Sabtu, 05 Januari 2019

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi)



Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknologi Pendidikan”
Disusun Oleh: kelompok 2:
Syukur Mahanani                   (210315074)
Choirun Nisa’                         (210315052)
Jihan adiba                             (210315061)
Liya Rizki Fadillah                 (210315058)
Kelas/Semester:
TB.B/III
Dosen Pengampu:
Restu Yulia Hidayatul Umah, S.Pd.I., M.Pd.I.

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
OKTOBER 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Teknologi adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam masa yang serba maju ini dan teknologi akan semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan dengan timbul banyaknya kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan manusia.
Kemajuan teknologi tidak hanya dimanfaatkan dalam bidang ekonomi, politik ataupun industri akan tetapi juga pada bidang pendidikan, lebih-lebih pada pendidikan agama Islam. Karena teknologi dapat diterapkan dalam berbagai aspek pendidikan, seperti dalam aspek pengembangan, aspek penerapan dan juga aspek peniliaian.
Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas tentang tiga dimensi teknologi pendidikan, yang meliputi: teknologi pendidikan sebagai teori, teknologi pendidikan sebagai bidang garapan dan teknologi pendidikan sebagai profesi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana teknologi pendidikan sebagai teori?
2.      Bagaimana teknologi pendidikan sebagai bidang garapan?
3.      Bagaimana teknologi pendidikan sebagai profesi?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teknologi Pendidikan sebagai Teori
Konstruk teoritik sebuah abstraksi yang mencakup serangkaian ide dan prinsip tentang cara bagaimana pendidikan dan pembelajaran harus dilaksanakan dengan menggunakan teknologi.[1]
Telah dikemukakan bahwa teknologi pendidikan merupakan suatu proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah-masalah yang berhubungan dengan semua aspek belajar manusia, dan kemudian merencanakan, melaksanakan, menilai dan mengelola usaha pemecahan masalah-masalah tersebut.
Karakteristik teori dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.      Adanya suatu gejala
Jelas bahwa terdapat satu gejala (fenomena) yang tidak sepenuhnya dapat dipahami jika hanya menggunakan teori-teori yang sekarang ada, yaitu persoalan bagaimana masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan belajar manusia diidentifikasi dan dipecahkan.
2.      Penjelasan
Penjelasan berisikan sumber-sumber yang memungkinkan pemecahan atas masalah-masalah, fungsi-fungsi yang dipakai untuk mengadakan analisis masalah-masalah dan dari sana ditentukan metode-metode pemecahannya, suatu proses terpadu dan kompleks dalam hal meninjau keseluruhan masalah-masalah dan menggabungkan masing-masing teknologi secara sistematis guna memecahkan masalah-masalah tersebut, serta akibat-akibat yang timbul dari penerapan metode-metode pemecahan yang telah dibuat dalam dunia nyata.[2]

3.      Perangkuman
Suatu batasan hendaklah merangkum dan memasukkan hampir semua gagasan-gagasan dan hubungan-hubungan empirik yang telah diidentifikasi atau telah diawali sejak munculnya minat pada gejala tersebut.
4.      Orientasi (arah pandangan)
Mengidentifikasi apa yang relevan dan apa yang tidak pada gejala yang diamati. Orientasi menjelaskan bahwa sumber-sumber belajar, fungsi-fungsi pengembangan dan manajemen kependidikan yang diterapkan pada sumber-sumber, dan pendekatan teknologis yang terpadu dan kompleks itulah yang merupakan unsur-unsur yang relevan.
5.      Sistematisasi
Sebuah teori menyediakan suatu skema yang dapat dipakai bagi keperluan sistematisasi gejala-gejala, gagasan-gagasan dan praktek-praktek yang relevan, dan kemudian mengklasifikasi dan menghubungkannya.
6.      Identifikasi kesenjangan
Mencari bidang-bidang yang relevan namun diabaikan atau belum bipecahkan pada masa kini maupun untuk studi di masa mendatang.
7.      Melahirkan strategi penelitian
Memberikan dasar untuk merumuskan hipotesis baru dan melaksanakan riset lebih mendalam berdasarkan penjelasan tersebut.
8.      Prediksi
Prediksi meramalkan apa yang akan terjadi jika teknologi pendidikan diterapkan dengan maksud mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan belajar. Peramalan tersebut mengambil bentuk pengidentifikasian alternatif pengambilan keputusan instruksional dan pola-pola kelembagaan pendidikan.[3]
B.     Teknologi Pendidikan sebagai Bidang Garapan
Bidang garapan adalah aplikasi ide-ide dan prinsip-prinsip teoritik untuk memecahkan masalah-masalah konkret dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Bidang tersebut meliputi teknik-teknik yang digunakan, aktivitas yang dikerjakan, informasi dan sumber yang digunakan, dan klien yang dilayani oleh para pelaksana dalam bidang tersebut.[4]
Ada tiga persyaratan atau kerakteristik tambahan pada bidang garapan yaitu:
1.      Teknik intelektual
Teknik intelektual adalah pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah atau cara yang digunakan seseorang untuk mencari pemecahan. Menurut Gagne dan Briggs yang dikutip oleh Yusufhadi Miarso dalam bukunya yang berjudul Definisi Teknologi Pendidikan menyatakan bahwa teknik intelektual itu strategi kognitif atau proses yang mengendalikan proses berfikir internal dan dengan demikian ditemukan cara tertentu untuk memecahkan masalah. Teknik intelektual berperan menjembatani antara teori dan aplikasi praktis.
2.      Aplikasi praktis
Aplikasi praktis mencakup usaha merealisasikan atau mengoperasionalkan fikiran, ide, dan proses. Aplikasi itu menelorkan produk yang dapat dilihat. Sebagai misal, seseorang benar-benar melaksanakan eksperimen ilmiah atau melaksanakan kegiatan pengembangan instruksional sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan dalam mengaplikasikan teknik intelektual. Kecuali itu, aplikasi praktis menunjukkan bagaimana teknik intelektual itu dioperasionalkan dalam konteks struktur organisasi dan institusi di mana bidang garapan itu beroperasi.


