dalam raganya, ia mengakui bahwa tuhannya Allah SWT.[4]
Sejak dalam
kandungan manussia telah mengakui bahwa Allah SWT. adalah tuhan mereka. Namun,
karena kesombongan dan kekerasan hati mereka mengingkari Allah SWT. dan tidak
mau mengesakannya. seharusnya manusia bersyukur dengan senantiasa mengungkapkan
pujian dan bertasbih kepada Allah SWT.
3.
Hadis mensyukuri nikmat Allah
Mengenai hadis
tentang mensyukuri nikmat Allah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Dari
Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah saw bersabda: lihatlah orang yang lebih
rendah daripada kamu dalam urusan dunia dan jangnlah kamu melihat orang yang
lebih tinggi daripada kamu, maka dia lebih pantas (menempati) keududukan yang
lebih tinggi daripada kamu agar kamu tidak mengandai-andai (jangan kamu
panstas-pantaskan kedudukan orang di atasmu). (HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadis
ini, Rasulullah memperingatkan, bahwa manusia harus bersikap syukur terhadap
nikmat Allah yang dianugerahkan kepadanya. Dan resep yang dijelaskan Rasulullah
adalah manusia agar memandang ke bawah atau lebih rendah dalam hal keduniaan
seperti, kedudukan, pangkat, dan harta kekayaan karena hal tersebut akan
mendorong manusia untuk lebih bersyukur. Dan manusia harus sadar bahwa,
kedudukan atau pangkat serta harta kekayaan yang lebih tinggi yang dimiliki
orang lain itu merupakan ujian, sehingga manusia lebih selamat memandang ke
bawah dalam hal tersebut. Sehingga terhindar dari sikap mengandai-andaikan yang
menimbulkan manusia akan jauh dari syukur nikmat, padahal orang kalau ingkar
nikmat akan mendapatkan azab yang pedih.[5]
C.
Cara Mensyukuri Nikmat Allah
Mengacu pada pengertian iman, yaitu
membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan membuktikan dengan amal
perbuatan, maka bentuk syukur juga ada tiga, yaitu:
1.
Bersyukur dengan hati, yaitu
mengakui dan menyadari dengan sepenuh hati bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal
dari Allah SWT.
2.
Bersyukur dengan lidah atau ucapan,
yaitu mengucapkan secara jelas ungkapan rasa syukur itu dengan kalimat
Hamdalah.
3.
Bersyukur dengan amal perbuatan,
yaitu menggunakan nikmat yang Allah berikan sesuai engan syarat Allah. Misalnya,
menggunakan anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang baik.
Hikmah dan
manfaat bersyukur kepada Allah:
1.
Menjadi bahagia karena dia akan
membawa manfaat baginya dan sekitarnya.
2.
Allah akan menambah nikmat yang ia
peroleh dengan janji Allah SWT. akan terhindar dari siksa neraka yang amat
pedih.
3.
Orang yang pandai bersyukur akan
disukai banyak orang, karena ia adalah orang yang pandai berterima kasih kepada
sesama.[6]
Sumber:
1. Quraish
Shihab. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan Pustaka, 2007.
2. Kementrian
Agama RI. Al-Qur’an Hadis MA Kelas XI. Surakarta: Kementrian Agama,
2008.
3. Ahmad Husen.
et.all.. Qur’an Hadis Madrasah Aliyah Kelas XI. Semarang: Akik Pustaka,
tt.
4. Kementrian Agama
RI. Al-Qur’an Hadis MA Kelas XI.
[5] Ahmad Husen, et.all., Qur’an Hadis
Madrasah Aliyah Kelas XI (Semarang: Akik Pustaka, tt.), 58-59.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar