Sabtu, 07 Juli 2018

Materi PAI (Ayat Al-Qur'an Tentang Kelestarian Alam)


Ayat Al-Qur’an tentang Kelestaria Alam
1.      Q.S Ar-Rum ayat 41-42
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ ٤١ قُلۡ سِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلُۚ كَانَ أَكۡثَرُهُم مُّشۡرِكِينَ ٤٢
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: “adakanlah perjalanan dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang terdahulu”. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”

Kandungan Ayat:
Dalam ayat diatas, Allah menjelaskan bahwa kerusakan yang terjadi dimuka bumi ini, bai di laut maupupn di darat pada dasarnya adalah akibat ulah perbuatan manusia yang serakah dalam mengeksploitasi alam. Keserakahan dan perlakuan buruk manusia terhadap alam akan beraikbat memunculkan bencana alam yang dapat menyengsarakan umat manusia secara luas. Tanah longsor, kekeringan, banjir, pencemaran air dan udara merupakan akibat dari perbuatan manusia yang serakah. Misalnya penebangan hutan yangm liar, penggunaan bahan kimia yang dapat mencemari udara dan atmosfir.
Diayat 42 Allah SWT memerintahkan kita untuk belajar dari sejarah, dengan memperhatikan kesudahan orang-orang terdahulu, kebanyakan dari mereka mendapatkan azab dari Allah karena perbuatan mereka sendiri yang ingkar dan menyekutukan Allah. iini berarti kita diperintahkan untuk belajar dari pengalaman, agar kita tidak menjadi orang yang ingkar terhadap Allah dan menjadi orang yang mau beribadah kepada-Nya. Berikut perilaku yang menunjukkan menjaga kelestarian lingkungan hidup:
a.    Menjaga kelestarian lingkungan dengan cara tidak menebang hutan secara liar, membunuh binatang-binatang langka, dan membuang sampah disembarang tempat.
b.    Menyadari bahaya rusaknya lingkungan bagi kehidupan manusia. Bahaya yang ditimbulkan dari penebangan liar oleh para penguasa kayu nakal adalah banyaknya orang yang terkena musibah banjir yang disebabkan hutan tidak mampu lagi menahan air hujan. Selain itu, akibat membuang sampah disungai, lambat laun sungai akan menjadi dangkal dan air akan meluap pada musim hujan, maka terjadilah banjir bandang yang akan menimpa rumah penduduk.
c.    Mengambil pelajaran dari umat-umat terdahulu yang dibinasakan Allah SWT karena mereka merusak lingkungan.[1]
2.      Q.S Surat Al-A’raf ayat 56-58
وَلَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ بَعۡدَ إِصۡلَٰحِهَا وَٱدۡعُوهُ خَوۡفٗا وَطَمَعًاۚ إِنَّ رَحۡمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ مِّنَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٥٦ وَهُوَ ٱلَّذِي يُرۡسِلُ ٱلرِّيَٰحَ بُشۡرَۢا بَيۡنَ يَدَيۡ رَحۡمَتِهِۦۖ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَقَلَّتۡ سَحَابٗا ثِقَالٗا سُقۡنَٰهُ لِبَلَدٖ مَّيِّتٖ فَأَنزَلۡنَا بِهِ ٱلۡمَآءَ فَأَخۡرَجۡنَا بِهِۦ مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِۚ كَذَٰلِكَ نُخۡرِجُ ٱلۡمَوۡتَىٰ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ ٥٧ وَٱلۡبَلَدُ ٱلطَّيِّبُ يَخۡرُجُ نَبَاتُهُۥ بِإِذۡنِ رَبِّهِۦۖ وَٱلَّذِي خَبُثَ لَا يَخۡرُجُ إِلَّا نَكِدٗاۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٖ يَشۡكُرُونَ ٥٨
Artinya:
(56) Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya. Dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
(57) Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), hingga apabila angina itu telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu, maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.
(58) Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur.[2]

Kandungan surat Al-A’raf ayat 56-58:
a.      Larangan berbuat kerusakan di bumi karena seharusnya manusia memakmurkan dan memanfaatkannya dengan baik.
b.      Setelah ada kerusakan, Allah SWT. selalu memperbaikinya. Oleh sebab itu, manusia dilarang untuk merusaknya.
c.      Manusia diperintahkan untuk berdo’a dengan rasa takut jika do’anya tidak akan terkabul dan harus berharap penuh bahwa do’anya akan dikabulkan.
d.     Allah SWT. sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.
e.      Allah SWT. yang meniupkan angin dan membawa awan sehingga turun hujan.
f.       Perumpamaan terhadap kekuasaan Allah SWT. dalam menghidupkan orang mati adalah seperti menurunkan hujan kemudian tumbuhlah berbagai macam tumbuhan dan buah-buahan.
g.      Kekuasaan Allah SWT. menghidupkan tanah yang tandus menjadi subur dan tumbuhan menjadi hidup atau mati semuanya atas izin Allah SWT.
h.      Sama halnya Allah SWT. menghidupkan orang yang telah mati. Itu semua karena izin Allah SWT.
i.        Semua tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. tersebut, diperuntukkan bagi orang-orang yang bersyukur.

Beberapa perilaku yang tercermin dari surat Al-A’raf ayat 56-58:
a.      Memanfaatkan bumi untuk kepentingan manusia, misalnya dengan mengolah sumber daya alam atau potensi alam yang dimiliki oleh bumi.
b.      Tidak merusak atau mengubah tatanan yang ada di alam karena semua sudah ditata dengan rapi oleh Allah SWT.
c.      Selalu berdo’a kepada Allah SWT. untuk meminta rahmatnya agar digolongkan ke dalam orang-orang yang bersyukur.
d.     Tidak sombong kepada Allah SWT. karena Dia yang berkuasa atas segala hal seperti kuasa Allah SWT. menghidupkan kembali orang-orang yang telah meninggal.
e.      Merawat tumbuhan dan buah-buahan. Karena semua itu Allah ciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.[3]
3.      Q.S Al-Baqarah ayat 204-206
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُعۡجِبُكَ قَوۡلُهُۥ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَيُشۡهِدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا فِي قَلۡبِهِۦ وَهُوَ أَلَدُّ ٱلۡخِصَامِ ٢٠٤ وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُفۡسِدَ فِيهَا وَيُهۡلِكَ ٱلۡحَرۡثَ وَٱلنَّسۡلَۚ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَسَادَ ٢٠٥ وَإِذَا قِيلَ لَهُ ٱتَّقِ ٱللَّهَ أَخَذَتۡهُ ٱلۡعِزَّةُ بِٱلۡإِثۡمِۚ فَحَسۡبُهُۥ جَهَنَّمُۖ وَلَبِئۡسَ ٱلۡمِهَادُ ٢٠٦
Artinya:
(204) dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.
(205) dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.
(206) dan apabila dikatakan kepadanya: “bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka jahannam. Dan sungguh neraka jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.

Kandungan ayat:
Dalam ayat 204-206 surat Al-Baqarah Allah menjelaskan sifat-sifat orang munafik dan tindakannya di muka bumi. Informasi yang disampaikan Al-Qur’an bahwa ada sebagian dari manusia yang kata-kata dan ucapannya tentang kehidupan dunia menarik sekali, sehingga banyak orang yang terpedaya. Ia pintar dan pandai menyusun kata-kata dengan gaya yang menawan ia senantiasa tersenyum memperlihatkan kesungguhannya, malah ia berani bersumpah mengucapkan “demi Allah” untuk dapat meyakinkan bahwa apa yang diucapkannya itu seakan-akan benar dari lubuk hatinya dan bukanlah hal yang dibuat-buat, padahal ia adalah musuh besar dan selalu menentang agama Islam.
Golongan manusia semacam ini, apabila ia telah berlalu dan meninggalkan orang yang ditipunya itu, ia melaksanakan tujuan yang sebenarnya. Ia melakukan kerusakan dimuka bumi. Hutan-hutan digunduli, lingkungan dicemari, buah-buahan dan binatang ternak dimusnahkan. Apalagi kalau mereka datang berkuasa, dimana-mana mereka berbuat sesuka hatinya. Sifat-sifat semacam ini jelas tidak disukai oleh Allah sedikitpun. Orang-orang yang munafik yang rela mengorbankan segalanya semata-mata untuk meraih keuntungan duniawi.[4]


Sumber:
Cahyo, et. all.. Al-Qur’an Hadist Madrasah Aliyah Kelas XII. Bandung: Citra Pustaka, tt.




[1] Cahyo, et. all., Al-Qur’an Hadist Madrasah Aliyah Kelas XII (Bandung: Citra Pustaka, tt), 37-38.
[2] Ibid., 35-36.
[3] Ibid., 40-41.
[4] Ibid., 45.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi)

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Tekno...