3.      Keunikan
Menunjukkan bahwa suatu bidang garapan memadukan teknik intelektual dan aplikasi praktis yang diidentifikasi oleh definisi tersebut haruslah merupakan hal yang unik bagi bidang garapan tersebut. Haruslah tercermin karakteristik khusus yang tidak bisa dijumpai pada bidang lain. Jikalau definisi tersebut dapat mewujudkan adanya teknik intelektual dan apikasi praktis yang unik, maka bidang garapan yang diidentifikasikan itu dengan sendirinya dapat dikatakan unik pula.
Jadi, definisi teknologi pendidikan sebagai bidang garapan, pertama-tama harus mendefinisikannya sebagai konstruk teoritik, kemudian mengidentifikasi teknik intelektual dan aplikasi praktis, serta menunjukkan bahwa kesemuanya ini menunjukkan keunikan bidang garapan teknologi pendidikan.[5]
C.    Teknologi Pendidikan sebagai Profesi
Profesi adalah suatu kelompok pelaksana tertentu yang diorganisasikan memenuhi kriteria tertentu, memiliki tugas-tugas tertentu dan bergabung untuk membentuk bagian tertentu dari bidang tersebut.[6]
Untuk mendefinisikan teknologi pendidikan sebagai profesi, terlebih dulu harus dipenuhi syarat-syarat untuk mendefinisikan bangunan teoritik dan bidang garapan. Selanjutnya definisi terdsebut harus mencerminkan semua karakteristik profesi lainnya.
1.      Latihan dan sertifikasi
Latihan dalam waktu yang lama diperlukan untuk mengembagkan spesialisasi dan teknisi dalam profesi tersebut. Harus ada beberapa ketenttuan tentang sifat-sifat latihan, baik melalui peraturan pemerintah maupun melalui suatu sistem akreditasi terhadap lembag-lembaga latihan. Latihan meliputi sifat dan isi pendidikan profesional, standar sertifikasi, standar dan ketentuan penerimaan calon peserta latihan, serta penempatan.
2.      Standar dan etika
 Perumusan etika menunjukkan bagaimana anggota profesi itu harus bertingkah laku. Seperangkat standar memberikan petunjuk mengenai bahan, peralatan, dan fasilitas yang digunakan oleh orang-orang dalam profesi tersebut. Namun demikian, publikasi kode etik dan buku petunjuk tentang standar itu sendiri tidaklah dapat memberi jaminan apa-apa. Profesionalisasi itu terjadi bilamana dimungkinkan adanya pemaksaan yang kuat untuk melaksanakannya.
3.      Kepeminpinan
Kepemimpinan diperlukan untuk memanfaatkan setepat-tepatnya penemuan-penemuan yang ada sekarang dan melihat kecenderungan di masa mendatang. Namun demikian, untuk menghindari keadaan banyaknya inovasi yang ada sekarang yang membuat kita pusing karena desakan dari luar sana, maka kepemimpinan ini harus datang dari profesi ini sendiri. Untuk melatih kepemimpinan itu sendiri, profesi tersebut harus mengetahui keadaan kita sendiri kemana kita akan pergi dan mengapa.
4.      Asosiasi dan komunikasi
Organisasi profesi yang kuat diperlukan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan karakteristik lainnya, terutama standar dan etika, kepemimpinan, dan latihan. Hanya organisasi yang kuat yang dapat memaksakan dengan sungguh-sungguh aplikasi praktis, standar, dan etika.
Diperlukan juga adanya fasilitas komunikasi di antara sesama anggota profesi, suatu komunikasi yang dilaksanakan melalui pertemuan, jurnal yang berkualitas tinggi, konsultasi, dan dengan sarana- sarana yang lain.
5.      Pengakuan sebagai profesi
Anggota profesi harus mempercayai adanya profesi dan bahwa mereka menjadi anggotanya. Eksistensi suatu profesi tidak dapat dipercayakan begitu saja kepada para pelaksana. Mereka harus menginginkan berdirinya dan mengakui pentingnya organisasi profesi. Mereka harus benar-benar menyadari akan keanggotaannya dalam organisasi profesi tersebut. Kesadaran ini dimanifestasikan dalam bentuk berdirinya asosiasi, terjelmanya ciri-ciri profesi lainnya, dan penghargaan masyarakat umum terhadap para pelaksana bahwa ada organisasi profesi dimana mereka menjadi anggotanya.
6.      Tanggung jawab profesi
Tidaklah cukup bahwa suatu profesi itu hanya sekedar menggunakan teknik intelektual untuk diaplikasikan secara praktis. Profesi itu harus juga mempertanggungjawabkan penggunaan teknik intelektual tersebut. Profesi harus bertanggung jawab atas penggunaan teknik intelektual dalam bekerja di masyarakat. Hendaknya senantiasa diadakan pengkajian tentang nilai kegunaanya, dan jika mungkin mengambil sikap yang pasti terhadap masalah-masalah sosial yang dipengaruhi oleh hasil pekerjaan profesi tersebut.
7.      Hubungan dengan profesi lain
Mungkin saja terdapat lebih dari satu profesi yang bekerja dalam bidang garapan teknologi pendidikan ini. Masing-masing profesi ini satu sama lain saling berhubungan baik secara eksplisit maupun implisit dalam beroperasi di bidang garapan tersebut. Hubungan ini harus diketahui, diidentifikasi, dan dikembangkan.[7]
Setiap profesi, harus mempunyai kode etik profesi. Sama halnya dengan kata profesi sendiri, penafsiran tentang kode etik juga belum memiliki pengertian yang sama. Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksakan profesinya dan larangan-larangannya, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat oleh mereka, tidak saja daam menjalankan tugas profesi melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.[8]


BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan:
1.      Konstruk teoritik sebuah abstraksi yang mencakup serangkaian ide dan prinsip tentang cara bagaimana pendidikan dan pembelajaran harus dilaksanakan dengan menggunakan teknologi. Karakteristik teknologi pendidikan sebagai teori di antaranya: adanya suatu gejala, penjelasan, perangkuman, orientasi (arah pandangan), sistematisasi, identifikasi kesenjangan, melahirkan strategi penelitian dan prediksi.
2.      Bidang garapan adalah aplikasi ide-ide dan prinsip-prinsip teoritik untuk memecahkan masalah-masalah konkret dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Karakteristik bidang garapan meliputi: teknik intelektual, aplikasi praktis dan keunikan.
3.      Profesi adalah suatu kelompok pelaksana tertentu yang diorganisasikan memenuhi kriteria tertentu, memiliki tugas-tugas tertentu dan bergabung untuk membentuk bagian tertentu dari bidang tersebut. Karakteristik profesi meliputi: latihan dan sertifikasi, standar dan etika, kepemimpinan, asosiasi dan komunikasi, pengakuan sebagai profesi, tanggung jawab profesi, dan hubungan dengan profesi lain.


DAFTAR PUSTAKA
Suroso, Rifai. Tekhnologi Terkini. Semarang: PT. Putra Mediacom, 2001.

Miarso, Yusufhadi. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994.

Soetjipto dan Raflis Kosasi. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.


[1]  Rifai Suroso, Tekhnologi Terkini (Semarang: PT. Putra Mediacom, 2001), 32.
[2] Yusufhadi Miarso, Definisi Teknologi Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994), 162. 
[3] Ibid., 163-164.
[4] Rifai Suroso, Tekhnologi Terkini, 32.
[5] Yusufhadi Miarso, Definisi Teknologi Pendidikan, 25-27.
[6] Rifai Suroso, Tekhnologi Terkini, 32.
[7] Yusufhadi Miarso, Definisi Teknologi Pendidikan, 27-29.
[8] Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 30.

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi)

Tiga Dimensi Teknologi Pendidikan (Teori, Bidang Garapan, dan Profesi) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Tekno...