IMAN KEPADA
KITAB-KITAB ALLAH
A.
Pengertian
dari Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT
Secara etimologi kata kitab adalah bentuk
masdar dari kata kataba yang berarti menulis. Setelah jadi masdar berarti
tulisan. Bentuk jama’ dari kata kitab adalah kutub. Dalam bahasa Indonesia,
kitab berarti buku. Sedangkan secara terminologis yang dimaksud dengan kitab
(Al-kitab, kitab Allah, Al-kutub kitab-kitab Allah) adalah kitab suci yang
diturunkan oleh Allah swt kepada para Nabi dan Rasul-Nya.[1]
Iman kepada kitab-kitab suci dalam Islam, merupakan kesatuan yang tak
terpisahkan dengan iman kepada Allah Yang Maha Esa, Malaikat dan Rasul. Allah
yang bersifat pengasih dan penyayang kepada makhluk-Nya, termasuk kepada umat
manusia, berkehendak untuk memberi petunjuk (hidayah) hidup dengan menurunkan
wahyu-Nya, yang kemudian menjadi kitab suci. Berperan disana malaikat sebagai
perantara antara Allah sebagai sumber wahyu dengan rasul, sebagai penerima
wahyu dan risalah.[2]
Firman Allah SWT:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ ءَامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلَّذِي نَزَّلَ
عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ مِن قَبۡلُۚ وَمَن يَكۡفُرۡ بِٱللَّهِ
وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلَۢا
بَعِيدًا ١٣٦
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada RasulNya serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian,
Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauhjauhnya”. (QS. An-Nisa: 136)
Percaya kepada kitab-kitab Allah SWT hukumnya
adalah wajib ‘ain atau wajib bagi seluruh warga muslim di seluruh dunia. Orang yang
mengingkari serta tidak percaya kepada Al-quran disebut orang-orang murtad.
Daftar kitab-kitab Allah SWT beserta Rasul penerima wahyunya:
1.
Kitab Taurat diturunkan kepada nabi
Musa AS.
2.
Kitab Zabur diturunkan kepada nabi
Daud AS.
3.
Kitab Injil diturunkan kepada nabi
Isa AS.
4.
Kitab Al-Quran kepada nabi Muhammad
SAW.
Kitab suci injil yang saat ini dijadikan kitab
suci oleh kaum Nasrani, Kristen, Katolik dan Protestan sangat berbeda dengan
injil yang diwahyukan kepada nabi Isa AS semasa hidupnya untuk kaumnya. Oleh
sebab itu datang Al-Quran untuk menjadi penyempurna seluruh kitab suci yang
ada.[3]
B.
Sikap Prilaku
Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT
Dalam
menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Allah SWT berkaitan erat
dengan sikap mental, pikiran dan perasaan. Oleh sebab itu, seseorang yang
beriman atau tidak yang tahu persis hanyalah Allah SWT. Akan tetapi sebagai
muslim, tentunya dapat membuktikan dan mewujudkan keimanannya dengan sikap
perilaku dalam kehidupan sehari-hari.[4]
Sikap perilaku
orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah SWT dapat dicerminkan sebagai
berikut:
1.
Meyakini bahwa sebelum Al Qur’an,
Allah SWT menurunkan kitabkitab kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya.
Sebagaimana firman-Nya:
نَزَّلَ عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ
وَأَنزَلَ ٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِيلَ ٣
Artinya: “Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepadamu
dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan
menurunkan Taurat dan Injil.” (Q.S. Ali Imran : 3).
2.
Meyakini dengan sebenarnya bahwa
kitab yang terakhir adalah Al Qur’an yaitu sebagai pedoman hidup. Sebagaimana
firman-Nya:
وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ
بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمُهَيۡمِنًا عَلَيۡهِۖ
فَٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡ عَمَّا
جَآءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ لِكُلّٖ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةٗ وَمِنۡهَاجٗاۚ وَلَوۡ
شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ
ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيعٗا فَيُنَبِّئُكُم
بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ٤٨
Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab
(yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu;
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan
itu, (Q.S. Al-Ma’idah: 48)
3.
Menyembah dan beribadah hanya
kepada Allah SWT.
وَمَا
خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
Artinya:”Dan aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Zariyat:
56)
4.
Meyakini bahwa Al Qur’an adalah
mukjizat Nabi Muhamad SAW sebagai penyempurna. Kitab-kitab dahulu tidak
universal ajarannya. Aturan-aturan yang terkandung didalamnya pada umumnya
hanya sesuai dengan masa dan tempat kitab-kitab itu diturunkan. Oleh karena itu
Al Qur’an diturunkan untuk menyempurnakan kitab-kitab suci itu.
5.
Meyakini bahwa teks asli dari kitab
yang telah lalu telah hilang dan bahasanya telah mati sejak beberapa abad yang
silam. Hanya Al Qur’an yang sampai sekarang tidak pernah berubah satu huruf
sekalipun.
C.
Hikmah Beriman
Kepada Kitab-Kitab Allah SWT
Dalam
menerapkan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah SWT, implementasinya sebagai
berikut:
1.
Beriman kepada Allah SWT hukumnya
adalah wajib. Harus melakukan, tidak boleh meninggalkan. Orang yang beriman
kepada kitab-kitab Allah akan mendapatkan balasan dari Allah SWT berupa
ganjaran.
2.
Menjadikan Al Qur’an sebagai
pedoman hidup dimana Al Qur’an merupakan penyempurna dari kitab-kitab
terdahulu. Orang-orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah akan membuktikan
keimanannya selalu sesuai dengan ajaran Allah SWT, sehingga dalam hidupnya akan
mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
وَبَشِّرِ
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن
تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡهَا مِن ثَمَرَةٖ رِّزۡقٗا قَالُواْ
هَٰذَا ٱلَّذِي رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَٰبِهٗاۖ وَلَهُمۡ فِيهَآ
أَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞۖ وَهُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢٥
Artinya: “Dan
sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa
bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.
Setiap mereka diberi rezeki buahbuahan dalam surga-surga itu, mereka
mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka
diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri
yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al Baqarah: 25)
3.
Memberikan kemantapan dalam
menjalani keislaman. Al Qur’an adalah firman Allah SWT dan mukjizat terbesar
yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai bukti kerasulannya dan sampai
akhiru zaman tetap terjaga kemurniannya.
4.
Menjadikan kehidupan manusia di
dunia tertata, karena adanya hukum yang bersumber pada kitab suci.
5.
Menambah sikap optimis untuk meraih
kesuksesan dunia dan akhirat.[5]
Sumber:
1. Miftah Fardih,
Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang Pertama (Bandung: Pustaka, 2003).
2. Miftah Faridh,
Pokok-Pokok Ajaran Islam (Bandung: Pustaka, 2008).
3. Syamsuri, Pendidikan
Agama Islam (Jakarta: Erlangga, 2003).
4. TIM MGMP PAI
SMA KOTA MADIUN, Pendidikan Agama Islam Kelas XI (Madiun: CV. Sinar
Terang, 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar